Headline
Kunjungi Lobar, Bupati Karang Asem Bahas Isu Sara

HarianNusa.com, Mataram – Bupati Karang Asem Bali bersama tim Silaturahmi Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Karang Asem berkunjung ke Kabupaten Lombok Barat.
Secara historis jika dikaitkan pada zaman kerajaan dahulu, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) dan Kabupaten Karang Asem Provinsi Bali sangat dekat. Selain itu kondisi saat ini di Kabupaten Karang Asem penduduknya banyak berasal dari Pulau Lombok.
“Hampir 45 persen penduduk Karang Asem berasal dari Lombok,” papar Bupati Karang Asem I Gusti Ayu Mas Sumatri, S.Sos saat diterima Pjs Bupati Lombok Barat, H. Lalu Saswadi didampingi Sekda Lobar, H. M. Taufiq, Anggota Forkopimda Lobar dan OPD terkait di Ruang Rapat Jayengrana Kantor Bupati Lobar, Jumat (2/3/2018)
I Gusti Ayu Mas Sumatri yang merupakan satu-satunya bupati wanita di Bali ini, mengawali perkenalannya dengan menjelaskan backgroundnya sebagai bupati. Dengan berbekal sebagai seorang guru agama, dirinya diberikan amanah oleh masyarakat untuk memimpin Kabupaten Karang Asem.
“Tujuan kami datang ke Lombok Barat untuk silaturahmi yang diisi dengan sinkronisasi masalah keamanan dan ketertiban,” kata bupati wanita dua periode ini.
Kabupaten Karang Asem sendiri hanya terdiri dari 8 kecamatan, 78 desa dengan jumlah penduduk hanya 410.800 jiwa. Namun masalah konflik sosial dan isu suku, agama dan ras (SARA) belum terjadi secara signifikan.
“Kendati begitu, kami bersama tim Forkopimda perlu melakukan silaturahmi dan mensingkronisasikan penanganan masalah konflik sosial dan isu SARA ini,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Pjs Bupati Lobar H.L.Saswadi memaparkan data kriminalitas yang ada di Lobar. Mantan Sekwan Lobar ini merinci, kasus kriminalitas yang mendominasi adalah kasus penipuan. Jumlahnya mencapai 105 kali, menyusul kasus penganiayaan sebanyak 95 kali.
“Kasus-kasus lain hanya pada hitungan belasan kali. Sedangkan kasus yang belum terjadi adalah kasus kepemilikan senjata api (senpi), menyusul kasus pemerkosaan/pencabulan hanya terjadi 4 kali,” jelasnya.
Di Kabupaten Lobar, kata Saswadi, saat ini sedang menggelar Pilkada. Dikaitkan dengan situasi keamanan dan ketertiban, setelah dievaluasi oleh provinsi NTB, ternyata yang teraman di NTB adalah Lobar. Namun masalah penipuan dan lainnya bukan menjadi isu terbesar.
“Yang menjadi isu besar itu adalah sara, namun tidak pernah terjadi,” tegasnya.
Senada dengan Saswadi, Sekda Lobar HM.Taufiq pun menyatakan hal yang sama. Dikatakannya, isu sara di Lobar memang tidak pernah terjadi berkat koordinasi dan kedekatan anggota Forkopimda Lobar sudah demikian bagus baik dengan Forkopimda provinsi maupun kabupaten/kota.
“Kalau ada masalah sedikit kita langsung kumpul dan kita kompak, kemana-mana kita bareng keliling,” ujar sekda.
Dikatakannya, Saat ini Pemkab Lobar gencar mengkampanyekan himbauan bertajuk “Pilkada Damai”. Beberapa waktu lalu Pjs Bupati didampingi jajaran bersama Forkopimda bersilaturahmi ke seluruh pasangan calon Bupati Lobar yang akan bertarung di Pilkada. Selain itu Pemkab Lobar juga roadshow ke seluruh kecamatan dan bertemu dengan seluruh Kepala Desa guna mengkampanyekan pesan Pilkada Damai.
Komunikasi intensif semacam itu yang membuat Forkopimda Karang Asem ingin membuat semacam kerja sama dalam rangka penanganan kasus-kasus sosial di daerah masing-masing.
