Seni dan Budaya
Gendang Beleq Bisa Jadi Potensi Desa Wisata

HarianNusa.com – Kisruh yang sempat menimbulkan gesekan fisik antar dua kelompok Gendang Beleq di Lombok, yang sempat viral di media sosial hendaknya menjadi pelajaran untuk tidak terjadi lagi ke depan.
“Ya mungkin karena ada salah paham sehingga memicu gesekan. Tapi kita minta dua kelompok ini bisa meyelesaikan dengan baik, dengan kominikasi yang damai. Kita ini pekerja seni, dan ini tidak boleh lagi terjadi ke depan,” kata Lalu Candra Yudhistira, seniman musik yang juga pengusaha industri kreatif di bidang pariwisata, Selasa (20/11) di Mataram.
Lalu Candra mengatakan, sesama pekerja seni, di bidang apa pun, sebaiknya berhubungan baik dan saling mengangkat satu sama lain, jangan justru “saling sikut”.
“Karena bicara seni itu kita bicara olah rasa bukan olah otot. Mari kita sama-sama bangun NTB ini dengan bidang kita masing-masing,” katanya.
Ia berharap, kasus ricuh Gendang Beleq yang sedang viral di media sosial terkait perkelahian group kesenian itu, bisa menjadi pelajaran untuk para pecinta seni khususnya seni tabuh.
“Semangat para pejuang seni, tunjukan kalau kita bisa mengembangkan sektor pariwisata melalui seni dan budaya,” kata Lalu Candra.
Aset dan Potensi Wisata
Lalu Candra yang maju sebagai Caleg DPRD NTB dari PDIP ini menilai seni dan budaya yang mengkat kearifan lokal seperti Gendang Beleq, merupakan aset dan potensi wisata di daerah ini.
Kelompok Gendang Beleq yang ada di sebuah desa, juga sekaligus menjadi aset dan potensi untuk pengembangan Desa Wisata yang saat ini tengah didorong di Provinsi NTB.
“NTB ini sedang menggagas dibentuknya banyak Desa Wisata dengan dukungan beberapa Kementerian. Nah pekerja seni di Desa, seperti Gendang Beleq ini adalah salah satu aset Desa, selain keindahan dan ketersediaan infrastruktur di sana,” katanya.
Menurutnya, peluang ini harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membangun kekuatan desa terutama di sektor pariwisata.
“Konsep Desa Wisata ini ada, karena memang trend-nya wisatawan saat ini lebih senang back to nature, merasakan pengalaman hidup di desa. Nah, orang dari luar daerah dan luar negeri saja mau datang untuk lihat keindahan alam dan keramahan masyarakat desa, kok kita malah saling ribut?. Mari kita sudahi hal seperti itu, dan kita saling bahu-membahu membangun NTB ini lebih baik lagi,” tukasnya.
Politisi muda PDIP ini juga meminta agar masyarakat tidak cepat memviralkan hal-hal yang kontennya bisa menurunkan citra daerah NTB.
Sebab, video berkonten kekerasan dan perkelahian akan membuat wisatawan berpikir bahwa NTB tidak aman.
“Kita sedang upaya recovery pasca gempa bumi. Sedang yakinkan ke masyarakat luar, para wisatawa bahwa NTB ini aman. Tentu dengan ada video-video (perkelahian) itu, hal ini akan menjadi kontra produktif dengan upaya bangkit yang kita gelorakan,” katanya.
Ia mengajak semua pelaku seni dan budaya untuk sama-sama memberikan kreasi terbaiknya untuk daerah ini. (sat)
Seni dan Budaya
Melihat Tradisi Idul Fitri di Berbagai Negara: Perspektif Global dari Turki hingga Jerman

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Islam memainkan peran sangat penting dalam kehidupan sosial dan budaya Turki. Demikian disampaikan Prof. Doc. Dr. Banu Gürer dari Marmara Universitesi, Istanbul, Turkey pada diskusi bertajuk “Eidul Fitri in the Global Perspectives’ yang diselenggarakan oleh The Lead Institute, Universitas Paramadina.
Diskusi yang digelar Jumat (19/4/2024) ini merupakan kelanjutan dari Program of Fitrah Majbulah Series yang digelar secara daring dan dimoderatori oleh Maya Fransiske Lecomte, S.Ag. Banu memaparkan bahwa berdasarkan beberapa penelitian tentang populasi Muslim di Turki, hampir 19% masyarakat mendefinisikan diri mereka sebagai Muslim, dan tradisi utama didasarkan pada tradisi Sunni Hanafi di Turki. Menurutnya hari raya Idul Fitri di Turki biasa disebut sebagai “Ramazan Bayrami” atau Festival Ramadhan.
