Headline
Di Balik Tidak Tampaknya Hilal di Pantai Loang Baloq

Oleh: I Gusti Ketut Satria Bunaga, S.Tr
(BMKG Stasiun Geofisika Mataram)
Hari Raya Idul Fitri telah ditetapkan pemerintah semenjak penampakan hilal teramati di beberapa lokasi di Indonesia. Seakan menjawab rasa rindu umat Muslim di Indonesia untuk merasakan betapa indahnya Hari Kemenangan 1 Syawal 1439 H. Seakan-akan tidak ingin melewatkan momen-momen penting sebelum bulan puasa berakhir, antusias masyarakat untuk melihat hilal secara langsung menjadi hal yang sangat istimewa.
Ketertarikan ini kian besar, membuat semakin semangat bagi instansi pemerintah, pihak akademisi, dan tokoh agama untuk melakukan pengamatan bersama atau rukyatul hilal di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Kota Mataram. Walaupun pada kesempatan ini hilal masih belum teramati di Pantai Loang Baloq (Ampenan), namun terdapat berbagai peristiwa menarik di balik tidak teramatinya hilal ini.
Prakiraan Hilal (Penentuan 1 Syawal 1439 H)
Sama halnya dengan penentuan hari besar agama lainnya, penampakan hilal sebagai penentu 1 Syawal dapat diprakirakan setiap tahunnya. Secara sederhana, penentuan waktu tersebut bisa di formulasikan oleh manusia karena adanya keteraturan peredaran benda langit (bulan) mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi Matahari. Terkait dengan hal ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Mataram sebagai salah satu instansi pemerintah memiliki peranan untuk memberikan pelayanan data tanda waktu, salah satunya adalah penentuan 1 Syawal 1439 H. Informasi yang disampaikan meliputi: (1) Waktu Konjungsi (Ijtima’) dan Waktu Terbenam Matahari, (2) Data Hilal saat Matahari Terbenam, (3) Peta Ketinggian Hilal, (4) Peta Elongasi, (5) Peta Umur Bulan, (6) Peta Lag, (7) Peta Fraksi Iluminasi (FI), dan (8) Objek Astronomis lainnya yang Berpotensi Mengacaukan Rukyat Hilal.
Informasi tersebut tentu saja dikordinasikan dengan Kanwil Kemenag Prov. Nusa Tenggara Barat (NTB) sebelumnya dengan tujuan memantapkan kegiatan rukyatul hilal yang akan dilaksanakan di Pantai Loang Baloq Ampenan, Kota Mataram. Tidak hanya itu, Alat pemantau hilal (teropong azimuth) yang mampu mendeteksi posisi matahari dan bulan secara otomatis pun juga telah dipersiapkan.
Pengamatan Hilal
Upaya pengamatan hilal tidaklah sederhana, penentuan lokasi yang “tepat” untuk bisa melihat penampakan hilal sangatlah penting. Beberapa kali dilakukannya pengamatan hilal di Pantai Loang Baloq Ampenan, belum mendapatkan hasil yang baik atau belum teramatinya hilal. Adapun dua faktor utama yang memegang peranan penting di dalam rukyatul hilal di lokasi tersebut, yaitu: keberadaan Gunung Agung di Bali dan kondisi cuaca.
Potensi Keberadaan Gunung Agung
Mengapa keberadaan Gunung Agung dapat mempengaruhi pengamatan hilal? Hal ini dikarenakan gerak semu tahunan matahari (dalam hal ini posisi terbenam matahari dan bulan) bergerak ke arah di mana bertepatan atau tertutupinya oleh Gunung Agung di Bali sehingga penampakan hilal cenderung tidak teramati oleh pengamat yang berada di Pantai Loang Baloq (Gambar 1). Bukan berarti kondisi ini merupakan kendala utama, akan tetapi perlu memperhitungkan ketinggian hilalnya. Semakin tinggi hilal semakin besar peluang teramatinya hilal atau tidak tertutupinya oleh keberadaan Gunung Agung, hanya saja waktu kesempatan untuk melihat hilal lebih singkat jika dibandingkan tidak terhalang oleh objek apapun.

