HarianNusa.com , Mataram – Menyambut mahasiswa baru tahun 2019, Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram mengadakan kuliah umum, Senin lalu (23/9/2019). Bertempat di Aula Universitas NW, kuliah umum menghadirkan sejumlah pembicara, yaitu Gubernur NTB yg dalam kesempatan ini diwakili oleh Direktur Science Teknologi Industri Park (STIP) NTB Khairul Ihwan, ST., M.T dan Prof. Dr. TGH Fahrurrozi Dahlan, QH, S.S.,M H, merupakan guru bersar UIN dan dosen UNW Mataram.
Kuliah umum bertema “Peluang dan Tantangan Generasi Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0” ini, dihadiri oleh dosen dan mahasiswa sejumlah 300 orang. Adapun tujuan kuliah ini menciptakan atmosfer akademik yg senantiasa kuat di kampus, sekaligus menandai telah dimulainya perkuliahan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2019.
Kedua pembicara mampu memotivasi dan menginspirasi mahasiswa untuk senantiasa mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Tidak hanya sebagai target pasar tapi menjadi pelaku industrialisasi. Serta mengajak mahasiswa mampu mandiri, lahir sebagai pengusaha baru. Namun waspada juga terhadap tantangan perkembangan teknologi, hendaknya mahasiswa mampu menjadi agen perubahan, mampu memposisikan diri pada sesuatu yang penting. Serta mendampingi perkembangan teknologi dan masalah sosial ini dengan iman dan taqwa serta akhlaq yang mulia.
Direktur Science Teknologi Industri Park (STIP) NTB Khairul Ihwan, ST., M.T menyampaikan, bahwa masyarakat belum banyak beradaptasi dengan perkembangan zaman. Kebanyakan kita sebagai target pasar. Sedikit sekali produk yang kita produksi, kebanyakan didatangkan dari luar padahal kita hidup di daerah yg berlimpah kekayaanya. Kita minim dalam pengelolaan sumberdaya.
Menurut Khairul, strategi utama yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak Industri Kecil Menengah (IKM) pengolahan. Di STIP menargetkan akan lahir 1000 pengusaha pengolahan. Program 2 tahun di STIP, adalah dalam rangka menguatkan menjadi pengusaha. Disini Teknologi akan diajarkan untuk dibuat. Semua difasilitasi, dilatih, difasilitasi produk, pembiayaan, pasar, Edukasi. Mesin sengaja dibeli untuk dibedah, untuk kemudian bisa dibuat mesin versi NTB.
Terakhir direktur STIP ini juga mengajak hadirin untuk tidak terlena terhadap perkembangan teknologi, tapi bersiap diri, beradaftasi dan mengambil hal-hal positif yang ditimbulkannya. Menurutnya, teknologi tidak akan bisa menggantikan posisi manusia, tetapi teknologi sebagai tool untuk mempermudah kerja manusia bukan menggantikan peran manusia.
Sedangkan Prof. Dr. TGH Fahrurrozi Dahlan, QH, S.S.,M H, menguraikan tentang tantangan kader NW, khususnya mahasiswa dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 agar pandai memposisikannya apakah itu suatu yang penting atau menarik.
Menurutnya, dalam al-Qur’an telah secara normatif berbicara tentang teknologi “Yaa ma’sarol jin wal insin… bisulthon, itu berbicara tentang teknologi”, paparnya.
“Teknologi golablisasi itu bisa menjadi referensi dan preferensi. Ini adalah moderasi. Di zaman ini kita tidak bisa hidup sendiri, pasti bergaul. Yang pasti tidak ada referensi pada persoalan aqidah dan ibadah karena itu sudah final, selain itu semua di apresiasi. Silahkan kembangkan aspek ekonomi, sosial dan budaya untuk kemaslahatan manusia”, tambahnya.
“Namun ada hal-hal penting yang bisa dilakukan dalam rangka menghadapi tantangan arus globalisasi yaitu dengan menjaga keluarga , Kuanfusikum waahlikum naaro.. banyak orang gagal menghadapi momentum itu keculi orang yg memiliki kecerdasan spiritual atau bisa disebut pendidikan karakter. Selanjutnya dengan amal Sholeh, atau bisa juga disebut kepekaan sosial. Kemudian watawaasaubil haq yaitu saling menasehati , inilah kecerdasan intelektual. Serta yang terakhir bersabar atau emotional question” tutupnya.