Connect with us

Kota Mataram

FPR NTB Tolak Kedatangan Jokowi di Lombok

Published

on

HarianNusa.com, Mataram – Aliansi Front Perjuangan Rakyat (FPR) NTB menggelar aksi mimbar bebas menolak kedatangan Presiden Joko Widodo. Mimbar bebas digelar di Arena Budaya, Gomong, Kota Mataram, Kamis (19/10).

Massa membawa spanduk bertulis penolakan kedatangan Jokowi. Menurut massa aksi, kedatangan Jokowi di Lombok untuk meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dinilai sebagai jalan mulus untuk melancarkan investasi asing masuk dengan skema monopoli lahan di sektor pariwisata Mandalika.

Menurut FPR, sebanyak 1250 Ha lahan di KEK Mandalika adalah lahan pertanian dan pemukiman warga setempat yang sampai dengan saat ini di beberapa tempat masih didiami.

Pada tahun 1990 lahan-lahan ini diklaim oleh LTDC (ITDC sekarang) selaku BUMN pemegang izin konsesi pembangunan kawasan pariwisata melalui serangkaian pembebasan lahan yang penuh muslihat mulai dari pemaksaan dan penjualan sepihak dan hal ini pun diakui oleh TGB selaku Gubernur NTB dalam hearing yang dilakukan oleh Serikat Petani Indonesia (SPI) wilayah NTB pada tahun 2013.

Advertisement

“Akan tetapi sadar bahwa project tersebut adalah project skala nasional yang harus dipaksakan untuk tetap dijalankan saat mengetahui bahwa masyarakat pemilik lahan tersebut sudah tak lagi memiliki dokumen tanahnya,” ujar Koordinator FPR NTB, Zuki Zuarman.

Massa aksi mempertanyakan hingga saat ini penyelesaian konflik lahan tersebut belum terselesaikan. Tidak hanya Mandalika, sejumlah sektor pariwisata dinilai sarat muatan monopoli untuk keuntungan investor asing.

“Selain KEK Mandalika Resort ada juga kawasan wisata Pantai Senggigi, Gili Trawangan, Mawun, Sekaroh, Pulau Moyo yang kesemuanya merampas tanah milik rakyat dan mengusir rakyat dari tempat tinggal dan lahan pertanian miliknya,” tegasnya.

Menurut FPR, pariwisata yang menjanjikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat merupakan ilusi atau kebohongan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pedagang asongan yang diusir dari Lombok Internasional Airport (LIA). Padahal sebelumnya pemerintah berjanji, jika LIA dibangun, maka akan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi.

“Pemasangan pagar batas di wilayah pesisir pantai oleh pengusaha-pengusaha besar pariwisata, pemberlakuan lisensi untuk pengusaha jasa pariwisata dan guide serta pemberlakuan kartu porter, dan lain sebagainya yang kesemuanya itu merupakan pembatasan akses bagi rakyat untuk menikmati hasil dari sektor pariwisata,” tegasnya.

Advertisement

Selain soal pariwisata, FPR juga mengatakan skema politik monopoli lahan di NTB dijalankan juga di beberapa sektor termasuk pertambangan, KPH, taman nasional serta pertanian dan perkebunan.

“Dari total 2.015.315 Ha luas daratan NTB 71% di antaranya yaitu seluas 1.436.975,32 Ha telah dikuasi oleh tuan tanah besar berupa KPH (Kesatuan Pengelola Hutan), Taman Nasional, Pertambangan, Perkebunan dan Pariwisata,” bebernya.

Jumlah tersebut, lanjut Zuki masih belum termasuk luas lahan untuk rencana pembangunan  infrastruktur seperti pembangunan Global Hub Kayangan di Lombok Utara yang direncanakan seluas 7.000 Ha, pembangunan Bendungan Bintang Bano, Bendungan Tanju dan Mila (Rababaka Komplek) serta penguasaan melalui skema kemitraan musiman seperti penananaman tembakau serta kentang dan jagung dalam skema PISSagro.

