HarianNusa.com, Mataram – Ratusan massa Front Perjuangan Rakyat (FPR-NTB) menggelar aksi memperingati Hari Buruh Sedunia atau May Day di Kota Mataram, Selasa (01/05). Massa melakukan long march dari Area Budaya Unram menuju Kantor Gubernur NTB.
Massa FPR NTB yang terdiri dari berbagai organisasi seperti AGRA NTB, FMN, Puskeba, Pilar Seni IKIP Mataram, Seruni NTB, PEMBARU NTB, Himmah NW dan LMND menyampaiakn tuntutan mereka. Sebanyak 24 tuntutan dibacakan massa saat aksi tersebut.
Dalam aksi ini turut juga diikuti oleh kaum tani NTB. Amaq Piran selaku perwakilan petani Sembalun mengkritisi konsep wisata halal NTB. Dalam orasinya, wisata halal ala TGB merupakan sebuah kedok untuk melakukan perampasan tanah guna mempermulus destinasi wisata.
“Program Pariwisata Halal ala TGB hanyalah kedok untuk mempermulus perampasan tanah untuk pembangunan destinasi wisata, karena dalam praktiknya tidak ada perbedaan yang tampak antara pariwisata konvensional dengan pariwisata halal yang digadang-gadang oleh TGB. Justru penggusuran untuk pembangunan hotel, perluasan jalan dan lain sebagainya semakin masif terjadi. Parahnya lagi kita justru semakin banyak kedatangan turis-turis asing yang berpenampilan tidak layak bahkan hampir telanjang dan secara perlahan merusak moral generasi muda kita,” cetusnya.
Arsyad perwakilan petani Sambalie juga menyampaikan situasi petani Sambalie yang sampai saat ini masih belum jelas setelah penggusuran yang dilakukan oleh PT. Sadhana Arif Nusa atas 602 KK di dusun Lendang Tengak Desa Senang Galih Kecamatan Sambalie, bahkan sampai dengan saat ini masih ada beberapa keluarga yang terpaksa menumpang tinggal di rumah tetangga atau keluarga karena rumahnya telah digusur, dan sampai dengan saat ini pemerintah NTB belum ada yang memberikan kejelasan atas nasip masyarakat tersebut.
“Alih-alih mendukung masyarakat Sambalia, Pemerintah NTB melalui Polres Lombok Timur justeru menangkap dan memenjarakan puluhan petani Sambalia yang mempertahankan tanah dan rumahnya dari penggusuran yang telah mengakibatkan meninggalnya Inaq Rohan setahun lalu di dalam masa penahanya oleh Polres Lombok Timur,” pungkasnya.
Selain itu, beberapa orator lain juga menyampaikan pandanganya masing-masing atas situasi rakyat utamanya kaum buruh dan petani yang dinilai terus merosot akibat dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang hanya mementingkan kepentingan investasi akan tetapi tidak memperdulikan nasip rakyatnya sendiri.
Di Sektor Pendidikan Lalu Arin ketua FMN Mataram menyampaikan situasi mahalnya biaya pendidikan akibat liberalisasi dan komersialisasi sektor pendidikan yang semakin merajalela, telah membuat biaya pendidikan semakin tidak terjangkau oleh masayarakat NTB yang notabennya menyadarkan hidupnya dari hasil pertanian. Senada dengan Arin, Alfian Ketua FMN Cabang Lombok timur serta perwakilan dari LMND dan HIMMAH NW juga menyampaikan hal yang serupa terkait situasi pendidikan yang saat ini dinilai hanya mementingkan uang semata akan tetapi para peserta didik atau lulusan-lulusan lembaga pendidikan justru sebagian besar tidak mampu terserap dalam dunia kerja dan bahkan tidak jarang yang pula yang terpaksa ke luar negeri untuk mencari penghidupan akibat tidak adanya lapangan pekerjaan di dalam negeri. (sat)

