Connect with us

NTB

Pemprov NTB Kembali Fokus ke Program Unggulan

Published

on

HarianNusa.com, Mataram – Pemerintah Provinsi NTB ingin kembali fokus pada sejumlah program unggulan yang dijalankan selama ini, setelah selama tiga bulan terakhir sebagian besar energi tercurah untuk penanganan Covid-19. Adapun program unggulan tersebut seperti revitalisasi posyandu, zero waste, desa tangguh bencana dan desa wisata.

Wakil Gubernur NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd memimpin rapat pada Senin (15/06/2020) untuk mengetahui sejauh mana progres program – program unggulan di NTB tersebut.

Bersama Asisten I Hj. Baiq Eva Nurcahyaningsih, M.Si dan Asisten II, Ridwan Syah, MM., M.Sc., MTP, Wagub membuka rapat yang dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Kalak BPBD Provinsi NTB, dan Kepala DPMPD Dukcapil NTB di Ruang Anggrek Kantor Gubernur NTB.

Dalam rapat tersebut, Wagub ingin agar program-program unggulan Pemerintah Provinsi NTB tidak diam di tempat, namun harus terus didorong kedepannya. Karena program-program unggulan tersebut sangat relevan dengan upaya mengurangi penyebaran Covid-19 dan mengatasi dampaknya seperti industrialisasi, zero waste, kesehatan, dan kebersihan.

"Jadi clean, health and safety menjadi satu kesatuan, berhubungan juga dengan pariwisata. Sehingga semua program-program unggulan satu sama lain tidak bisa dipisahkan," jelas Umi Rohmi, sapaan akrabnya.

Advertisement

Melanjutkan arahannya Umi Rohmi ingin dalam mewujudkan kampung yang bersih dan sehat, posyandu keluarga harus berjalan dengan baik. Program-program unggulan tersebut harus terintegrasi semuanya.

Ia menginginkan semua desa di NTB menyediakan sarana dan prasarana protokol kesehatan Covid-19 termasuk di desa wisata. Ia ingin desa wisata mampu menjelma menjadi desa yang lengkap, baik dari segi kesehatan dan kebersihan. Tak hanya itu, Umi Rohmi juga ingin agar semua desa di NTB menjadi desa tangguh bencana.

"Kita tidak bisa tawar-menawar lagi, revitalisasi posyandu wajib di desa, pengelolaan sampah wajib, tangguh bencana juga wajib dan ini sebenarnya simple dan tidak membutuhkan banyak biaya. Sekarang bagaimana mensinergikan semua ini agar terealisasikan dengan baik," tegasnya

Dalam rapat tersebut pula, Wagub mengatakan muara dari program-program unggulan tersebut ada pada pemerintah desa. Oleh karena itu, ia ingin agar Kepala DPMPD Dukcapil NTB lebih cermat dan mengevaluasi dengan baik.

"Sehingga semua terangkum seperti apa yang kita inginkan, baik dari revitalisasi posyandu, desa tangguh bencana, pengelolaan sampahnya dan penanaman pohon berjalan dengan lancar," jelasnya.

Advertisement

Terakhir, Umi Rohmi berpesan agar sinergitas satu sama lain agar dengan anggaran yang terbatas ini Pemprov NTB mampu menjalankan program unggulan dengan sebaik-baiknya.

Asisten I Setda NTB Hj. Baiq Eva Nurcahyaningsih, M.Si mengajak semua pihak tidak terlalu larut dengan pandemi. Justru ia mengajak untuk terus bangkit dan kembali melihat program unggulan yang telah disusun.

"Mari kita mulai bangkit, mulai minggu ini dan selanjutnya untuk kembali melaksanakan lagi program unggulan kita," ungkapnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A memaparkan standar operasional prosedur atau SOP pelayanan posyandu keluarga di masa pandemi Covid-19. Menurutnya, tenaga kesehatan dan kader Posyandu sebelum hari H posyandu harus menyediakan fasilitas tempat cuci tangan dengan air yg mengalir dan sabun/hand sanitizer. Tenaga Kesehatan dan kader Posyandu juga wajib menggunakan alat pelindung diri minimal sarung tangan dan face shield.

"Tenaga Kesehatan dan Kader Posyandu dalam keadaaan sehat dan tidak menunjukan gejala batuk, pilek dengan menscreening suhu tubuh <37,5," jelasnya.

Advertisement

Dalam rapat tersebut, Kepala Dinas Pariwisata, H. Lalu Muhammad Faozal juga memaparkan terkait program Gerakan Bersih Indah Aman (BISA). Ia menjelaskan dari program ini akan ada 20 desa wisata untuk menjadi pilot project.

"Program ini bertujuan agar lebih fokus pada SDM untuk mengembangkan ekosistem pariwisata kita di desa wisata, kemudian untuk memperkuat destinasi dan mencoba untuk merubah paradigma baru di desa wisata," jelasnya.

