Delapan Peristiwa yang Menghebohkan NTB pada 2017

0
1464
Kaleidoskop NTB 2017. (sat/hariannusa.com)

HarianNusa.com, Mataram – Tahun 2017 telah lewat, kita menyambut tahun 2018 dengan samangat baru. Namun mereview tahun 2017 lalu, banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang mengguncang NTB. Berikut hariannusa.com mengulas delapan peristiwa yang menghebohkan NTB sepanjang tahun 2017 lalu:

  1. TGB Dihina

Gubernur NTB, TGH M. Zainul Majdi atau akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) mendapat perlakuan tak menyenangkan pada Minggu 9 April 2017. Saat itu TGB bersama istri tengah berada di Bandara Changi Singapura. Tiba-tiba seorang pria asal Indonesia menghina TGB dengan ungkapan rasis. Pria yang diketahui Steven Hadisuryo Sulistyo diduga melontarkan perkataan rasis pada TGB karena menuding TGB merebut tempat antreannya saat chack-in di Singapura.

Meskipun secara pribadi TGB telah memaafkan Steven, namun reaksi bermunculan. Di Jakarta, perwakilan mahasiswa Lombok melaporkan Steven. Sementara di Mataram, ribuan masyarakat menggelar aksi di Mapolda NTB mengecam tindakan rasis Steven pada Gebenur NTB yang dihormati.

Laporan juga dilakukan di Mapolda NTB. Namun hingga saat ini kasus tersebut belum berhasil diselesaikan.

  1. Perampok Sadis di Jerowaru

Pada Selasa 30 Mei 2017 kasus perampokan sadis terjadi di Dusun Telone Desa Sekaroh Kecamatan Jerowaru Lombok Timur. Seorang pria dibunuh dengan kondisi mengenaskan saat perampok yang diperkirakan lebih dari lima orang memasuki rumahnya. Bahkan istri korban dipukul menggunakan tabung gas hingga pingsan.

Kasus tersebut menarik perhatian masyarakat, terlebih foto pembantaian korban beredar luas di internet. Kapolda NTB, Brigjen Pol Drs Firli menyambangi kediaman korban serta membantu keluarga korban. Polisi juga mengatensikan pengungkapan kasus tersebut. Satu persatu pelaku ditangkap polisi, bahkan beberapa pelaku terpaksa dilumpuhkan dengan senjata api.

  1. Bentrok Pagutan

Lingkungan Asak dan Lingkungan Peresak Timur di Kelurahan Pagutan Kota Mataram kembali memanas pada Minggu 3 September 2017. Warga dua lingkungan saling serang menggunakan batu dan botol dari balik rumah masing-masing lingkungan. Kondisi lingkungan yang hanya berbatasan jalan tersebut memicu keributan semakin menjadi. Warga masing-masing lingkungan keluar membawa senjata berupa tombak dan parang. Namun polisi yang berjaga berhasil menghalau massa.

Bentrok terjadi selama tiga hari. Bahkan bentrok terjadi bukan kali pertama, beberapa bulan sebelumnya, bentrok terus terjadi antara dua lingkungan yang berbeda keyakinan tersebut. Kini kedua lingkungan telah berdamai, dan bentrok tidak lagi terjadi.

  1. Polisi Ditembak

Dua polisi di Bima Kota ditembak terduga teroris jaringan Penatoi Bima. Kedua polisi yang ditembak diketahui bernama Bripka Gafur dan Bripka Jainal Abidin. Keduanya ditembak pada Senin 11 September 2017. Kedua polisi tersebut ditembak pada pagi hari saat usai mengantar anaknya ke sekolah.

Berselang sebulan, tepatnya pada Senin 30 Oktober 2017, Densus 88 Mabes Polri menembak mati dua orang yang diduga sebagai pelaku penembak kedua polisi tersebut. Kedua terduga teroris yang ditembak mati yakni Muhammad Amirullah alias One Dance (37) dan Rahmad Fadhlidzil Jalal alias Yaman (27). Keduanya merupakan warga Kelurahan Penatoi, Kecamatan Mpunda, Kota Bima. Mereka ditembak mati di Pegunungan Oi Sarume, Dusun Mawu Dalam, Desa Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima.