Gambar 1. Ilustrasi Posisi Terbenamnya Matahari di Lokasi Pantai Loang Baloq. Garis Kuning Merupakan Arah Terbenamnya Matahari dan Garis Biru Merupakan Arah Terbenamnya Bulan Terhadap Posisi Gunung Agung di Bali. (Sumber: Google Earth)
Kondisi Cuaca
Faktor cuaca sering kali menjadi “hantu” di setiap lokasi pengamatan hilal di seluruh Indonesia, termasuk Pantai Loang Baloq di Ampenan. Sebenarnya pada kesempatan kali ini, peluang teramatinya hilal cukup memungkinkan karena tinggi hilal sebesar 7° 9’ 13’’ dan FI Bulan atau persentase perbandingan antara luas piringan Bulan yang tecahayai Matahari sebesar 0.48 % sudah termasuk cukup ideal untuk menyaksikan hilal. Namun sangat disayangkan sekali bahwa momen emas ini kembali tertunda akibat faktor cuaca. Hal ini senada dengan informasi prakiraan cuaca yang diinformasikan oleh BMKG Stasiun Meteorologi BIL bahwa cuaca di sekitar lokasi pengamatan berupa cerah berawan pada tanggal 14 Juni 2018.
Kejadian ini tidak hanya terjadi di sini, melainkan hampir di seluruh lokasi pengamatan hilal yang dilakukan oleh stasiun-stasiun BMKG di Indonesia. Bagaimana tidak, dari 23 lokasi pengamatan yang tersebar, hanya tiga lokasi yang dapat mengamati penampakan hilal. Daerah yang dimaksud, antara lain: Kab. Donggala di Palu, Manado di Sulawesi Utara, dan Aceh Besar di Aceh. Sedangkan 20 daerah lainnya tidak teramati karena tertutup awan. Dengan kata lain, kondisi cuaca sangatlah “krusial” sebagai kunci sukses atau tidaknya hilal teramati.
Solusi
Tentu saja kondisi ini kian menjadi menarik, bagaimana caranya untuk mendapatkan hasil yang terbaik guna mampu mengamati hilal secara langsung di Pulau Lombok. Pemilihan lokasi yang “tepat” sangatlah diperlukan. Hal yang dimaksud adalah, lokasi di mana terbenamnya matahari dan bulan tidak terhalangi objek di permukaan bumi dan terpenuhinya fasilitas pendukung untuk peralatan-peralatan pengamatan (Gambar 2). Jika semua sudah terpenuhi, potensi teramatinya hilal kian besar, hanya saja bergantung pada kondisi cuaca sekitar.

Gambar 2. Ilustrasi Terbenamnya Matahari Tanpa Gangguan Objek Di Permukaan Bumi. Garis Kuning Merupakan Arah Terbenamnya Matahari dan Garis Biru Merupakan Arah Terbenamnya Bulan. (Sumber: Google Earth)
Singkatnya, dari segi prakiraan waktu dan cuaca, teknis pengamatan, koordinasi antar multi-instansi pemerintah, akademisi, tokoh agama, dan masyarakat lokal sudah sangat baik dilakukan. Semoga rukyatul hilal ke depannya dapat teramati dengan baik di Pulau Seribu Masjid ini.
Baca Juga: Berpikir Cerdas Menyikapi Berita “Hoax” Gempa Bumi
Headline
Pemerintah Genjot Pembangunan 400 SPPG di NTB, Baru 25 Persen Terealisasi

HarianNusa, Mataram – Pemerintah pusat menargetkan pembangunan 400 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) guna mendukung program pemenuhan gizi masyarakat, terutama bagi pelajar. Hingga saat ini, realisasi pembangunan baru mencapai 25 persen atau sekitar 54 unit.
