Tolak Rocky Gerung hadir di Kampus, Ini Kata Rektor UNRAM

0
1160

HarianNusa, Mataram – Rocky Gerung dijawalkan menjadi salahsatu pembicara dalam seminar nasional yang akan dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Bangsa (UKM PIB) Universitas Mataram (Unram), 16 September 2022 mendatang. Saat mengurus penyelenggaraan kegiatan, panitia penyelenggara mendapatkan hambatan, sinyal penolakan tersebut datang dari pihak Rektorat Unram.

Polemik ini kemudian dijawab pihak kampus melalui keterangan pers. Pihak kampus mengatakan, alih-alih melarang, Unram justru memberikan ruang besar bagi berkembangnya gagasan, kajian, dan pemikiran. Bahkan, Unram menyiapkan karpet merah untuk hal tersebut.

“Unram tidak pernah menolak tokoh. Siapa saja. Menjadi kultur Unram untuk selalu menjaga kebebasan mimbar akademik,” kata Rektor Universitas Mataram Prof H Bambang Hari Kusomo , melalui Siaran Pers kepada Media, Senin (5/9/2022)

Namun begitu, Guru Besar Fakultas Pertanian ini mengingatkan, mimbar akademik bukanlah kebebasan tanpa tanggung jawab. Mimbar akademik Unram memiliki wibawa ilmiah dimana menjadi tempat menyampaikan pikiran dan pendapat secara terbuka yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang telah teruji secara ilmiah.

Karena itu, Unram tidaklah mungkin menyiapkan mimbar akademik untuk menjadi ajang caci maki. Tempat mem-bully pihak lain hanya lantaran pihak tersebut berseberangan pemikiran atau cara pandang dengan tokoh yang sedang berbicara di mimbar.

“Jangan ada hidden agenda. Kebebasan mimbar akademik bukan tempat untuk mencemooh figur dan tokoh tertentu. Bukan tempat untuk menjatuhkan pemerintah. Bukan pula tempat untuk mendungu-dungukan pihak lain lalu menempatkan diri sendiri sebagai satu-satunya pemilik kebenaran,” tandasnya.

Kultur kebebasan mimbar akademik yang seperti itu kata Bambang berlaku universal. Bukan hanya di Unram saja. Alumnus Massey University Selandia Baru ini lalu menuturkan, bagaimana negara liberal seperti Australia maupun Selandia Baru, juga menerapkan kultur serupa. Sehingga betapa pun liberalnya ruang untuk menyampaikan gagasan dan pandangan di sana, mimbar akademi tidak menjadi ruang menyampaikan caci maki atau memojok-mojokkan figur yang tidak disukai.

Sebagai akademisi yang memiliki rekam jejak panjang di dua negara di selatan bumi tersebut, Prof Bambang tahu persis akan kultur itu. Guru Besar kelahiran Lombok Timur tahun 1965 ini menamatkan pendidikan doktoralnya di Massey University setelah sebelumnya menamatkan pendidikan di Australia. Semenjak 2017 hingga saat ini, Prof Bambang pun menjadi Adjunct Lecturer di Massey University. Sebagai Profesor Tamu, salah satu tugasnya adalah sebagai penguji disertasi mahasiswa S3 di perguruan tinggi yang masuk rangking 250 besar dunia tersebut.

“Mimbar akademik adalah mimbar yang bermartabat. Didasarkan pada kajian-kajian yang ilmiah. Bukan atas dasar asumsi-asumsi,” tandasnya.

Bahkan di dalam agama Islam pun kata Prof Bambang, jika ada pemimpin yang keliru, agama tidak menganjurkan umatnya mengkritik pemimpinnya secara vulgar di depan orang banyak. Sebab, hal tersebut sama saja memang hendak mempermalukan pemimpin.

“Kalau menurut saya, apa yang diajarkan agama itu adalah nilai yang paling tinggi. Karena datang dari Yang Mahakuasa,” imbuhnya.

Pun begitu, kampus juga bukanlah tempat untuk berpolitik praktis. Kampus hanya tempat untuk belajar politik bagi para civitas akademikanya. Dan oleh karenanya, kampus harus terbebas dari kegiatan politik praktis tersebut.

Karena itu, Prof. Bambang menampik dengan tegas pandangan sejumlah pihak yang kini berusaha menggiring opini publik, seolah-olah Unram menolak figur-figur tertentu untuk menghadiri kegiatan yang terkait dengan mimbar akademik.