Kamis, Maret 28, 2024
BerandaHeadlinePerang Topat Didorong Jadi Event Nasional

Perang Topat Didorong Jadi Event Nasional

- Advertisement -

HarianNusa.com – Perang Topat (perang ketupat) merupakan tradisi tahunan yang dirayakan masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tradisi ini sebagai simbol perdamaian antara umat Islam dan umat Hindu di “Pulau 1000 Masjid” itu.

Acara yang dilakukan pada bulan ke tujuh penanggalan Sasak bertepatan dengan hari ini, Kamis, 22 November 2018.

Sore tadi, Perang Topat digelar di Pure Lingsar, Lombok Barat. Di sana umat muslim dan umat Hindu berbaur menjadi satu untuk merayakan upacara sebagai simbol kesuburan pertanian dan perdamaian umat beragama.

Mereka berperang menggunakan ketupat. Umat yang berbeda keyakinan tersebut saling serang dengan penuh canda tawa, melempar ketupat ke arah lawan.

Meskipun berlangsung sekitar 30 menit, namun keharmonisan terjalin. Umat muslim berbondong mendatangi Pure Lingsar merayakan upacara adat tersebut.

Perang Topat 2018 kali ini mengambil tema “Raraq Kembang Waru” yang artinya, gugurnya kembang Waru. Perang Topat akan dimulai selepas ashar, yang ditandai dengan gugurnya kembang Waru.

Senator RI asal NTB, Baiq Diyah Ratu Ganefi, turut hadir dalam upacara adat tersebut. Dia mengapresiasi nilai-nilai keragaman yang ada dalam upacara itu.

“Tradisi ini memang harus tetap dilestarikan karena kepercayaan dari para Ninik Mamak (nenek moyang) kita adalah adanya kerukunan beragama bermasyarakat bertoleransi juga untuk kesuburan dari pertanian pertanian yang ada,” pungkasnya.

Baiq Diyah berharap Perang Topat ke depannya lebih menjadi event nasional, sehingga dapat didanai juga dari anggaran pemerintah pusat.

“Untuk tahun depan agar event ini lebih nasional maka harus diagendakan juga dengan event-event nasional yang dilaksanakan di pusat sehingga agenda Perang Topat ini juga bisa mendapat anggaran dari pusat,” ucapnya.

Sementara, Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid, mengatakan Perang Topat merupakan perang perdamaian untuk merawat keharmonisan umat beragama di Lombok. “Perang perdamaian, perang yang tidak pernah menelan korban,” ujarnya.

Sebelum dimulai Perang Topat, bergama pentas tari dan petunjukkan budaya digelar. Warga juga membawa sesajian berupa buah-buahan sebagai simbol kesuburan. (sat)

RELATED ARTICLES
spot_img
Kamis, Maret 28, 2024
- Advertisment -spot_img

Populer Pekan ini

Kamis, Maret 28, 2024
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Banyak Dibaca

- Advertisment -