HarianNusa.com – Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menutup pendakian di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Penutupan tersebut lantaran beberapa titik di puncak gunung sering terjadi longsor. Hal tersebut mengancam keselamatan pendaki.
Penutupan dengan waktu cukup lama tersebut mengancam perekonomian masyarakat Sembalun, Lombok Timur, yang sebagian besar mengais rezeki pada destinasi yang telah masuk geopark dunia tersebut.
Seorang pengusaha travel agent, Rudi Lombok, menilai penutupan Rinjani dapat mengancam ribuan porter dan guide menganggur. Bahkan, travel agent bias mengalami kerugian yang signifikan.
“Itu berdampak porter, guide dan travel agent. Cuma memamg belum dapat suatu alasan yang bisa kita informasikan pada tamu. Kasihan masyarakat Sembalun akan hilang pekerjaannya seharusnya ekonomi bangkit melalui itu, melalui kegiatan pariwisata,” ujarnya, Rabu, 24 Oktober 2018.
Menurutnya, sumber pendapatan dari wisatawan sebagian besar karena destinasi Rinjani, sehingga sangat disesalkan penutupan yang sangat lama tersebut.
“Lumayan besar sekali minat wisatawan ke Rinjani. Pendakian memiliki pasaran sendiri. View sangat beda dengan gunung-gunung lain. Tingkat kesulitannya bisa temui jalan sulit, bias temui jalan mudah karena banyak titik pendakian,” ungkapnya.
Hal senada diucapkan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB, Fauzan Zakaria, menurutnya Rinjani merupakan satu-satunya wisata gunung di Lombok di tengah banyaknya destinasi pantai, sehingga menjadi favorit wisatawan. Dengan ditutupnya Rinjani menurutnya, akan berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar.
“Itu menurut saya terlalu lambat. Di zaman sekarang kita dituntut bekerja cepat, enggak bias lamban. 2020 itu seberapa banyak masyarakat yang menganggur, banyak masyarakat yang menggantungkan hidup di sana,” keluhnya.
Dia menawarkan jika penutupan Rinjani lantaran akses jalan yang rusak akibat longsor, pemerintah dapat meminta bantuan TNI untuk memperbaiki akses jalur tersebut.
“Mungkin sebulan, dua bulan orang bisa sabar, tapi kalau sampai dua tahun terlalu lama. Kalau hanya persoalan jalur pendakian kita bisa minta bantuan TNI. Kami BPPD NTB mendesak pihak TNGR melakukan langkah penting dalam waktu cepat bias dibuka kembali,” pungkas dia. (sat)