Dispar NTB Dinilai Mengancam Kelangsungan Hidup Nelayan

0
899

HarianNusa.com, Mataram – Ratusan nelayan Kampung Bugis Ampenan mendatangi Kantor Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi NTB, Kamis (11/1). Kedatangan mereka untuk mengajukan protes terkait pembangunan sebuah ornamen pariwisata berupa kursi, meja dan payung di belakang Hotel Sentosa Senggigi.

Akibat dari pemasangan fasilitas pariwisata tersebut, membuat nelayan terkena dampak. Sekitar 500 nelayan yang kerap melaut di wilayah tersebut kini tidak dapat lagi menaikan perahu mereka di sana. Akibatnya, perahu nelayan terombang-ambing di laut dan terancam rusak akibat cuaca buruk akhir-akhir ini.
Salah seorang koordinator aksi, Herman Tohir menyesalkan sikap Dispar NTB yang terkesan menutup mata dengan nasib nelayan akibat pemasangan fasilitas tersebut.

“Di sini kita dari Gerbang Tani NTB menuntut Dinas Pariwisata menindaklanjuti kepentingan nelayan yang dikorbankan karena kepentingan pariwisata, jadi kami menilai salah satu hotel yaitu Hotel Santosa yang saat ini sudah membangun ornamen hotelnya jauh di pinggir pantai sehingga nelayan terhalang untuk menaikan perahu,” ujar usai berdialog dengan pihak Dispar NTB.

Ia mengungkapkan semenjak dibangunnya fasilitas publik tersebut, perahu nelayan berpotensi rusak terkena ombak akibat tak dapat lagi menambatkan perahunya ke pinggir pantai.

“Karena saat ini musim angin barat nelayan butuh mengamankan perahunya agar tidak rusak diterpa gelombang,” keluhnya.

Para nelayan menuntut pihak pariwisata mengkoordinasikan bangunan yang sudah dibangun agar dikondisikan, terlebih lagi tempat tersebut telah digunakan nelayan bertahun-tahun. Mereka juga berharap terbangun keberlangsungan nelayan ke depan, agar tidak tumpang tindih antara kepentingan nelayan dan pariwisata.

“Tempat sudah digunakan bertahun-tahun, sekarang tidak bisa digunakan. Jumlah nelayan sekitar 500, sementara ini belum ada tempat untuk perahu nelayan,” ungkapnya.

Sementara Kabid Destinasi Dispar NTB, Lalu Kusuma Wijaya mengatakan, fasilitas publik tersebut sengaja dibangun agar nelayan tidak semrawut menaruh perahunya di pinggir pantai. Hal itu menurutnya sangat mengganggu keindahan Pantai Senggigi. Kendati demikian, belum ada solusi yang dihasilkan bagi nelayan yang terdampak proyek pariwisata tersebut.

“Bentuk dari beberapa harapan juga dari pelaku wisata dan masyarakat Senggigi terkait penataan para nelayan yang berada di sana. Selama ini jadi permasalahan terus dan belum ada solusi untuk menyesuaikan keinginan nelayan dan kebutuhan pelaku wisata,” ucapnya.

Ia berdalih fasilitas publik tersebut juga merupakan keinginan pelaku wisata, sehingga dibangun tanpa ada solusi bagi perahu nelayan yang kerap disimpan di sana.

“Itu sebenarnya fasilitas publik berupa kursi, meja dan payung yang digunakan pengunjung untuk berwisata. Untuk tidak mengurangi fasilitas Pantai Senggigi sehingga ditambahkan fasilitas publik. Yang mungkin dalam pengawasan pihak hotel,” pungkasnya.

Menanggapi tuntutan masyarakat, ia akan menyampaikan pada atasannya untuk mencari solusi soal nasib nelayan.

“Kita sampaikan pada pimpinan terkait perlunya ketemu, sehingga bisa dihasilkan solusi dan kesepakatan yang bisa dirasakan semua pihak,” katanya. (sat)