
Cikal bakal Hamas berdiri adalah Ikhwanul Muslimin, didirikan oleh Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna (Hasan Al-Banna) di Mesir pada 1928. Gerakan Ikhwanul Muslimin tidak hanya di wilayah Timur Tengah, tetapi hingga India, Pakistan, Malaysia dan Indonesia.
Perlawanan Ikhwanul Muslimin di Palestina terhadap Israel menjadi momok yang sangat menakutkan bagi Israel. Perang pada 1948 medesak Israel akibat bergabungnya Ikhwanul Muslimin Mesir dan Palestina. Namun sayang, eksistensi Ikhwanul Muslimin di Palestina tidak berlangsung lama pasca pembekuan dari pemerintah Mesir akibat permusuhan antara keduanya.
Pembekuan tersebut tidak membuat surut gerakan jihad Ikhwanul Muslimin. Perang pada 1967 membuat Israel dapat menguasai Tepi Barat, Gaza, Dataran Tinggi Golan dan Semenanjung Sinai dalam perang enam hari. Pada 1973 perang kembali terjadi, perang yang dikenal dengan nama Yom Kippur melibatkan militer Mesir dan Suriah melawan Israel.
Perang tersebut membuat Israel kalah. Bahkan menyebabkan melambungnya harga minyak dunia akibat embargo yang dilancarkan negara-negara Arab. Bahkan PLO berani melakukan perlawanan pada Israel. PLO tidak lagi menggunakan cara diplomasi lantaran masih terus terjadi pembantaian yang dilakukan Israel. Akibatnya Israel menginvasi Lebanon yang menjadi pusat PLO.
Tidak tinggal diam Ikhwanul Muslimin bergabung bersama PLO. Perlawanan kemudian terjadi hingga kedua organisasi besar ini berpisah lantaran hilangnya kepercayaan satu sama lain.
Perang terus berlanjut pada 1987. Pada tahun ini perlawanan Palestina menjadi fenomenal. Perang fenomenal tersebut dikenal dengan nama Intifadhah (perlawanan).
Munculnya Intifadhah dipicu oleh pembunuhan enam anak-anak Palestina secara biadab oleh militer Israel. Akibatnya ratusan ribu warga Palestina turun ke jalan hanya dengan bersenjata batu melawan militer Israel yang bersenjata lengkap dan cangih. Intifadhah menjadi momen simpati dunia internasional atas kegigihan Palestina.
Intifadhah juga membuat Israel dirundung malu tiada tara, lantaran melawan warga yang hanya bersenjata batu. Israel dilematis, saat menumpas pasukan Intifadhah justru semakin keras perlawanan yang didapat. Di satu sisi para pembela HAM dari seluruh dunia mengutuk kebrutalan tamu biadab terhadap tuan rumah Palestina. Intifadhah pada umumnya dilancarkan remaja Palestina yang berusia 15-20 tahun. Hingga saat ini perjuangan untuk kemerdekaan Palestina masih terus berkobar dalam dada para mujahidin. (sat)