“Untuk program makan bergizi, kita targetkan pembangunan SPPG di NTB sebanyak 400 unit. Saat ini baru terbangun sekitar 25 persen. Harapannya, target ini dapat tercapai sepenuhnya pada tahun 2025,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI, H. Muazzim Akbar, usai melakukan pertemuan dengan Sekretaris Daerah (Sekda) NTB dalam rangka kunjungan kerja Komisi IX DPR RI ke Pemprov NTB, Rabu, (28/5).
SPPG merupakan dapur umum yang memproduksi makanan bergizi dan tersebar di 26 provinsi. Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah SPPG terbanyak, yakni 57 titik. Konsep ini melibatkan koperasi, yayasan, hingga perusahaan swasta sebagai mitra penyedia makanan sehat.
Muazzim menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan berbagai instansi, termasuk Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dalam mempercepat pembangunan dan menjamin keamanan makanan yang disajikan.
“BPOM harus turun langsung ke lapangan. Jangan hanya menunggu laporan. Kita tidak ingin terjadi kasus keracunan makanan atau konsumsi bahan yang tidak layak, seperti buah berulat,” tegasnya.
Ia menambahkan, kehadiran SPPG yang merata di seluruh NTB akan menjadi kunci keberhasilan program makan bergizi nasional dan sekaligus mendukung penurunan angka stunting serta peningkatan kualitas kesehatan generasi muda.
Dengan target 400 SPPG tersebut, Muazzim meminta seluruh pihak bahu-membahu agar misi besar pemenuhan gizi ini tidak hanya sekadar wacana, melainkan terealisasi nyata dan memberi dampak langsung bagi masyarakat NTB. (F3)
Ket. Foto:
Anggota Komisi IX DPR RI Dapil NTB dari Partai Amanat Nasional, H. Muazzim Akbar. (HarianNusa)
Headline
Viral Video Pernikahan Anak, Anggota Komisi V DPRD NTB Jamhur Desak Sanksi Tegas untuk Pencegahan

HarianNusa, Mataram – Viralnya video pernikahan di bawah umur di media sosial baru-baru ini mengundang perhatian publik, termasuk dari kalangan legislatif. Anggota Komisi V DPRD Provinsi NTB, H. Muhammad Jamhur, angkat bicara mengenai fenomena tersebut dan menegaskan pentingnya edukasi serta peran semua pihak dalam mencegah pernikahan dini.
Menurut HM Jamhur, fenomena Merarik Kodek atau pernikahan dini sebenarnya terjadi di banyak tempat, hanya saja tidak semuanya terekspos ke publik. “Permasalahan pernikahan di bawah umur ini terjadi di mana-mana. Ada yang terpublikasi, ada juga yang tidak. Di era digitalisasi seperti sekarang, semua peristiwa sangat mudah terekspos dan menjadi viral, bahkan tanpa disadari oleh pelaku atau keluarga,” ungkapnya, Senin, (26/5) kepada hariannusa.com.
Ia menilai, walaupun viralitas di media sosial terkadang membawa keberuntungan bagi pemilik akun, namun di balik itu terdapat persoalan serius yang harus segera ditangani. “Pernikahan dini berdampak besar terhadap masa depan pelaku, baik secara psikologis maupun kesehatan. Ini bisa menjadi salah satu penyebab tingginya angka kawin cerai, serta risiko saat kehamilan dan persalinan. Bahkan anak-anak dari pernikahan dini banyak yang rentan mengalami stunting,” jelasnya.
H. Jamhur mengajak semua elemen masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam memberikan edukasi secara masif, mulai dari orang tua, keluarga terdekat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat hingga pemerintah. Ia menegaskan pentingnya peran kolaboratif dalam menekan angka pernikahan dini di NTB.
