HarianNusa, Mataram – Produk kain tenun dan batik tiruan yang merupakan buatan pabrik semakin mendominasi pasar. Tak dipungkiri hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam memajukan Industri Kecil Menengah (IKM) di Provinsi NTB. Sebab kain printing ini sudah masuk ke sentra-sentra penjualan tenun lokal di daerah ini.
Kain tenun printing buatan Surabaya, Bandung, Jakarta dan lainnya telah dijual di seluruh daerah di Indonesia, termasuk ke NTB. Kain printing menyaingi penjualan kain tenun lokal. Karenanya pelaku usaha tenun lokal dan batik Sasambo terus didorong untuk meningkatkan produksi yang bisa bersaing.
"Kita masih menggunakan pola konvensional, masih pakai tenaga manusia. Kita kalah saing dengan buatan pabrik," ujar Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB Abdul Rauf M.M., Minggu 13 November 2022.
Menurutnya, agar kain tenun lokal menjadi tuan di rumahnya sendiri, dibutuhkan kebijakan khusus. Misalnya mewajibkan pemakaian kain tenun lokal oleh ASN di hari-hari tertentu. Kebijakan ini akan membuat ASN membeli produk lokal.
Sebab untuk melarang masuknya barang dari luar daerah tentu tak bisa, karena itulah yang terpenting adalah mengoptimalkan pasar dari kalangan ASN dengan mewajibkan mereka menggunakan tenun lokal atau batik Sasambo di hari-hari tertentu.
"Ini bagian dari program bela beli produk lokal. ASN pada hari-hari tertentu menggunakan produk tenun lokal, sebetulnya hal itu akan bisa menggerakkan produsen. Itu yang perlu kita dorong ke pemerintah," ujarnya.
Ia mengatakan, kecenderungan pasar selalu mencari harga yang terendah dan kualitasnya bagus. Sehingga dalam kasus tenun lokal, hal ini menjadi tantangan tersendiri, karena harga tenun lokal masih mahal dan masih kurang terjangkau oleh konsumen menengah ke bawah.
Terkait dengan adanya penjualan kain tenun printing di sentra-sentra tenun lokal, Abdul Rauf mengatakan, pelaku usaha dihadapkan dengan kecenderungan konsumen yang ingin kualitas bagus dengan harga murah, sehingga pedagang akhirnya memajang kain printing untuk wisatawan.
Meski demikian, lanjutnya, pedagang harus bisa memberikan informasi yang rinci terkait dengan mana kain tenun asli dan mana tenun tiruan agar informasi produk tidak keliru. "Namun kita ajak untuk komitmen agar jual kain tenun dan batik Sasambo yang asli," tandasnya. (03)
Ket. Foto :
Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB Abdul Rauf M.M. (HarianNusa)