HarianNusa, Mataram – Ekonomi Nusa Tenggara Barat menunjukkan pemulihan kuat pada triwulan III-2025. Setelah sempat terkontraksi minus 0,82% (yoy) akibat pembatasan ekspor tambang, perekonomian NTB kembali tumbuh 2,82% (yoy). Menariknya, ketika sektor tambang dikeluarkan, pertumbuhan NTB justru melesat hingga 7,86% (yoy), melampaui rata-rata nasional.
“Dalam jangka panjang, kita akan memasifkan diversifikasi ekonomi NTB. Sektor pertanian dan pariwisata memiliki potensi besar dalam menopang ekonomi NTB ke depan,” ujar Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal.
Sektor-sektor non-tambang tampak menjadi motor utama. Industri Pengolahan tumbuh paling tinggi dengan 66,65%, diikuti Akomodasi dan Makanan Minuman (6,96%) serta Jasa Keuangan dan Asuransi (6,70%). Dari sisi struktur ekonomi, Pertanian (22,92%), Perdagangan (14,27%), dan pariwisata dengan lonjakan kunjungan wisatawan 21,06% serta tamu menginap 28,16% menjadi pilar pertumbuhan.
Sementara itu, Kepala BPS NTB Dr. Drs. Wahyudin, M.M., menyebutkan PDRB triwulan III-2025 mencapai Rp 49,49 triliun, dengan pertumbuhan 3,91% (q-to-q). Industri Pengolahan mencatat kenaikan tertinggi dari sisi produksi (40,71%), sementara ekspor barang dan jasa naik 25% dari sisi pengeluaran.
“Secara tahunan (y-on-y), ekonomi NTB tumbuh 2,82%, dan secara kumulatif (c-to-c) tercatat 0,22%, dengan Konsumsi Rumah Tangga tumbuh stabil 4,25%,” ujarnya saat menggelar rilis resmi BPS, Rabu, 5 November 2025.
Pemulihan ini menegaskan bahwa NTB tengah memasuki fase pertumbuhan baru yang lebih beragam, lebih tangguh, dan tidak lagi terlalu bergantung pada fluktuasi sektor tambang. Gubernur Iqbal menilai momentum ini harus dijaga sebagai landasan pembangunan ekonomi NTB yang lebih berkelanjutan. (F3)
Ket. Foto:
Templet pertumbuhan ekonomi NTB Teiwulan III Tahun 2025. (Ist)


