Connect with us

Headline

Dermawan, Pak Haji di Sumbawa Ini Wakafkan 43 Hektar Lahan Beserta Isinya

Published

on

Wakaf Lahan Peternakan Sumbawa

HarianNusa.com, Sumbawa – Tujuh bulan telah berlalu semenjak H. Mukhlis mantap mewakafkan lahan peternakannya di wilayah Labangka, Sumbawa. Lahan peternakan itu seluas 43 hektare, dilengkapi kandang pembibitan serta penggemukan sapi Sumbawa. Lahan tersebut merupakan salah satu aset berharga H. Mukhlis, pengusaha di bidang agrobisnis yang juga mengabdi sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 1 Labangka.

Aset berharga ini, bagi H. Mukhlis, harta terbaik yang pantas untuk diwakafkan agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat.

“Sekarang, alhamdulillah lahan wakaf itu tengah dikembangkan agar bisa produktif,” kata H. Mukhlis, wakif yang turut bantu mengelola lahan wakaf yang kini dikelola oleh Global Wakaf.

Selama tujuh bulan ini, lahan wakaf tersebut dikelola menjadi Lumbung Ternak Wakaf (LTW). Di lahan seluas 43 hektar itu, ada sekitar 500 sapi dikembangbiakkan. Ratusan ekor sapi ini juga merupakan wakaf ternak dari H. Mukhlis.

Global Wakaf - ACT

Haji Mukhlis

“Saat ini saya bantu mengelola lahan dan ternak wakaf itu, yang kini sepenuhnya jadi milik Allah. Alhamdulillah, bisa ikut berkontribusi mengembangkan aset wakaf ini, nambah pahala,” kata H. Mukhlis.

Ikut andil dalam pengelolaannya, H. Mukhlis mengaku bersyukur dengan tata kelola peternakan yang diterapkan oleh LPW. Lahan peternakan yang kini jadi aset wakaf itu lebih produktif. Begitu pula dengan pengembangbiakan 500 sapi, baik yang dalam proses breeding maupun fattening.

Advertisement

Pengembangbiakan ternak wakaf saat ini, menurut H. Mukhlis, lebih modern. Sebelumnya, pengembangbiakan ternak yang ia terapkan bersifat tradisional. Ratusan sapi yang ia ternak dilepas di lahan seluas 43 hektare itu untuk mencari makan. Cara tersebut umum bagi peternak Sumbawa dalam beternak sapi.

Peternakan Global Wakaf - ACT

43 hektar Lahan Wakaf beserta isinya (dok. Global Wakaf – ACT NTB)

Namun demikian, cara tradisional tersebut kerap menimbulkan kerugian bagi para peternak di Labangka. Haji Mukhlis mengatakan, savana di Labangka memiliki populasi anjing liar yang cukup besar. Hal ini berimbas pada tingginya angka kematian anak-anak sapi miliknya.

“Pernah saya kembangbiakkan 100 sapi. Dilepas begitu kan ke lahan untuk cari makan. Betina yang baru melahirkan anaknya, anaknya banyak yang mati dimakan anjing. Mungkin 20 yang selamat dari 100 sapi yang ada. Jadi kami peternak rugi juga,” ungkap H. Mukhlis.

Saat ini, sekeliling lahan peternakan yang telah diwakafkan itu telah dilengkapi ranch (pagar lahan). Pemagaran ini untuk menghindari adanya anjing liar yang masuk untuk memakan anak sapi.

“Karena ini kan aset wakaf ya, jadi harus dijaga. Sapi-sapi dimasukkan ke ranch itu dan dimonitor oleh 21 peternak binaan Global Wakaf,” imbuh H. Mukhlis.

Pemberdayaan 21 peternak lokal tersebut dinilai H. Mukhlis turut membantu perekonomian peternak sekitar. Sebelumnya, lahan peternakan itu hanya dikelola oleh 15 peternak. Kini, pengelolaan lahan peternakan itu menyerap 6 peternak tambahan.

Advertisement

“Inilah alasan lain kenapa saya wakafkan aset peternakan saya. Global Wakaf kan fokus pada pemberdayaan. Jadi insya Allah aset wakaf ini bisa memberdayakan peternak/petani lokal,” ungkap H. Mukhlis.

Petani turut diberdayakan

Selain peternak, sejumlah petani jagung turut diberdayakan, yakni melalui program Lumbung Pangan Wakaf (LPW). LPW di Labangka, Sumbawa tersebut berupa gudang pengeringan jagung (dryer). Adanya dryer, ungkap H. Mukhlis, mempermudah pengeringan jagung yang telah dipanen karena menggunakan mesin otomatis. Gudang yang dibangun juga berguna bagi para petani untuk menyimpan hasil panennya.

