HarianNusa.com, Mataram – Akibat bentrokan dua lingkungan di Monjok Kota Mataram, pencocokan dan penelitian (coklit) daftar pemilih untuk Pilkada NTB 2018 di wilayah Monjok Perluasan terpaksa harus ditunda. Pasalnya tim kesulitan mendatangi rumah-rumah penduduk akibat bersitegangnya dua kelompok warga.
Rudi Lombok, salah satu tim yang membantu pendataan daftar pemilih mengaku terpaksa ditunda untuk mendata pemilih lantaran bentrokan yang terjadi di tengah-tengah kampung mereka.
“Iya terpaksa ditunda, karena kita kesulitan pergi ke rumah warga untuk pendataan. Karena proses coklit ini lama, apalagi ada konflik seperti ini,” ujarnya melalui sambungan telepon belum lama ini.
Menurutnya, coklit harus dilakukan karena daftar pemilih saat ini adalah data tahun 2015, padahal banyak sekali jumlah perubahan pemilih, seperti ada warga yang menjadi polisi sehingga hak memilihnya dihapus, ada warga yang meninggal dunia maupun ada jumlah pemilih baru.
“Kan berkurang variasinya, ada yang jadi polisi, ada yang meninggal. Ini yang meninggal 10 tahun yang lalu masih ada kok di sini (di data),” cetusnya.
Di Lingkungan Monjok Perluasan khususnya Panda 1 hanya ada dua tim coklit, sementara jumlah kepala keluarga sekitar 100, dengan jumlah pemilihnya yang akan didata berjumlah sekitar 500 warga, sehingga proses coklit sangat tersandera.
“Kita tidak bisa kerja dalam waktu satu hari dua hari, sebulan belum tentu selesai. Harus ditulis namanya, karena ada warga di sini pilihnya di RT lain, jadi perlu kita data,”papar pria berkumis manis tersebut.
Rudi berharap agar KPU dapat memaklumi kondisi tersebut, karena tim sangat kesulitan bergerak melakukan pendataan. “Iya kita harap dikasi permakluman lah, karena kondisi di sini seperti ini,” jelasnya.
Rudi juga mengkritisi tim coklit tidak diberikan alat tulis untuk bergerak melakukan pendataan. “Ini tidak ada bolpoin, tidak ada penggaris, tidak ada alat tulis,” keluhnya. (sat)