Headline
Kementan RI Susun Juknis Ubah Rawa Jadi Lahan Pertanian

Kementerian Pertanian (Kementan) tetap fokus pada pengembangan pertanian di lahan rawa. Melalui program SERASI (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani), Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) telah melakukan berbagai langkah strategis antara lain dengan melakukan kegiatan Demfarm (Demonstrasi farming) yang di dalamnya melibatkan petugas pendamping yang ditempatkan di lapangan, Banjarbaru (1/8/2019).
Lahan rawa di Indonesia tersebar di tiga pulau besar, yaitu di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya (Papua). Luas lahan rawa Indonesia ± 33,4 juta hektare (ha), yang terdiri atas lahan rawa pasang surut sekitar 20 juta ha dan lahan lebak 13,4 juta ha (BBSDLP, 2018).
Salah satu upaya untuk mendorong keberhasilan program SERASI adalah melakukan penyusunan petunjuk teknis (juknis) yang berfungsi sebagai panduan bagi para petugas lapang. “Sosialisasi Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengembangan Demonstrasi Farm Program #SERASI di Kalimantan Selatan” telah diselenggarakan di Aula Balittra. Kegiatan tersebut dirangkai dengan kunjungan lapang ke lokasi denfarm Jejangkit Muara, Kab. Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Dr. Husnain, MSc., dalam arahannya menyampaikan penghargraan dan ucapakan terima kasih kepada Pemda Kalsel dan Sumsel yang selama ini telah mendukung sepenuhnya pelaksanaan program ini. Husnain menuturkan, Program SERASI merupakan ujung tombak dan menempati prioritas yang tinggi pada program Kementan.
“SERASI merupakan ujung tombak dan menempati prioritas yang tinggi program Kementan,” papar Husnain.
Fokus dan keseriusan Kementerian Pertanian pada program SERASI diwujudkan menurunkan 27 orang tenaga pendamping lapang di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, dan 23 orang ditempatkan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Musi Banyuasin, dan Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Terhadap petugas pendamping lapang secara khusus Husnain berpesan, peran dan keberadaan petugas pendamping sangatlah penting, karenanya penugasan tersebut hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh. “Penugasan yang diberikan hendaknya dijadikan sebagai media pembelajaran dan ajang menggali ilmu dan pengalaman lapang sebaik-baiknya,” tandas Husnain.
Dalam pembingkaiannya Prof. Irsal Las menuturkan, bila Kementan berhasil dalam pengembangan rawa khususnya di Kalimantan, maka target lumbung pangan dunia 2045 akan dapat dicapai. Menurut Irsal keberhasilan sebuah demfarm dicirikan oleh kelompok tani yang mencontoh teknologi pada denfarm dengan cara “learning by doing and learning by seeing” (belajar melalui bekerja dan belajar dengan melihat”), pemberdayaan petani melalui penerapan langsung teknologi rekomendasi.
Irsal menekankan, upaya fasilitasi pembelajaran bagi kelompok tani melalui penerapan teknologi yang sudah teruji agar mereka mampu menggunakan potensi yang dimilikinya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas produk pertanian.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi (BPTP) Kalsel, Dr. M. Yasin, dalam arahannya menyampaikan bahwa penempatan setiap petugas lapang merupakan penugasan yang diberikan oleh negara melalui Kementan, khususnya Balitbangtan. Karena itu, setiap pegawai hendaknya selalu siap menerima penugasan yang diberikan oleh negara.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Balai Penelitian Lahan Rawa, Ir. Hendri Sosiawan, CESA mengungkapkan lahan yang dijadikan lokasi demfarm saat ini seluas 68 ha yang berada di kecamatan Jejangkit, Kab. Barito Kuala. Hendri menuturkan, mulai Agustus 2019 para petugas akan dipusatkan di lokasi denfarm Jejangkit.
Pada acara sosialisi ini disampaikan masing-masing materi Juknis secara ringkas yakni: Budidaya Padi Lahan Rawa Menggunakan Paket Teknologi RAISA oleh Nurwulan Agustiani, S.P., M.Agr. dari BB Padi; Pengelolaan Lahan dan Air Menurut Karakteristik Hidrologis Rawa Pasang Surut di Kalimantan Selatan oleh Dr. Setiono Adi dari Balitklimat; Budidaya Hortikultura di Lahan Rawa Kalimantan Selatan oleh Prof. Yusdar dari Puslitbanghorti; dan Pengembangan Budidaya Itik di Lahan Rawa Kalimantan Selatan oleh Dr. Maijon Purba dari Balitnak.