“Ramadhan memiliki banyak fitur yang khas. Di antaranya ada 4 kategori khas Turki dalam menyambut Ramadhan yakni membaca Al-Quran, mendengarkan takbir, dan salam yang khusus memiliki arti penting, selain itu juga beramal sedekah dan berbuat baik kepada sesama dan fakir miskin” kata Banu.
Turki juga mewajibkan zakat dan sumbangan bagi muslim, dan biasanya digunakan untuk membangun masjid. “Di Turki Idul Fitri bukanlah hari libur sebagaimana di Indonesia, tapi penduduk Turki yang bekerja hanya diberikan izin beberapa jam, dan setelah itu kembali bekerja karena Turki adalah negara sekuler” tegasnya.
Assc. Prof. Dr. phil. Amporn Mardent dari Thammasat University, Bangkok, Thailand mengungkapkan bahwa Thailand bukanlah negara mayoritas muslim, penduduk Muslim Thailand kebanyakan bermukim di Thailand Selatan.
”Berbatasan dengan Malaysia, Muslim di Selatan Thailand biasa disebut dengan Muslim Pattani, dan telah muncul konflik sekira 20 tahun di wilayah itu dengan pemerintah pusat Thailand. Karena dekat dengan Malaysia, maka muslim Pattani budayanya cukup dekat dengan Melayu di Malaysia. Mereka juga mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim Melayu.” Terangnya.
Amporn menjelaskan bahwa di Thailand Selatan, Idul Fitri yang berasal dari budaya Islam, tidak begitu populer dibandingkan dengan istilah lain. “Dalam banyak bagian negara, akan mendengar juga orang merayakan “Aidil Adha”. Idul Fitri adalah hari besar di Thailand Muslim. Tradisi lain bagi muslim Thailand adalah yang disebut “Takbir”, yang berarti menyucikan diri dengan cara yang sederhana setelah kita menyelesaikan Ramadhan.” Thailand memiliki kelompok Muslim dari Persia, India, Tiongkok, dan para pedagang dari India dan Kamboja.
“Ada komunitas Indonesia dari Aceh, Bangka, Makassar di Bangkok. Kami juga memiliki kelompok Muslim dari negara lain yang telah tinggal lama di sini.”
Dr. phil,. Sonia Zayed dari Goethe Universitat, Frankfurt am Main, Germany melihat bahwa Jerman sebagian besar didominasi oleh Kristen sehingga Islam merupakan agama minoritas.
“Di Jerman, Islam memiliki banyak komunitas, sekitar hampir satu juta atau sekitar 5% dari populasi yang beragama Muslim di Jerman dan sebagian besar tinggal di kota-kota besar.” “Di Frankfurt sendiri memiliki sekitar 15 masjid dan memiliki latar belakang budaya yang berbeda dari Arab, Turki dan Iran. Biasanya digunakan untuk sholat Jumat, pada bulan Ramadhan digunakan untuk shalat tarawih dan pagi hari saat idul fitri menjadi hari yang sangat istimewa bagi masyarakat Islam di Jerman.” Ujar Sonia.
Seni dan Budaya
Yoi Coustik: Konser Lumpur Hitam sebagai Media Memaknai Surat Alkahfi

HarianNusa.com, Mataram- Yoi Coustik, grup musik yang digawangi oleh Sentot Irawan, Yuga Anggana dan Agus Mega Saputra ini menghibur penikmat musik Mataram dalam konser bertajuk Lumpur Hitam yang berlangsung di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya NTB. Tajuk Lumpur Hitam dipilih Yoi Coustik untuk mewakili semangat Zulkarnain dalam Al-Qur’an surat Al-kahfi ayat 83.
“Lumpur Hitam juga didedikasikan untuk peringatan hari bumi. Memetik ayat Al-kahfi 83 soal kisah Zulkarnaen. Dan merespon lingkungan bumi hari ini,” tutur sang vokalis Sentot Irawan Kepada HarianNusa.com. Rabu, (1/5)
Sentot menambahkan, manusia dalam laku hidup, seyogyanya mawas diri dengan merenungkan muasalnya. Hal yang hari ini begitu penting agar manusia tidak semena-mena dengan berlaku semaunya tanpa mempertimbangkan nilai-nilai kebaikan.
“Tema konser Lumpur Hitam adalah bicara soal esensi manusia yang terbuat dari lempung hitam. Bicara soal kesemestaan bagi siapa saja untuk mawas diri dan introspeksi pada daya dan laku hidup,” katanya.
