BMKG Prediksi Puncak Kekeringan Bulan Agustus, BPBD NTB Lakukan Mitigasi Struktural

0
885

HarianNusa.com, Mataram – Berdasarkan monitoring BMKG NTB, Musim Kemarau 2021 pada dasarian III Mei 2021 umumnya menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah memasuki musim kemarau. Namun, ada beberapa wilayah masih belum terkonfirmasi memasuki musim kemarau seperti sebagian wilayah Kota Mataram, sebagian Kabupaten Lombok Barat, serta sebagian wilayah Kabupaten Sumbawa.

Untuk mengantisipasi dampak kekeringan di NTB yang puncaknya diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB meminta kabupaten/kota memberikan informasi sarana prasarana untuk penanganan sementara.

"Dari pemaparan BMKG tadi, puncak kekeringan akan terjadi di bulan Agustus, kita harus antisipasi, dan juga dari kabupaten kota kita minta informasinya tentang ketersediaan sarana dan prasarana mereka terutama untuk penanganan sementara," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Ir. Zainal Abidin kepada media usai rapat di Ruang Anggrek Kantor Gubernur NTB, Rabu, (02/06/2021).

Zainal Abidin memaparkan, ada dua langkah penanganan sementara yang akan dilakukan dalam menghadapi musim kemarau ini. Yakni, droping air bersih, dan sosialisasi tentang pemanfaatan air untuk pertanian.

"Ada juga jangka panjangnya, artinya kita akan melakukan mitigasi struktural terkait dengan kebencanaan bukan hanya bencana hidromitologis kekeringan tetapi di hidromitologis basahnya," paparnya.

Menurutnya, kekeringan adalah persoalan yang selalu hadir di setiap musim kemarau. Untuk provinsi bersama kabupaten/kota siap berkolaborasi menangani persoalan ini.

"Kedepannya kita akan melakukan mitigasi struktural, yaitu semua berkolaborasi, misalnya yang berkaitan dengan hutan harus terealisasi, terkait dengan penghematan air, ketersediaan air. Ya kondisi hidrologis sekarang kita untuk menghidupkan mata air, butuh waktu nanti di dalam.mitigasinya misalnya ada mata air yang sudah mati perlu kita konservasi ESDM nya, data konservasi daerah resapan nanti kita kaji semuanya," jelasnya.

Mengatasi dampak kekeringan tidak hanya dilihat dari kekurangan air, namun masyarakat juga harus diberikan pemahaman, karena itu, menurutnya perlu mitigasi struktural untuk penanganan jangka panjangnya.

"Jangan sampai ini terus kita lakukan kalau kita drop air kan kayak pemadam kebakaran, ada api ya kita padamkan, tetapi bagaimana supaya paling tidak berkurang lah dari tahun ke tahun daerah yang kekeringan ini," tandasnya.

Ia mengatakan beberapa kabupaten sudah menampung air hujan atau air permukaan.

"Kalau di kabupaten sudah ada yang droping air, di Lombok Utara minggu lalu, kabupaten Bima juga sudah. Kalau yang lain belum, tapi Kabupaten Sumbawa sudah mengeluarkan siaga darurat kekeringan. Kita himbau agar menghemat air yang ada," ungkapnya. (*3)

Ket. Foto:
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Ir. Zainal Abidin. (HarianNusa.com)