Materi juknis lainnya yaitu Penguatan Kelembagaan Petani dan Pengembangan Pertanian Korporasi di Lahan Rawa Kalimantan Selatan oleh Dr. Hermanto dari PSEKP; Pengembangan Model Budidaya Ikan Ramah Lingkungan di Lahan Rawa oleh Ir. Retna Qomariah, M.Si dari Balittra; dan Bimbingan Teknis Pengembangan Pertanian Lahan Rawa mendukung Program #SERASI oleh Saefoel Bachri, S. Kom, MSi.
Penyusunan Juknis sangat penting sebagai upaya untuk mendorong percepatan dan keberhasilan pengembangan lahan rawa yang saat ini difokuskan di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Kegiatan sosialisasi dilanjutkan dengan kunjungan lapang ke lokasi denfarm Jejangkit yang melibatkan semua petugas lapang dan nara sumber. Inilah salah satu upaya menserasikan Program #SERASI.
Headline
Pemerintah Genjot Pembangunan 400 SPPG di NTB, Baru 25 Persen Terealisasi

HarianNusa, Mataram – Pemerintah pusat menargetkan pembangunan 400 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) guna mendukung program pemenuhan gizi masyarakat, terutama bagi pelajar. Hingga saat ini, realisasi pembangunan baru mencapai 25 persen atau sekitar 54 unit.
“Untuk program makan bergizi, kita targetkan pembangunan SPPG di NTB sebanyak 400 unit. Saat ini baru terbangun sekitar 25 persen. Harapannya, target ini dapat tercapai sepenuhnya pada tahun 2025,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI, H. Muazzim Akbar, usai melakukan pertemuan dengan Sekretaris Daerah (Sekda) NTB dalam rangka kunjungan kerja Komisi IX DPR RI ke Pemprov NTB, Rabu, (28/5).
SPPG merupakan dapur umum yang memproduksi makanan bergizi dan tersebar di 26 provinsi. Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah SPPG terbanyak, yakni 57 titik. Konsep ini melibatkan koperasi, yayasan, hingga perusahaan swasta sebagai mitra penyedia makanan sehat.
Muazzim menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan berbagai instansi, termasuk Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dalam mempercepat pembangunan dan menjamin keamanan makanan yang disajikan.
“BPOM harus turun langsung ke lapangan. Jangan hanya menunggu laporan. Kita tidak ingin terjadi kasus keracunan makanan atau konsumsi bahan yang tidak layak, seperti buah berulat,” tegasnya.
Ia menambahkan, kehadiran SPPG yang merata di seluruh NTB akan menjadi kunci keberhasilan program makan bergizi nasional dan sekaligus mendukung penurunan angka stunting serta peningkatan kualitas kesehatan generasi muda.
Dengan target 400 SPPG tersebut, Muazzim meminta seluruh pihak bahu-membahu agar misi besar pemenuhan gizi ini tidak hanya sekadar wacana, melainkan terealisasi nyata dan memberi dampak langsung bagi masyarakat NTB. (F3)
Ket. Foto:
Anggota Komisi IX DPR RI Dapil NTB dari Partai Amanat Nasional, H. Muazzim Akbar. (HarianNusa)
Headline
Viral Video Pernikahan Anak, Anggota Komisi V DPRD NTB Jamhur Desak Sanksi Tegas untuk Pencegahan

HarianNusa, Mataram – Viralnya video pernikahan di bawah umur di media sosial baru-baru ini mengundang perhatian publik, termasuk dari kalangan legislatif. Anggota Komisi V DPRD Provinsi NTB, H. Muhammad Jamhur, angkat bicara mengenai fenomena tersebut dan menegaskan pentingnya edukasi serta peran semua pihak dalam mencegah pernikahan dini.
Menurut HM Jamhur, fenomena Merarik Kodek atau pernikahan dini sebenarnya terjadi di banyak tempat, hanya saja tidak semuanya terekspos ke publik. “Permasalahan pernikahan di bawah umur ini terjadi di mana-mana. Ada yang terpublikasi, ada juga yang tidak. Di era digitalisasi seperti sekarang, semua peristiwa sangat mudah terekspos dan menjadi viral, bahkan tanpa disadari oleh pelaku atau keluarga,” ungkapnya, Senin, (26/5) kepada hariannusa.com.