Disampaikan Faozal, Dinas Pariwisata akan bekerja sama dengan Pokdarwis dan berbagai asosiasi. Selain itu juga akan ada pendampingan di masa pandemi Covid-19 ini untuk desa wisata.

"Desa sebagai model protokol kesehatan Covid-19 dan melibatkan masyarakat untuk sadar pada protokol kesehatan ini," katanya. (f3/*)

Advertisement
Continue Reading
Advertisement

NTB

Perlindungan Perempuan di Ponpes Jadi Sorotan: Pemprov NTB dan Komnas Perempuan Ambil Langkah Konkret 

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Kekerasan terhadap perempuan di lingkungan pesantren kembali menjadi perhatian serius. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menggelar pertemuan strategis di ruang kerja Wakil Gubernur NTB, Rabu (28/5), guna memperkuat perlindungan terhadap perempuan korban kekerasan, terutama di institusi pendidikan berbasis agama.

Wakil Gubernur NTB menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam menangani kasus-kasus kekerasan dan pelecehan yang marak terjadi, termasuk di lembaga yang selama ini dikenal sebagai tempat pembinaan moral dan akhlak.

“Di tengah upaya membangun NTB yang berkarakter, kita tidak bisa menutup mata atas adanya pelecehan dan kekerasan di lembaga pendidikan. Ini bukan hanya mencoreng institusi, tapi juga mengancam masa depan generasi muda,” ujarnya tegas.

Pihaknya menilai bahwa pengungkapan kasus kekerasan tidak selalu mudah, terutama saat pelaku adalah tokoh berpengaruh dalam komunitas. Oleh karena itu, Pemprov NTB berencana memperkuat koordinasi lintas sektor, termasuk dengan Kantor Kementerian Agama dan pemerintah kabupaten/kota, dalam membentuk sistem rujukan bersama yang lebih terstruktur dan responsif.

Komitmen ini mendapat dukungan penuh dari Komnas Perempuan. Ketua Komisi Paripurna Komnas Perempuan, Maria Ulfah Anshor, menyampaikan sejumlah rekomendasi penting, termasuk perlunya sistem perlindungan yang menyeluruh dan aksi pencegahan yang berkelanjutan.

Advertisement

“Korban kerap berada dalam posisi yang rentan, mengalami tekanan, bahkan intimidasi. Ini yang harus kita hentikan bersama-sama. Pencegahan tidak cukup hanya berupa penyuluhan. Harus ada tindakan nyata,” tegas Maria Ulfah.

Salah satu usulan Komnas Perempuan adalah penerapan sertifikasi kesehatan mental bagi tenaga pendidik di lingkungan pesantren. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pendidik memiliki kesiapan psikologis dan tidak memiliki riwayat gangguan yang dapat berdampak negatif pada santri.

Maria juga menekankan bahwa perlindungan terhadap korban harus mencakup upaya pemulihan dan jaminan keamanan pascakejadian. Ia berharap NTB dapat menjadi contoh daerah yang berani membongkar praktik kekerasan dan mengambil tindakan tegas terhadap pelaku, tanpa pandang bulu.

Pertemuan ini menjadi sinyal penting bahwa negara hadir dalam melindungi warganya yang paling rentan, khususnya perempuan dan anak-anak di lingkungan pesantren. Upaya ini juga mendorong masyarakat untuk tidak lagi bungkam terhadap kekerasan, dan menjadikan perlindungan korban sebagai bagian dari budaya kolektif.

Dengan adanya sistem rujukan bersama, evaluasi perlindungan yang berkelanjutan, serta kolaborasi erat antar instansi, diharapkan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan tidak lagi tertutup, dan korban dapat memperoleh keadilan serta pemulihan secara layak.

Advertisement

“Melindungi perempuan dari kekerasan bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tanggung jawab moral seluruh masyarakat,” tutup Maria Ulfah. (F3)

Ket. Foto:

Pertemuan Wakil Gubernur NTB Hj. Indah Damayanti Putri dan jajarannya bersama Komnas Perempuan di Ruang kerjanya. (Ist)

Continue Reading

Nasional

Komisi IX DPR RI Soroti Tingginya Pengangguran Lulusan SMK dan Lambannya Pembangunan Dapur Gizi di NTB

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) guna meninjau kesiapan daerah dalam melaksanakan program prioritas nasional, yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), serta membahas permasalahan pengangguran yang masih menjadi tantangan serius di wilayah tersebut.

Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Ketua Tim Kunker Komisi IX DPR RI, drg. Putih Sari, yang menyoroti tingginya angka pengangguran terbuka di NTB, khususnya di kalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan data BPS NTB per Agustus 2024, terdapat 87.010 pengangguran terbuka, di mana 4,73 persen di antaranya berasal dari lulusan SMK.

“Kondisi ini sangat memprihatinkan karena menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri di NTB. Banyaknya SMK yang dibuka tidak mempertimbangkan karakteristik wilayah dan pasar kerja lokal,” ujar Putih Sari dalam pertemuan tersebut.