Dalam konser tersebut, Yoi Coustik dibantu beberapa musisi lain Kota Mataram. Yoi Coustik membawakan enam lagu berturut-turut, diawali lagu Menarikah Kau Sri dan ditutup dengan lagu Kuda Kayu. Konser Lumpur Hitam sendiri merupakan konser ke sembilan Yoi Coustik dari beberapa repertoar sebelumnya.
“Konser Lumpur Hitam ini adalah konser yang ke sembilan dari beberapa repertoar seperti Titip Rindu Buat Emak, Pitulasan, Kapak Batu, Bee, Kotak Sepatu, Chonburi dan lain-lain,” katanya.
Dalam sambutannya, kepala Taman Budaya Provinsi NTB Baiq Rahmayanti mengaku bahagia dengan tersenggalaranya konser tersebut di Taman Budaya. Menurutnya, kesenian harus terus tumbuh dan berkembang di Provinsi NTB. Baik Seni Musik, Tari, Teater dan Rupa. Terkait konser Yoi Coustik, perempuan yang akrab disapa Maya ini mengaku bangga pada penonton yang memilih hadir di Taman Budaya. Kebanggaan itu diutarakan Maya karena pada waktu yang bersamaan, kelompok musik populer asal Yogyakarta Sheila on 7 juga tengah melangsungkan konser di Mall Eficentrum Mataram.
“Terima kasih sudah memilih hadir di sini walaupun di sebelah kita ada Sheila on Seven,” katanya. (Sta)
Seni dan Budaya
Seniman Dinilai Tak Proaktif, Dikbud NTB Tak Ambil Jatah GSMS 2019

HarianNusa.com, Mataram- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB melalui Kepala Seksi (Kasi) Kesenian Lalu Suryadi Mulawarman menyatakan untuk program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) tahun 2019 ini pihaknya tidak ambil bagian sebagai penyelenggara disebabkan kurang proaktifnya seniman-seniman di NTB dalam menyukseskan program GSMS pada tahun-tahun sebelumnya.
Suryadi mengaku trauma oleh ulah para seniman yang kerap kali mengkritik pihaknya tanpa terlebih dahulu memahami aturan yang berlaku di birokrasi. “Bukan, proaktif, tapi belum memahami aturan di birokrasi,” terangnya kepada HarianNusa.com melalui aplikasi WhatsApp. Sabtu (27/4).
Menanggapi tudingan Dikbud yang menyebut seniman NTB tidak paham dengan aturan birokrasi terkait penyelenggaraan GSMS, salah seorang seniman R. Eko Wahono memberikan sanggahan. Menurut pelaku teater senior itu, jika ketidakpahaman terletak pada aturan birokrasi? Justru para seniman, selama dua kali penyelenggaraan GSMS (2017 dan 2018) sudah sangat memahami aturan birokrasi yang ada. Selain menyanggah, Eko lantas mempertanyakan kembali alasan yang membuat pihak Dikbud mengharuskan seniman memahami aturan birokrasi, sebab menurutnya, menjadi tugas merekalah untuk memahami aturan yang berlaku di sana.
“Pertanyaannya, kenapa harus seniman memahami kinerja birokrasi? Bukankah selama dua kali GSMS, kita coba memahami kinerja mereka,” katanya.
Program GSMS sendiri merupakan program pemerintah pusat melalui Kemendikbud RI yang dalam penyelenggaraannya melibatkan dinas terkait seperti Dikbud di masing-masing Provinsi. Program tersebut dimulai pertama kali pada tahun 2017 di mana Provinsi NTB selalu terlibat menjadi penyelenggara. (sta)
-
Headline7 tahun ago
Potensi Tsunami di Asia, NTB Diperingati Waspada
-
NTB6 tahun ago
Ini Cara Mitigasi saat Gempa Bumi
-
Headline7 tahun ago
Misteri Telapak Tangan yang Gegerkan Warga Lombok Terpecahkan
-
Headline8 tahun ago
Mengenang 40 Tahun Bencana Tsunami di Lombok dan Sumbawa
-
Headline8 tahun ago
Ssttt… Ini Lokasi Razia Zebra di Pulau Lombok Selama Dua Pekan
-
Hukum & Kriminal7 tahun ago
Tak Terima Diputusin, Pria di Lotim Sebar Foto Bugil Kekasihnya
-
NTB6 tahun ago
Ahli Geologi AS Peringatkan Bahaya Gempa di Selatan Lombok
-
NTB6 tahun ago
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Dingin di Lombok