“Kalau sebelumnya, petani jagung biasa panen langsung jual. Ada tempat dari pemerintah, namanya resi gudang, tapi mesti cost lagi karena dari lokasi ke resi gudang cukup jauh,” kata Mukhlis.

Setelah berjalan beberapa bulan, hasilnya mulai terasa. Menurutnya, dengan adanya intervensi program wakaf ini lebih memudahkan petani yang ada di sekitar.
“Untuk petani-petani di sekitar kita itu, (harga) beli jagung jadi agak lebih bagus ketimbang sebelum ada dryer. Bisa kita tingkatkan 100 rupiah per kilo,” ujar H. Mukhlis.

Pungki Martha Kusuma selaku Operation Manager Global Wakaf mengatakan, saat ini LPW berfokus pada pertanian jagung, salah satu komoditas utama untuk pakan ternak di Sumbawa. “Ternyata jagung dan padi ini bersinergi terhadap pangan ternak sendiri. Bisa jadi ke depannya, kita akan bangun lumbung pangan wakaf khusus untuk beras,” ujar Pungki.

Ia juga berharap hasilnya dapat bermanfaat untuk umat. “Karena semangat dari Global Wakaf bukan hanya bisnis, tapi juga mensejahterakan umat,” imbuh Pungki.

Sejalan dengan Pungki, H. Mukhlis juga mengatakan wakaf utamanya adalah berbagi kemaslahatan kepada sesama. “Wakaf ini kan untuk sosial. Saya sangat senang karena apa yang kita miliki sudah kita sumbangkan kepada Allah SWT,” pungkas H. Mukhlis. [ACT]

*Para pembaca juga dapat menyalurkan bantuan untuk berbagai keperluan, melalui Rekening Aksi Cepat Tanggap​
Virtual Account BNI syariah No. 8660 2910 1902 0016
atas nama Aksi Cepat Tanggap

Advertisement
Continue Reading
Advertisement

Headline

Pemerintah Genjot Pembangunan 400 SPPG di NTB, Baru 25 Persen Terealisasi

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Pemerintah pusat menargetkan pembangunan 400 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) guna mendukung program pemenuhan gizi masyarakat, terutama bagi pelajar. Hingga saat ini, realisasi pembangunan baru mencapai 25 persen atau sekitar 54 unit.

“Untuk program makan bergizi, kita targetkan pembangunan SPPG di NTB sebanyak 400 unit. Saat ini baru terbangun sekitar 25 persen. Harapannya, target ini dapat tercapai sepenuhnya pada tahun 2025,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI, H. Muazzim Akbar, usai melakukan pertemuan dengan Sekretaris Daerah (Sekda) NTB dalam rangka kunjungan kerja Komisi IX DPR RI ke Pemprov NTB, Rabu, (28/5).

SPPG merupakan dapur umum yang memproduksi makanan bergizi dan tersebar di 26 provinsi. Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah SPPG terbanyak, yakni 57 titik. Konsep ini melibatkan koperasi, yayasan, hingga perusahaan swasta sebagai mitra penyedia makanan sehat.

Muazzim menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan berbagai instansi, termasuk Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dalam mempercepat pembangunan dan menjamin keamanan makanan yang disajikan.

“BPOM harus turun langsung ke lapangan. Jangan hanya menunggu laporan. Kita tidak ingin terjadi kasus keracunan makanan atau konsumsi bahan yang tidak layak, seperti buah berulat,” tegasnya.

Advertisement

Ia menambahkan, kehadiran SPPG yang merata di seluruh NTB akan menjadi kunci keberhasilan program makan bergizi nasional dan sekaligus mendukung penurunan angka stunting serta peningkatan kualitas kesehatan generasi muda.

Dengan target 400 SPPG tersebut, Muazzim meminta seluruh pihak bahu-membahu agar misi besar pemenuhan gizi ini tidak hanya sekadar wacana, melainkan terealisasi nyata dan memberi dampak langsung bagi masyarakat NTB. (F3)

Ket. Foto:

Anggota Komisi IX DPR RI Dapil NTB dari Partai Amanat Nasional, H. Muazzim Akbar. (HarianNusa)

Advertisement
Continue Reading

Headline

Viral Video Pernikahan Anak, Anggota Komisi V DPRD NTB Jamhur Desak Sanksi Tegas untuk Pencegahan

Published

on

By

HarianNusa, Mataram  –  Viralnya video pernikahan di bawah umur di media sosial baru-baru ini mengundang perhatian publik, termasuk dari kalangan legislatif. Anggota Komisi V DPRD Provinsi NTB, H. Muhammad Jamhur, angkat bicara mengenai fenomena tersebut dan menegaskan pentingnya edukasi serta peran semua pihak dalam mencegah pernikahan dini.