Ia menilai, walaupun viralitas di media sosial terkadang membawa keberuntungan bagi pemilik akun, namun di balik itu terdapat persoalan serius yang harus segera ditangani. “Pernikahan dini berdampak besar terhadap masa depan pelaku, baik secara psikologis maupun kesehatan. Ini bisa menjadi salah satu penyebab tingginya angka kawin cerai, serta risiko saat kehamilan dan persalinan. Bahkan anak-anak dari pernikahan dini banyak yang rentan mengalami stunting,” jelasnya.
H. Jamhur mengajak semua elemen masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam memberikan edukasi secara masif, mulai dari orang tua, keluarga terdekat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat hingga pemerintah. Ia menegaskan pentingnya peran kolaboratif dalam menekan angka pernikahan dini di NTB.
Ia juga menyoroti keberadaan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pencegahan Perkawinan Dini yang sudah dimiliki oleh NTB. Namun, menurutnya, perda tersebut belum efektif karena tidak mengatur sanksi tegas bagi pelanggarnya. “Kita sudah punya perda, tapi kelemahannya tidak ada sanksi tegas. Ini harus menjadi perhatian agar regulasi benar-benar berdampak,” tandasnya.
Dengan pernyataan ini, H. Jamhur berharap adanya perhatian serius dan langkah konkret dari semua pihak untuk melindungi generasi muda dari dampak negatif pernikahan di usia dini.
Seperti diketahui baru-baru ini jagad media sosial dihebohkan dengan video nyongkolan pernikahan anak dibawah umur dimana pengantin perempuan masih duduk dibangku SMP sedangkan pengantin pria baru kelas 1 SMK. Pasangan tersebut diketahui berasal dari Lombok Tengah. (F3)
Ket. Foto:
Anggota Komisi V DPRD NTB, HM. Jamhur. (Ist)
Ekonomi
Dorong Produktivitas Pertanian, Gubernur NTB Serahkan Combine Harvester ke Kabupaten Sumbawa

HarianNusa, Sumbawa – Komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam memperkuat ketahanan pangan kembali dibuktikan. Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal, secara resmi menyerahkan dua unit combine harvester kepada Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, pada Senin (26/5). Bantuan alat panen modern ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor pertanian di wilayah lumbung pangan NTB.
“Yang lain semua dapat, tetapi yang kita utamakan daerah-daerah yang jadi lumbung pangan,” tegas Gubernur Iqbal, menekankan pentingnya optimalisasi alat modern untuk mendukung kabupaten-kabupaten penghasil pangan utama, termasuk Sumbawa dan Lombok Tengah.
Gubernur juga berharap agar bantuan ini dikelola langsung oleh pemerintah kabupaten untuk memastikan pemanfaatan yang maksimal. Ia menekankan bahwa dengan skema pinjam atau sewa, alat ini bisa digunakan bergilir oleh para petani tanpa risiko diperjualbelikan.
“Barang itu juga akan tetap terpelihara sehingga dalam jangka waktu sekian tahun, semua kebutuhan petani untuk combine harvester sudah terpenuhi,” ujar Gubernur.
Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, mengapresiasi langkah cepat dan strategis dari pemerintah provinsi. Menurutnya, bantuan ini sangat sejalan dengan visi daerah dalam mengembangkan sektor agromaritim berbasis potensi lokal.
“Ini adalah bentuk nyata sinergi pusat-daerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional, dan kami siap mengelola serta memanfaatkan alat ini sebaik mungkin,” kata Bupati Jarot.
Penyerahan combine harvester ini menjadi langkah konkret dalam transformasi sektor pertanian NTB menuju pertanian modern yang efisien dan berkelanjutan. (F3)
Ket. Foto:
Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, berpose bersama pada kegiatan serah terima dua unit combine harvester, Senin (26/5). (Ist)
-
Headline7 tahun ago
Potensi Tsunami di Asia, NTB Diperingati Waspada
-
NTB6 tahun ago
Ini Cara Mitigasi saat Gempa Bumi
-
Headline7 tahun ago
Misteri Telapak Tangan yang Gegerkan Warga Lombok Terpecahkan
-
Headline8 tahun ago
Mengenang 40 Tahun Bencana Tsunami di Lombok dan Sumbawa
-
Headline8 tahun ago
Ssttt… Ini Lokasi Razia Zebra di Pulau Lombok Selama Dua Pekan
-
Hukum & Kriminal7 tahun ago
Tak Terima Diputusin, Pria di Lotim Sebar Foto Bugil Kekasihnya
-
NTB6 tahun ago
Ahli Geologi AS Peringatkan Bahaya Gempa di Selatan Lombok
-
NTB6 tahun ago
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Dingin di Lombok