Minggu, Juni 30, 2024
spot_imgspot_img
BerandaGaya HidupKesehatanPIN Polio Tahap 2 Menuju Suksesnya Eradikasi Polio 2026

PIN Polio Tahap 2 Menuju Suksesnya Eradikasi Polio 2026

- Advertisement - Universitas Warmadewa

HarianNusa, Bogor – Pekan Imunisasi Nasional disingkat PIN Polio untuk tahap kedua diagendakan akan berlangsung pada 23 Juli 2024 mendatang. Hal ini dilakukan menindaklanjuti Surat Menkes RI tertanggal 16 Mei 2024 terkait pelaksanaan PIN sebagai gerakan bersama secara terpadu untuk penanggulangan KLB Polio yang ditujukan kepada Gubernur di 33 provinsi dan pada tahap kedua nanti akan diselenggarakan secara serentak di 27 Provinsi termasuk di dalamnya provinsi NTB.

Kepala Dinas Kesehatan NTB, Dr. dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM.MARS., menyatakan, diperlukan dukungan semua pihak untuk menyukseskan PIN tahap 2 untuk suksesnya eradikasi polio tahun 2026.

Menurut Fikri yang mewakili Pj Gubernur NTB pihaknya bersama Bappeda, TP. PKK, Dikbud, Kemenag dan Kominfotik Provinsi NTB pada kegiatan ini dilakukan penandatanganan komitmen dalam pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional tahap 2 ( PIN2 ), tanggal 23 Juli 2024 mendatang. Dengan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB ) Polio (AFP : Acut Flaxid paralysis ) di 7 provinsi.

"PIN tahap 1 telah di laksanakan 21 Mei 2024. Dan PIN Tahap 2 akan di laksanakan tanggal 23 Juli 2024. Adapun Vaksin yang di berikan OPV2 pada anak usia 0-7 tahun. Tidak usah khawatir dapatkan vaksin polio secara gratis di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit atau Faskes terdekat," kata Fikri pada Advokasi dan sosialisasi Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional Polio Tahap 2 di The Mirah Hotel Bogor, Jawa Barat, sejak Senin hingga Rabu 24-26 Juni 2024.

Dikatakan, pelaksanan PIN 2 di 27 provinsi termasuk provinsi NTB ditarget kan capaian vaksinasi polio 95 persen dan cakupannya harus tinggi dan merata.

Target menuntaskan kasus polio di Indonesia termasuk di Provinsi NTB membutuhkan komitmen kuat dan secara bersama-sama dengan seluruh stakeholder tidak terkecuali anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) untuk bersama-bersama secara terintegrasi dan menyeluruh untuk bisa menyukseskan pelaksanaan PIN tahap kedua ini.

Dan untuk menyukseskan kegiatan dimaksud, Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menggelar Workshop bertajuk "Advokasi dan sosialisasi Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional Polio Tahap 2".

Kegiatan ini diikuti peserta dari 27 Provinsi yang terdiri dari unsur Dinas Kesehatan, Bappeda, Diskominfotik, Dinas Dikbud, Kemenag dan TP PKK.

Plt Drjen Dirjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit dr Yudi Pramono MARS dalam sambutannya melalui Zoom Meting mengungkapkan, agar seluruh pihak yang terkait untuk turut membantu secara maksimal guna memastikan cakupan imunisasi sesuai target bersamaan dengan imunisasi yang dilakukan di sekolah, posyandu dan puskesmas ataupun pusat-pusat layanan kesehatan lainnya.

Plt Dirjen juga berharap agar memberikan perhatian khusus kepada wilayah yang cakupan imunisasinya rendah dan rawan terjadinya KLB melalui penguatan imunisasi rutin.

Pemerintah lanjutnya, juga terus melakukan kegiatan surveilans lumpuh layu akut, dan surveilans polio lingkungan. Ia juga meminta masyarakat, terutama orang tua untuk melengkapi imunisasi polio anaknya, yakni 4 kali tetes usia 1 sampai 4 bulan dan 2 kali suntik usia 4 sampai 9 bulan, serta imunisasi rutin anak lainnya sesuai usia.

Dalam diskusi kegiatan tersebut mengemuka peran masing-masing leading sektor dalam upaya mencapai target sasaran PIN ini pada anak usia 0-7 tahun dan para ibu dari orangtua anak yang juga sebagai sasaran edukasi akan dampak polio ini bagi tumbuh kembang anak untuk generasi sehat yang akan datang. Program PIN Polio ini tidak bisa jalan sendiri tanpa kolaborasi semua pihak untuk menyukseskannya.

Menyinggung tentang pentingnya strategi komunikasi dan informasi untuk peningkatan penerimaan masyarakat dalam pelaksanaan PIN ini sebagaimana disampaikan penyaji dari Unicef Risang Ratmajaya, bahwa peran komunikasi dan informasi yang disampaikan kepada masyarakat akan pentingnya anak Indonesia sehat dan terbebas dari polio diperlukan pola-pola komunikasi yang baik, menyenangkan dan menghibur kepada masyarakat dengan tidak menakut-nakuti masyarakat akan bahaya polio ini.

Dikatakan, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengedukasi dan mengadvokasi masyarakat terkait polio ini. Melalui pertemuan-pertemuan informal seperti pengajian, kegiatan Posyandu, tatap muka, khutbah, siaran keliling oleh Kominfotik atau Promkes dikes provinsi masing-masing juga cara sederhana yang bisa dilakukan dan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat.

Khusus peran Kominfotik sebagai humas dan penyuluh informasi yang mendesiminasikan informasi sangatlah strategis agar informasi tentang pencegahan polio ini bisa dilakukan. Ia menyebut Kominfotik sebagai garda terdepan dalam memberikan informasi bisa dilakukan dengan pendekatan dan kemitraan yang baik dengan media dan penyebaran informasi juga melalui media sosial dan sebagainya.

Sebagai informasi sebagaimana dilansir dari laman Kemenkes.go.id menyebutkan, Poliomyelitis (polio) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian dalam hitungan jam. Penyakit ini menyebar melalui air, makanan, atau tangan yang terkontaminasi kotoran orang yang terinfeksi virus polio. (HNR)

RELATED ARTICLES
spot_img
Minggu, Juni 30, 2024
- Advertisment -spot_img

Populer Pekan ini

Minggu, Juni 30, 2024
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -
- Advertisment -

Banyak Dibaca

- Advertisment -