Ia juga menyoroti keberadaan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pencegahan Perkawinan Dini yang sudah dimiliki oleh NTB. Namun, menurutnya, perda tersebut belum efektif karena tidak mengatur sanksi tegas bagi pelanggarnya. “Kita sudah punya perda, tapi kelemahannya tidak ada sanksi tegas. Ini harus menjadi perhatian agar regulasi benar-benar berdampak,” tandasnya.
Dengan pernyataan ini, H. Jamhur berharap adanya perhatian serius dan langkah konkret dari semua pihak untuk melindungi generasi muda dari dampak negatif pernikahan di usia dini.
Seperti diketahui baru-baru ini jagad media sosial dihebohkan dengan video nyongkolan pernikahan anak dibawah umur dimana pengantin perempuan masih duduk dibangku SMP sedangkan pengantin pria baru kelas 1 SMK. Pasangan tersebut diketahui berasal dari Lombok Tengah. (F3)
Ket. Foto:
Anggota Komisi V DPRD NTB, HM. Jamhur. (Ist)
Ekonomi
Dorong Produktivitas Pertanian, Gubernur NTB Serahkan Combine Harvester ke Kabupaten Sumbawa

HarianNusa, Sumbawa – Komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam memperkuat ketahanan pangan kembali dibuktikan. Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal, secara resmi menyerahkan dua unit combine harvester kepada Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, pada Senin (26/5). Bantuan alat panen modern ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor pertanian di wilayah lumbung pangan NTB.
“Yang lain semua dapat, tetapi yang kita utamakan daerah-daerah yang jadi lumbung pangan,” tegas Gubernur Iqbal, menekankan pentingnya optimalisasi alat modern untuk mendukung kabupaten-kabupaten penghasil pangan utama, termasuk Sumbawa dan Lombok Tengah.
Gubernur juga berharap agar bantuan ini dikelola langsung oleh pemerintah kabupaten untuk memastikan pemanfaatan yang maksimal. Ia menekankan bahwa dengan skema pinjam atau sewa, alat ini bisa digunakan bergilir oleh para petani tanpa risiko diperjualbelikan.
“Barang itu juga akan tetap terpelihara sehingga dalam jangka waktu sekian tahun, semua kebutuhan petani untuk combine harvester sudah terpenuhi,” ujar Gubernur.
Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, mengapresiasi langkah cepat dan strategis dari pemerintah provinsi. Menurutnya, bantuan ini sangat sejalan dengan visi daerah dalam mengembangkan sektor agromaritim berbasis potensi lokal.
“Ini adalah bentuk nyata sinergi pusat-daerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional, dan kami siap mengelola serta memanfaatkan alat ini sebaik mungkin,” kata Bupati Jarot.
Penyerahan combine harvester ini menjadi langkah konkret dalam transformasi sektor pertanian NTB menuju pertanian modern yang efisien dan berkelanjutan. (F3)
Ket. Foto:
Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, berpose bersama pada kegiatan serah terima dua unit combine harvester, Senin (26/5). (Ist)
-
Headline7 tahun ago
Potensi Tsunami di Asia, NTB Diperingati Waspada
-
NTB6 tahun ago
Ini Cara Mitigasi saat Gempa Bumi
-
Headline7 tahun ago
Misteri Telapak Tangan yang Gegerkan Warga Lombok Terpecahkan
-
Headline8 tahun ago
Mengenang 40 Tahun Bencana Tsunami di Lombok dan Sumbawa
-
Headline8 tahun ago
Ssttt… Ini Lokasi Razia Zebra di Pulau Lombok Selama Dua Pekan
-
Hukum & Kriminal7 tahun ago
Tak Terima Diputusin, Pria di Lotim Sebar Foto Bugil Kekasihnya
-
NTB6 tahun ago
Ahli Geologi AS Peringatkan Bahaya Gempa di Selatan Lombok
-
NTB6 tahun ago
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Dingin di Lombok