Besarnya luas penguasaan tanah tersebut telah berakibat pada terus menyempitnya lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan oleh rakyat NTB. Data pemerintah juga menyebutkan bahwa luas lahan yang dijadikan sebagai lahan pertanian NTB seluas 526.000 Ha yang selanjutnya jika di bagi rata dengan jumlah rumah tangga di NTB sebanyak 1.327.948 KK maka masing-masing rumah tangga hanya menguasai lahan seluas 0,19 Ha (19 Are).

“Ini jauh lebih kecil dari ketetapan nasional yaitu seluas 0,30 Ha untuk petani Gurem bahkan di Kecamatan Sembalun Lombok Timur rasio kepemilikan tanah adalah seluas 0,12 are/kk,” paparnya. (sat)

Advertisement

Kota Mataram

Bayi 2 Bulan Dianiaya Ayah Kandung di Mataram, Alami Lebam dan Memar Serius

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Peristiwa tragis mengguncang warga Mataram setelah seorang bayi berusia dua bulan menjadi korban penganiayaan brutal yang diduga dilakukan ayah kandungnya sendiri. Pelaku berinisial MO alias Pian, warga Kecamatan Mataram, kini telah diamankan polisi setelah dilaporkan oleh istrinya.

Aksi keji tersebut terjadi di kediaman mereka di Perumahan Jatisela, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, pada Rabu (07/05/2025) sekitar pukul 16.00 WITA. Menurut keterangan pihak kepolisian, kekerasan terjadi saat korban, bayi mungil berinisial MRR, sedang menangis dan digendong oleh pelaku.

Alih-alih menenangkan, MO justru meledak emosi. Setelah menyerahkan bayi kepada istrinya, ia tiba-tiba memukul bagian mata kiri korban dengan tangan mengepal, lalu menghantam bagian kening dan dada bayi yang tak berdaya. Akibat tindakan tidak manusiawi itu, korban mengalami luka lebam serius di wajah dan dada.

“Korban langsung dilarikan ke RS Bhayangkara untuk pemeriksaan, dan dirujuk ke RSUD Kota Mataram karena kondisinya cukup parah,” ungkap Kasat Reskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili, Jumat (09/05/2025).

Advertisement

Setelah menerima laporan, Unit PPA Polresta Mataram dan Tim Resmob bergerak cepat. Pelaku berhasil dibekuk saat sedang mengamen di kawasan Jalan Udayana. Ia ditangkap tanpa perlawanan dan langsung digiring ke Mapolresta Mataram untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

MO kini mendekam di balik jeruji besi dan dijerat Pasal 44 ayat (1) UU RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dengan ancaman hukuman penjara maksimal lima tahun.

“Kekerasan terhadap anak, apalagi bayi, adalah kejahatan berat. Kami tidak akan mentolerir pelaku dan akan menindak tegas sesuai hukum yang berlaku,” tegas AKP Regi.

Pihak kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk tidak diam jika melihat atau mencurigai tindakan kekerasan dalam rumah tangga. (F2)

Ket. Foto:
MO, terduga penganiaya anak kandung sendiri yang masih berusia dua bulan saat diamankan di Mapolresta Mataram. (Ist)

Advertisement

Continue Reading

Kota Mataram

Kasus Penganiayaan di Jalan Udayana Terungkap, 6 Orang jadi Tersangka 3 diantaranya masih dibawah umur

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Insiden penganiayaan yang terjadi di Jalan Udayana, Mataram, pada 16 Februari 2025 sekitar pukul 04.00 WITA lalu akhirnya menemui titik terang. Setelah melakukan penyelidikan intensif, Tim Opsnal Sat Reskrim Polresta Mataram berhasil mengidentifikasi para pelaku yang diduga terlibat dalam kejadian tersebut.

Kasus ini menjadi perhatian serius aparat kepolisian. Hingga Selasa pagi, 25 Februari 2025, tim penyidik telah memeriksa dan mengamankan 19 orang
yang diduga terlibat dalam insiden penganiayaan tersebut.