Menanggapi hal ini, Komisi IX mendorong pemerintah daerah bersama lembaga pelatihan kerja, termasuk Balai Latihan Kerja (BLK), untuk merancang program pelatihan yang selaras dengan kebutuhan riil dunia usaha dan industri yang berkembang di NTB. Langkah ini dinilai krusial untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal.

Selain isu ketenagakerjaan, Komisi IX juga meninjau perkembangan program SPPG yang merupakan bagian dari agenda besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam menangani permasalahan gizi anak. Pemerintah menargetkan pembangunan 400 dapur umum di NTB hingga akhir 2025, namun hingga saat ini baru terealisasi sekitar 25 persen atau 54 unit.

Advertisement

Komisi IX menekankan pentingnya percepatan pembangunan dapur umum SPPG untuk mendukung peningkatan status gizi anak-anak NTB, mencegah stunting, dan memperbaiki kualitas hidup generasi masa depan.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi IX Muazzim Akbar menyoroti aspek keamanan pangan dalam pelaksanaan SPPG. Ia meminta Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk aktif melakukan pengawasan terhadap makanan yang disajikan kepada siswa.

“Badan POM harus turun langsung ke lapangan, jangan sampai terjadi kasus keracunan makanan atau penyajian makanan yang tidak layak konsumsi. Pengawasan ini penting untuk menjaga kualitas dan keamanan gizi anak-anak kita,” tegas Muazzim.

Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, menyambut baik kunjungan ini dan berharap hasil diskusi serta masukan dari Komisi IX DPR RI dapat menjadi landasan kebijakan yang lebih tepat sasaran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTB.

“Selamat datang di NTB. Kami tersanjung dan berterima kasih atas perhatian Komisi IX terhadap permasalahan kami. Semoga kunjungan ini membawa manfaat nyata bagi masyarakat NTB,” ujar Lalu Gita dalam sambutannya.

Advertisement

Kunjungan kerja ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara pusat dan daerah dalam menghadapi tantangan di bidang kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan sosial, sekaligus mempercepat terwujudnya target-target pembangunan nasional di NTB. (F3)

Ket. Foto:

Kunjungan kerja Komisi IX DPR RI di Kantor Gubernur NTB. (Ist) 

Continue Reading

Kota Mataram

GPM NTB Hadirkan Pangan Murah Jelang Idul Adha

Published

on

By

HarianNusa, Mataram –  Dalam upaya memastikan stabilitas harga pangan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pokok menjelang Hari Raya Idul Adha, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan kembali menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM). Kegiatan kali ini berlangsung di halaman depan Kantor Lurah Kebun Sari, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Rabu, (28/5).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB, Dr. H. Aidy Furqan, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan bahwa GPM merupakan bagian dari strategi Pemprov NTB dalam mendekatkan layanan pangan kepada masyarakat, khususnya menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) seperti Idul Adha.

“GPM ini kami gelar dengan pola roadshow di berbagai titik. Ini adalah bentuk kehadiran nyata pemerintah untuk menghadirkan komoditas pangan pokok di bawah harga pasar, utamanya menjelang Hari Raya Idul Adha yang akan jatuh pada 6 Juni mendatang,” ujarnya.

Dr. Aidy menekankan bahwa tujuan utama GPM adalah memberikan akses ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat. Tidak hanya menyediakan bahan pokok seperti beras, minyak goreng, dan gula, kegiatan ini juga menjadi ruang interaksi antara masyarakat dengan penyedia pangan lokal, termasuk produk-produk hortikultura segar dan olahan modern.

“Kita lihat sendiri, masyarakat tidak hanya mencari kebutuhan pokok, tapi juga mulai beralih ke sayuran segar, buah-buahan, hingga makanan olahan sehat. Ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran akan konsumsi pangan yang bergizi,” tambahnya.

Advertisement

Lebih dari sekadar pasar murah, GPM juga membawa misi edukatif. Melalui pemantauan mutu dan promosi makanan sehat bergizi, Dinas Ketahanan Pangan NTB memastikan masyarakat tidak hanya mendapat pangan yang terjangkau, tetapi juga berkualitas dan aman dikonsumsi.

“Ini bagian dari upaya pengendalian mutu dan edukasi gizi yang menjadi tugas penting kami,” pungkas Kadis Aidy.

Kegiatan GPM turut melibatkan berbagai stakeholder strategis, termasuk Bulog, Bank Indonesia, PUPM, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, serta ID Food dan ritel modern seperti Niaga Supermarket, Ruby Supermarket, MGM, dan Alfamart.

Ibu Mira, warga Kebun Bawak Ampenan, merasa terbantu dengan adanya GPM. “Harganya jauh lebih murah, kualitas juga bagus. Bisa selisih sampai dua ribu dibanding harga pasar. Lumayan sekali untuk menghemat pengeluaran menjelang lebaran,” ungkapnya. (F3)

Ket. Foto:

Advertisement

Seorang pembeli tampak berbelanja di GPM yang digelar Dinas Ketahanan Pangan NTB. (Ist)

Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!