HarianNusa.com, Mataram – Hampir dua pekan pasca gempa bermagnitudo 7,0 pada skala richter yang mengguncang Lombok, Kantor Pos Mataram dibanjiri kiriman paket bantuan untuk para korban gempa. Hingga hari ini, Jumat (17/08), ratusan ton paket yang dikirim masyarakat masih berada di Kantor Pos Mataram.
PT Pos Indonesia sebelumnya telah membebaskan ongkos kirim bagi paket-paket bantuan yang ditujukan untuk korban gempa Lombok. Paket bantuan tersebut diserahkan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB untuk didistribusikan di pos-pos pengungsi.
Namun, di media sosial beredar kabar bahwa banyak kiriman paket masyarakat melalui Kantor Pos tidak diberikan pada penerimanya di Mataram. Bahkan beredar isu bahwa Kantor Pos mengklaim paket milik masyarakat tersebut. Terparahnya, isu yang beredar bahwa kiriman masyarakat diklaim untuk pencitraan presiden mengunjungi Lombok.
Kabar tersebut menjadi viral di masyarakat, sehingga beberapa netizen mendesak masyarakat untuk menggelar demo di Kantor Pos.
Seorang warga Erni Sri Wahyuni mengaku hingga saat ini belum dapat mengambil paket miliknya di Kantor Pos. Padahal berdasarkan hasil print out paket yang datang, paket miliknya telah masuk pada 14 Agustus kemarin.
“Kiriman saya dari Surabaya sampai saat ini belum masuk. Tadi saat saya tanya, pegawainya minta nomor telpon agar nanti saya ditelpon ketika barang saya siap diambil. Katanya sih masih dicarikan,” ujarnya.
Kepala Kantor Pos Mataram, Made Wirata yang ditemui di Kantor Pos Mataram, membantah isu-isu yang beredar di media sosial tersebut. Dia mengatakan, sebagai bentuk empati, PT Pos Indonesia menggratiskan pengiriman bantuan untuk korban gempa di Lombok, dengan syarat paket bantuan tersebut didistribusikan melalui BPBD NTB tanpa ada tujuan pengiriman.
“Pertama, Kantor Pos membuat program Peduli Gempa Lombok karena kita berempati dengan warga Lombok. Karena itu tercetuslah ide menghimpun bantuan masyarakat baik pribadi maupun dari komunitas untuk masyarakat di Lombok. Pengumuman kami pertama itu bunyinya kiriman itu dibebaskan dari biaya kirim tapi tujuannya jelas, ke posko-posko atau ke posko peduli gempa,” ujarnya.

Antusias masyarakat yang mengirim paket bantuan pun sangat ramai. Bahkan hingga tanggal 16 Agustus kemarin, total paket yang masuk sebanyak 924 ton, sehingga Kantor Pos Mataram mengalami overload lantaran membludaknya jumlah paket yang masuk.
Pantauan Hariannusa.com, hampir seluruh ruangan kantor dipenuhi paket yang masuk. Petugas sangat sibuk mengatur dan memisah paket bantuan gempa dan paket milik masyarakat dengan alamat tujuan. Bahkan personel TNI turut membantu proses distribusi paket bantuan untuk korban gempa tersebut. “Karena jumlah kiriman yang di luar dugaan sampai 900 ton itu tentu kami overload antarnya,” pungkas Made Wirata.
Jika paket khusus untuk sumbangan gempa, Kantor Pos Mataram berkoordinasi dengan BPBD untuk mendistribusikannya ke pos-pos pengungsi. “Kedua, tujuan ke posko kami di Kantor Pos, kami bekerjasama dengan BPBD untuk diserahkan. Itu akan dikumpulkan pada BPBD untuk disalurkan pada masyarakat yang membutuhkan,” ucapnya.
Namun, bagaimana dengan paket yang telah memiliki alamat penerima yang jelas? Apakah benar telah disumbangkan ke pengungsi gempa? Isu tersebut dibantah oleh Made Wirata.
“Bantuan yang bebas ongkos kirim seharusnya tidak boleh dialamatkan ke alamat pribadi. Sekarang yang terjadi banyak yang datang kiriman bantuan, ongkos kirimnya gratis tapi alamat pribadi, itu yang sekarang banyak masyarakat komplin,” tandasnya.
“Tapi itupun karena sudah menjadi amanah kami, kami simpan, kami telponin. Jadi tidak ada sedikitpun kami ingin mengklaim itu milik PT Pos, tidak ada sama sekali,” sambunya.

Made Wirata meminta masyarakat yang memilik kiriman paket dimohon untuk bersabar, karena saat ini membludak jumlah paket yang datang membuat petugas ekstra sibuk dalam pendataan maupun proses distribusinya. Paket masyarakat saat ini tengah dipisahkan dan masih berada di Kantor Pos. Apabila paket-paket telah selesai dibongkar, maka petugas akan menelpon penerima paket untuk datang mengambil paket tersebut.
“Saran saya tunggu kami bongkar dulu baru masyarakat dapat datang mengambil kirimannya. Ini 50 ton di sini, jadi kami butuh waktu untuk membukannya. Begitu terbuka kami modalin pulsa anak-anak cewek ini (pegawai pos) untuk menghubungi penerima datang ke kantor. Dari pada masyarakat datang ramai-ramai toh kirimannya belum dibuka, malah bikin kami gak bisa kerja,” sarannya.
Dia juga meminta maaf bagi masyarakat yang belum menerima paket miliknya. Made Wirata memohon masyarakat bersabar, karena jumlah paket yang sangat membludak. Bahkan pegawai pos bekerja hingga pukul empat dini hari untuk membongkar kiriman paket yang datang dari tiap-tiap truk.
”Saya minta maaf kalau agak lambat. Membludaknya kiriman seperti ini butuh waktu kami memprosesnya,” tuturnya.
Soal adanya rencana aksi demo di Kantor Pos, dia kembali menyarakan masyarakat untuk bersabar. “Dari pada demo ke kami, lebih baik bantuin kami di sini. Ada mau 100 ton datang ini. Ini total 924 ton sampai tanggal 16. Artinya masyarakat sangat antusias mengirim bantuannya ke PT Pos. Maaf kalau kami agak terlambat, tapi kami upayakan secepatnya, tutupnya. (sat)