Ada Fenomena Alam Pasca Gempa Lombok 7,0 SR

0
1859
Fenomena tanah retak mengeluarkan lumpur halus di Desa Selengen, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara. (Dok. Istimewa)

HarianNusa.com, Mataram – Pasca gempa bumi berkekuatan 7,0 skala richter (SR) yang mengguncang Lombok, Minggu (05/08) lalu, terjadi fenomena alam di Desa Selengen, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.

Tepat di halaman Kantor Desa Selengen, pasca gempa bumi, tanah mengalami retak dan berlubang, kemudian disusul dengan keluarnya lumpur halus menyerupai semen. Video yang diunggah seorang warga tersebut menjadi viral di masyarakat.

Masyarakat mulai berspekulasi tentang bencana besar yang akan terjadi. Namun fenomena apakah itu?

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram, Agus Riyanto yang menyaksikan video tersebut menganalisa bahwa fenomena tersebut merupakan pencairan tanah atau likuifaksi tanah. Di mana fenomena tersebut kerap terjadi ketika terjadi gempa bumi. Tanah mengalami pencairan dan kehilangan kekuatan.

“Berdasarkan gambar dan video yang saya lihat, fenomena ini menyerupai fenomena lekuifaksi (likuifaksi/red) yang sering terjadi setelah gempa besar,” ujarnya Kamis, (09/08).

Agus mengatakan fenomena tersebut sering terjadi pada wilayah yang memiliki susunan batuan endapan yang lunak. Dia mengatakan fenomena tersebut merupakan endapan vulkanik yang mungkin hasil rombakan aktivitas Gunung Rinjani.

“Fenomena ini terjadi pada daerah yang susunan batuan endapan yang lunak, jika lihat sekilas endapan yang tersusun di gambar adalah endapan vulkanik yang kemungkinan hasil rombakan dari aktivitas Gn Rinjani,” jelasnya.

Kendati demikian fenomena tersebut menurutnya butuh kajian lebih lanjut. Jika terjadi aktivitas pada Gunung Rinjani, maka akan terekam pada Jaringan Seismometer PVMBG pada pos pengamatan Gunung Rinjani. Namun hingga kini Gunung Rinjani masih normal.

“Tentu masih butuh kajian lebih lanjut terkait dengan fenomena ini, hal terpenting bagi masyarakat adalah tetap tenang dan menghindari informasi yang tidak ada dasarkanya. Jika aktivitas Rinjani, tentu akan teretam pada Jaringan Seismometer PVMBG pada pos pengamatan Gn Rinjani. Sampai saat ini aktivitas Gn Rinjani mesih aktif normal, belum ada tanda-tanda peningkatan status Gn Rinjani,” ungkapnya.

“Jika ada peningkatan aktivitas Gn Rinjani, tentu pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan mengumumkan dan berkoordinasi dengan instasi terkait.  BMKG akan selalau memberikan informasi kegempaan resmi,” tutupnya. (sat)