Terkait dengan kerjasama ini, beberapa waktu yang lalu, Kabupaten Bogor juga menginginkan hal yang sama. Namun, penandatanganan kerjasama belum semat dilakukan. Jika hal ini sudah ada kesepakatan, maka dalam waktu dekat, antara Forkopimda Lobar, Karang Asem dan Bogor bisa dikoordinasikan segera.
Tidak berhenti sampai di situ, Sekda Taufiq juga menyinggung keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Lobar. Diakuinya, FKUB sangat berperan dalam rangka menjaga konflik yang kemungkinan akan memicu menimbulkan masalah.
“Biasanya itu kita rangkul dan menggelar diskusi bersama sebelum masalah itu membias,” terangnya. (f3)
Headline
Pemerintah Genjot Pembangunan 400 SPPG di NTB, Baru 25 Persen Terealisasi

HarianNusa, Mataram – Pemerintah pusat menargetkan pembangunan 400 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) guna mendukung program pemenuhan gizi masyarakat, terutama bagi pelajar. Hingga saat ini, realisasi pembangunan baru mencapai 25 persen atau sekitar 54 unit.
“Untuk program makan bergizi, kita targetkan pembangunan SPPG di NTB sebanyak 400 unit. Saat ini baru terbangun sekitar 25 persen. Harapannya, target ini dapat tercapai sepenuhnya pada tahun 2025,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI, H. Muazzim Akbar, usai melakukan pertemuan dengan Sekretaris Daerah (Sekda) NTB dalam rangka kunjungan kerja Komisi IX DPR RI ke Pemprov NTB, Rabu, (28/5).
SPPG merupakan dapur umum yang memproduksi makanan bergizi dan tersebar di 26 provinsi. Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah SPPG terbanyak, yakni 57 titik. Konsep ini melibatkan koperasi, yayasan, hingga perusahaan swasta sebagai mitra penyedia makanan sehat.
Muazzim menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan berbagai instansi, termasuk Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dalam mempercepat pembangunan dan menjamin keamanan makanan yang disajikan.
“BPOM harus turun langsung ke lapangan. Jangan hanya menunggu laporan. Kita tidak ingin terjadi kasus keracunan makanan atau konsumsi bahan yang tidak layak, seperti buah berulat,” tegasnya.
Ia menambahkan, kehadiran SPPG yang merata di seluruh NTB akan menjadi kunci keberhasilan program makan bergizi nasional dan sekaligus mendukung penurunan angka stunting serta peningkatan kualitas kesehatan generasi muda.
Dengan target 400 SPPG tersebut, Muazzim meminta seluruh pihak bahu-membahu agar misi besar pemenuhan gizi ini tidak hanya sekadar wacana, melainkan terealisasi nyata dan memberi dampak langsung bagi masyarakat NTB. (F3)
Ket. Foto:
Anggota Komisi IX DPR RI Dapil NTB dari Partai Amanat Nasional, H. Muazzim Akbar. (HarianNusa)
Headline
Viral Video Pernikahan Anak, Anggota Komisi V DPRD NTB Jamhur Desak Sanksi Tegas untuk Pencegahan

HarianNusa, Mataram – Viralnya video pernikahan di bawah umur di media sosial baru-baru ini mengundang perhatian publik, termasuk dari kalangan legislatif. Anggota Komisi V DPRD Provinsi NTB, H. Muhammad Jamhur, angkat bicara mengenai fenomena tersebut dan menegaskan pentingnya edukasi serta peran semua pihak dalam mencegah pernikahan dini.
Menurut HM Jamhur, fenomena Merarik Kodek atau pernikahan dini sebenarnya terjadi di banyak tempat, hanya saja tidak semuanya terekspos ke publik. “Permasalahan pernikahan di bawah umur ini terjadi di mana-mana. Ada yang terpublikasi, ada juga yang tidak. Di era digitalisasi seperti sekarang, semua peristiwa sangat mudah terekspos dan menjadi viral, bahkan tanpa disadari oleh pelaku atau keluarga,” ungkapnya, Senin, (26/5) kepada hariannusa.com.
Ia menilai, walaupun viralitas di media sosial terkadang membawa keberuntungan bagi pemilik akun, namun di balik itu terdapat persoalan serius yang harus segera ditangani. “Pernikahan dini berdampak besar terhadap masa depan pelaku, baik secara psikologis maupun kesehatan. Ini bisa menjadi salah satu penyebab tingginya angka kawin cerai, serta risiko saat kehamilan dan persalinan. Bahkan anak-anak dari pernikahan dini banyak yang rentan mengalami stunting,” jelasnya.
