HarianNusa.com, Lombok Barat – Musibah gempa bumi yang melanda Lombok dan Sumbawa sebulan terakhir ini menyimpan banyak cerita. HarianNusa.com berkesempatan berbagi cerita dengan satu pasangan muda, penyintas di kawasan Gunung Sari, Lombok Barat. Berikut kisahnya.
Rabu malam Ria sudah mendeteksi mulas. Kandungan anak kedua ini memang sudah masa melahirkan. Saat diperiksa, Ria sudah bukaan dua.
“Anak kedua bukaan dua. Jadi pulang dulu,” tutur Ria.

Anto, suami Ria, pamit melanjutkan aktivitas relawannya mengurus ratusan warga. Masih banyak warga yang belum memiliki tempat berteduh yang layak. Ada yang sakit. Stok makanan harus dipastikan dibagi secara adil.
Anto berada di lapangan hampir 24 jam. Lokasi pengungsian yang Anto ikut urusi memiliki 2.800 warga pengungsi. Bekerja tanpa henti seperti itu, Anto tidak menerima bayaran. “Rejeki dari Allah ya ada saja,” jelasnya tanpa beban.
Sampai Jumat itu, Anto di lapangan.
“Suami pergi lagi,” jelas Ria dengan tawa lirih. Dia menahankan kontraksi yang makin lama makin kuat. Jumat pagi, rasa sakit itu makin mengganggu. Dia menelpon suaminya.

Anto pamit pada rekan relawan di lapangan. Dengan motor, dia bawa Ria membelah jalan Lombok Barat menuju Mataram. Fasilitas kesehatan Mataram cenderung lengkap.
Naik motor sejauh itu? Saat kontraksi mulai mengganggu?
“Iya. Hanya 25 menit,” jawabnya.
Perjalanan itu sempat ditambah dengan drama pecah ban. Untung bukan pecah ketuban ya.
Ria ditangani Puskesdes Sekalikjaya, Mataram. Saat berbaring di atas tempat tidur pasien itu, gempa menghampiri Mataram. Kekuatannya 5,1, berpusat di Mataram.
Pasien dan petugas berhamburan keluar ruangan. Ria gemetar. Berbagai bayangan berkecamuk dalam dirinya. Ini bagaimana?
Alhamdulillah, gempa tidak lama dan tanpa kerusakan di sekitarnya. Ria kembali memfokuskan kesadarannya pada perjuangan melahirkan anak ini.
Anto menunggu di luar, masih dengan sisa-sisa kelelahan luar biasa.
Anto dan Ria dikaruniai putra kedua, berat. 3,4 kg beberapa jam kemudian. Kembalinya ke bekas rumah, Ria membawa bayinya istirahat dalam tenda yang digunakan bersama-sama itu. Anto kembali ke lapangan, mengurusi pengungsian.
Benar-benar perjuangan berlipat-lipat di tengah puing gempa. (moon)