Setelah menjalani pemeriksaan panjang hingga Selasa malam, pukul 20.00 WITA, penyidik akhirnya menetapkan enam orang sebagai calon tersangka. Dari enam orang tersebut, tiga di antaranya adalah orang dewasa dan telah ditahan di Mapolresta Mataram, sementara tiga lainnya masih di bawah umur dan untuk sementara dititipkan di LPKA Lombok Tengah.

Kasat Reskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili S.Tr.k., S.I.K., menyampaikan perkembangan terbaru kasus ini.

Advertisement

"Malam ini, kami telah memulangkan 13 anak di bawah umur yang sebelumnya diamankan dalam kasus ini. Mereka diserahkan langsung kepada orang tuanya di Unit PPA Polresta Mataram. Meski dipulangkan, mereka tetap dikenakan wajib lapor dan dapat dipanggil kembali jika dibutuhkan dalam proses hukum," jelas AKP Regi Halili, Selasa (25/02/2025) malam.

Tiga orang dewasa menjadi tersangka telah diamankan di Polresta Mataram berinisial AHB, FM dan SA.
Sementara itu, tiga calon tersangka yang masih di bawah umur berinisial: RA, RHK, dan AM.

Ketiga tersangka di bawah umur tersebut untuk sementara dipulangkan ke orang tua mereka sebelum secara resmi dititipkan di LPKA Lombok Tengah.

"Para terduga dewasa sudah kami tahan di Polresta Mataram. Sedangkan yang masih di bawah umur akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku dan nantinya dititipkan di LPKA Lombok Tengah," tambah AKP Regi Halili.

Dengan perkembangan terbaru ini, kepolisian berkomitmen untuk menuntaskan kasus penganiayaan di Jalan Udayana dan memastikan para pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya. (F2)

Advertisement

Ket. Foto:
Tersangka kasus penganiayaan di jalan Udayana Kota Mataram diamankan Polisi. (Ist)

Continue Reading

Kota Mataram

Kenalan di Medsos, Wanita asal Lotim ini jadi Korban Pencurian

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Seorang pria berinisial IB (30), warga Batu Layar, Lombok Barat, ditangkap Tim Sat Reskrim Polresta Mataram setelah terbukti mencuri handphone milik seorang perempuan yang dikenalnya melalui media sosial.

Kasat Reskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili S.Tr.k., S.I.K., menjelaskan bahwa peristiwa ini terjadi pada 17 November 2024 di sebuah hotel di Cakranegara, Kota Mataram. Korban, perempuan asal Lombok Timur, saat itu menginap bersama IB yang baru dikenalnya.

"Korban meninggalkan HP-nya di atas meja saat pergi ke toilet. Ketika kembali, pelaku sudah menghilang bersama barang miliknya," ungkap AKP Regi, Kamis (30/01/2025).

Setelah tidak menemukan petunjuk dari rekaman CCTV hotel, korban akhirnya melaporkan kejadian ini ke Polresta Mataram.

Advertisement

Menindaklanjuti laporan tersebut, Tim Sat Reskrim segera melakukan olah TKP, mengumpulkan keterangan saksi, dan menganalisis rekaman CCTV. Hasil penyelidikan mengungkap bahwa IB menggunakan identitas palsu di media sosial dengan nama "Rozi" untuk mendekati korban.

Setelah memetakan keberadaan pelaku, tim berhasil menangkap IB di rumahnya di Batu Layar pada Rabu (29/01/2025). Polisi juga mengamankan barang bukti berupa HP Redmi Note 12 Pro milik korban.

"Pelaku saat ini telah diamankan dan dijerat Pasal 362 KUHP tentang pencurian. Kasus ini menjadi peringatan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam berkenalan dengan orang asing di media sosial," tutup AKP Regi. (F3)

Ket. Foto:
IB, terduga pencuri HP saat diamankan di Mapolresta Mataram. (Ist)

Advertisement
Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!