H. Jamhur mengajak semua elemen masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam memberikan edukasi secara masif, mulai dari orang tua, keluarga terdekat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat hingga pemerintah. Ia menegaskan pentingnya peran kolaboratif dalam menekan angka pernikahan dini di NTB.
Ia juga menyoroti keberadaan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pencegahan Perkawinan Dini yang sudah dimiliki oleh NTB. Namun, menurutnya, perda tersebut belum efektif karena tidak mengatur sanksi tegas bagi pelanggarnya. “Kita sudah punya perda, tapi kelemahannya tidak ada sanksi tegas. Ini harus menjadi perhatian agar regulasi benar-benar berdampak,” tandasnya.
Dengan pernyataan ini, H. Jamhur berharap adanya perhatian serius dan langkah konkret dari semua pihak untuk melindungi generasi muda dari dampak negatif pernikahan di usia dini.
Seperti diketahui baru-baru ini jagad media sosial dihebohkan dengan video nyongkolan pernikahan anak dibawah umur dimana pengantin perempuan masih duduk dibangku SMP sedangkan pengantin pria baru kelas 1 SMK. Pasangan tersebut diketahui berasal dari Lombok Tengah. (F3)
Ket. Foto:
Anggota Komisi V DPRD NTB, HM. Jamhur. (Ist)
Ekonomi
Dorong Produktivitas Pertanian, Gubernur NTB Serahkan Combine Harvester ke Kabupaten Sumbawa

HarianNusa, Sumbawa – Komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam memperkuat ketahanan pangan kembali dibuktikan. Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal, secara resmi menyerahkan dua unit combine harvester kepada Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, pada Senin (26/5). Bantuan alat panen modern ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor pertanian di wilayah lumbung pangan NTB.
“Yang lain semua dapat, tetapi yang kita utamakan daerah-daerah yang jadi lumbung pangan,” tegas Gubernur Iqbal, menekankan pentingnya optimalisasi alat modern untuk mendukung kabupaten-kabupaten penghasil pangan utama, termasuk Sumbawa dan Lombok Tengah.
Gubernur juga berharap agar bantuan ini dikelola langsung oleh pemerintah kabupaten untuk memastikan pemanfaatan yang maksimal. Ia menekankan bahwa dengan skema pinjam atau sewa, alat ini bisa digunakan bergilir oleh para petani tanpa risiko diperjualbelikan.
“Barang itu juga akan tetap terpelihara sehingga dalam jangka waktu sekian tahun, semua kebutuhan petani untuk combine harvester sudah terpenuhi,” ujar Gubernur.
Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, mengapresiasi langkah cepat dan strategis dari pemerintah provinsi. Menurutnya, bantuan ini sangat sejalan dengan visi daerah dalam mengembangkan sektor agromaritim berbasis potensi lokal.
“Ini adalah bentuk nyata sinergi pusat-daerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional, dan kami siap mengelola serta memanfaatkan alat ini sebaik mungkin,” kata Bupati Jarot.
Penyerahan combine harvester ini menjadi langkah konkret dalam transformasi sektor pertanian NTB menuju pertanian modern yang efisien dan berkelanjutan. (F3)
Ket. Foto:
Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, berpose bersama pada kegiatan serah terima dua unit combine harvester, Senin (26/5). (Ist)
-
Headline7 tahun ago
Potensi Tsunami di Asia, NTB Diperingati Waspada
-
NTB6 tahun ago
Ini Cara Mitigasi saat Gempa Bumi
-
Headline7 tahun ago
Misteri Telapak Tangan yang Gegerkan Warga Lombok Terpecahkan
-
Headline8 tahun ago
Mengenang 40 Tahun Bencana Tsunami di Lombok dan Sumbawa
-
Headline8 tahun ago
Ssttt… Ini Lokasi Razia Zebra di Pulau Lombok Selama Dua Pekan
-
Hukum & Kriminal7 tahun ago
Tak Terima Diputusin, Pria di Lotim Sebar Foto Bugil Kekasihnya
-
NTB6 tahun ago
Ahli Geologi AS Peringatkan Bahaya Gempa di Selatan Lombok
-
NTB6 tahun ago
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Dingin di Lombok