  1. Bayi Digorok

Nasip naas dialami bayi berumur tiga bulan di Dusun Sintung Timuq, Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, Selasa 3 Oktober 2017. Ia tewas mengenaskan di tangan ayah kandungnya sendiri. Bayi yang diketahui bernama Novan Hamzah tersebut tewas digorok ayahnya yang diduga mengidap kelainan jiwa.

Kronologis bermula ketika ibu korban, Rahmawati (25) menitipkan pengawasan bayinya pada anaknya yang berumur enam tahun. Saat itu Rahmawati pergi buang air kecil. Bayi malang tersebut diletakan di ayunan teras rumah. Usai buang air kecil, Rahmawati mendapati teras rumah dalam kondisi sepi. Tidak jauh dari lokasi ternyata bayinya sudah bersimbah darah akibat leher yang digorok oleh ayah kandungnya berinisial MS (25). Polres Lombok Tengah dan Polsek Batukliang Utara bergegas mengamankan MS ke Mapolres Lombok Tengah.

  1. Maulana Syeikh Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

TGKH Zainuddin Abdul Madjid atau Maulana Syeikh resmi mendapat gelar pahlawan nasional pada Kamis 9 November 2017 lalu. Penetapan tersebut berdasarkan keputusan Presiden RI Joko Widodo, Nomor 115/TK/tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Penganugerahan tersebut diberikan karena jasa Maulana Syeikh dalam memperjuangkan negara. Maulana Syeikh gigih dalam mengangkat derajat masyakat NTB melalui pendidikan. Maulana juga sekaligus sebagai pendiri organisasi Nahdlathul Wathan (NW), organisasi keagamaan terbesar di NTB hingga saat ini.

  1. Banjir Lombok Timur

Banjir terjadi di Kecamatan Keruak dan Kecamatan Jerowaru Lombok Timur. Banjir terjadi pada Sabtu 18 November 2017, menyebabkan dua korban meninggal dunia. Korban diketahui bernama Wasila Cantika (9) asal Dusun Lokon, Desa Sepit, Kecamatan Keruak, Lombok Timur dan Rozi Gazali (16) asal Orong Bukal, Jerowaru, Lotim.

Masyarakat sempat panik karena mengira Bendungan Pandan Dure di Kecamatan Sakra jebol, namun ternyata penyebab banjir karena meluapnya dua buah embung di bawah bendungan. Musibah tersebut menghancurkan puluhan rumah warga. Belasan warga juga mengalami cidera akibat banjir tersebut. Bantuan pun mengalir pada korban banjir di Lombok Timur.

  1. Penganiayaan di Labuhan Haji

Kasus penganiayaan terjadi di pinggir pantai Labuhan Haji, Lombok Timur. Seorang pedagang ditebas menggunakan parang hingga tangannya putus. Kejadian terjadi sekitar pukul 16.30 Wita, Minggu 26 November 2017. Korban diketahui bernama Nasrun (47) seorang nelayan asal Dusun Labuhan Haji, Desa Labuhan Haji. Saat itu di depan tempat jualan milik istrinya, tepatnya di depan Cafe Meliwis, korban menegur seorang pengendara motor yang tengah trek-trekan berstanding menggunakan motornya.

Namun tiba-tiba pemuda yang ditegur tersebut pulang ke rumahnya memanggil temannya dan mengambil sebilah parang. Ia kemudian kembali menghampiri korban dan menebaskan parangnya ke arah korban. Parang tersebut nyaris mengenai wajah korban, dengan reflek korban menangis menggunakan tangan kanannya, hingga parang pelaku mengenai tangan korban hingga putus. Pelaku dan rekan-rekannya kemudian melarikan diri. Hingga kini kasus tersebut masih dalam penyelidikan Polres Lombok Timur. (sat)