Menurut HM Jamhur, fenomena Merarik Kodek atau pernikahan dini sebenarnya terjadi di banyak tempat, hanya saja tidak semuanya terekspos ke publik. “Permasalahan pernikahan di bawah umur ini terjadi di mana-mana. Ada yang terpublikasi, ada juga yang tidak. Di era digitalisasi seperti sekarang, semua peristiwa sangat mudah terekspos dan menjadi viral, bahkan tanpa disadari oleh pelaku atau keluarga,” ungkapnya, Senin, (26/5) kepada hariannusa.com.

Ia menilai, walaupun viralitas di media sosial terkadang membawa keberuntungan bagi pemilik akun, namun di balik itu terdapat persoalan serius yang harus segera ditangani. “Pernikahan dini berdampak besar terhadap masa depan pelaku, baik secara psikologis maupun kesehatan. Ini bisa menjadi salah satu penyebab tingginya angka kawin cerai, serta risiko saat kehamilan dan persalinan. Bahkan anak-anak dari pernikahan dini banyak yang rentan mengalami stunting,” jelasnya.

H. Jamhur mengajak semua elemen masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam memberikan edukasi secara masif, mulai dari orang tua, keluarga terdekat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat hingga pemerintah. Ia menegaskan pentingnya peran kolaboratif dalam menekan angka pernikahan dini di NTB.

Ia juga menyoroti keberadaan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pencegahan Perkawinan Dini yang sudah dimiliki oleh NTB. Namun, menurutnya, perda tersebut belum efektif karena tidak mengatur sanksi tegas bagi pelanggarnya. “Kita sudah punya perda, tapi kelemahannya tidak ada sanksi tegas. Ini harus menjadi perhatian agar regulasi benar-benar berdampak,” tandasnya.

Advertisement

Dengan pernyataan ini, H. Jamhur berharap adanya perhatian serius dan langkah konkret dari semua pihak untuk melindungi generasi muda dari dampak negatif pernikahan di usia dini.

Seperti diketahui baru-baru ini jagad media sosial dihebohkan dengan video nyongkolan pernikahan anak dibawah umur dimana pengantin perempuan masih duduk dibangku SMP sedangkan pengantin pria baru kelas 1 SMK. Pasangan tersebut diketahui berasal dari Lombok Tengah. (F3)

Ket. Foto:

Anggota Komisi V DPRD NTB, HM. Jamhur. (Ist)

Advertisement
Continue Reading

Ekonomi

Dorong Produktivitas Pertanian, Gubernur NTB Serahkan Combine Harvester ke Kabupaten Sumbawa

Published

on

By

HarianNusa, Sumbawa – Komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam memperkuat ketahanan pangan kembali dibuktikan. Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal, secara resmi menyerahkan dua unit combine harvester kepada Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, pada Senin (26/5). Bantuan alat panen modern ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor pertanian di wilayah lumbung pangan NTB.

“Yang lain semua dapat, tetapi yang kita utamakan daerah-daerah yang jadi lumbung pangan,” tegas Gubernur Iqbal, menekankan pentingnya optimalisasi alat modern untuk mendukung kabupaten-kabupaten penghasil pangan utama, termasuk Sumbawa dan Lombok Tengah.

Gubernur juga berharap agar bantuan ini dikelola langsung oleh pemerintah kabupaten untuk memastikan pemanfaatan yang maksimal. Ia menekankan bahwa dengan skema pinjam atau sewa, alat ini bisa digunakan bergilir oleh para petani tanpa risiko diperjualbelikan.

“Barang itu juga akan tetap terpelihara sehingga dalam jangka waktu sekian tahun, semua kebutuhan petani untuk combine harvester sudah terpenuhi,” ujar Gubernur.

Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, mengapresiasi langkah cepat dan strategis dari pemerintah provinsi. Menurutnya, bantuan ini sangat sejalan dengan visi daerah dalam mengembangkan sektor agromaritim berbasis potensi lokal.

Advertisement

“Ini adalah bentuk nyata sinergi pusat-daerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional, dan kami siap mengelola serta memanfaatkan alat ini sebaik mungkin,” kata Bupati Jarot.

Penyerahan combine harvester ini menjadi langkah konkret dalam transformasi sektor pertanian NTB menuju pertanian modern yang efisien dan berkelanjutan. (F3)

Ket. Foto:

Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, berpose bersama pada kegiatan serah terima dua unit combine harvester, Senin (26/5). (Ist)

Advertisement
Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!