Connect with us

NTB

Sekda Sampaikan Jawaban Gubernur Atas Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi Terhadap Empat Raperda Usul Eksekutif

Published

on

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, Ir. H. Rosiady Sayuti (istimewa)

HarianNusa.Com – DPRD Provinsi NTB menggelar Rapat Paripurna dengan agenda Jawaban Gubernur NTB atas Pemandangan Umum Fraksi-fraksi terhadap empat buah Raperda usul Eksekutif yang digelar di Ruang Rapat DPRD NTB, Senin, (25/02/19).

Mewakili Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimasyah, Sekretaris Daerah Provinsi NTB (Sekda NTB) , Ir. H. Rosiady Sayuti menyampaikan Jawaban Gubernur atas pemandangan umum fraksi-fraksi yang ada di DPRD NTB terhadap empat buah Raperda usul Eksekutif.

Terhadap pernyataan, pertanyaan, usul, saran sepuluh fraksi DPRD Provinsi NTB, salah satunya kepada Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait Raperda Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah (RPJMD) 2019-2018, Gubernur mengatakan bahwa ruang diskusi untuk penajaman terhadap target dan strategi pencapaian masih dimungkinkan guna penyempurnaan dokumen RPJMD ini.

Sementara atas pemandangan umum Fraksi PKS terhadap Raperda Rencana Umum Energi Daerah (RUED), Gubernur mengatakan bahwa Raperda ini telah mengatur rencana penggunaan dan penyediaan energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil pada tahun 2025 dan 2050.

Berita Terkait:
PKS Minta Penjelasan Gubernur Terhadap Empat Raperda Usul Eksekutif

Advertisement

“Asumsi bauran energi direncanakan mencapai 23 % EBT pada tahun 2025 melalui upaya peningkatan pemanfaatan potensi energi Surya, air, bayu, panas bumi, dan energi terbarukan lainnya yang potensinya cukup besar di Provinsi Nusa Tenggara Barat,” kata Rosiady membacakan jawaban Gubernur.

Terhadap pemandangan umum Fraksi PKS terhadap Raperda Pengelolaan Sampah, Rosiady mengatakan dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam pengelolaan sampah adalah pengelolaan sampah skala regional, dimana pemerintah provinsi mengatur dan mengelola sampah kabupaten/kota yang telah bersepakat untuk melakukan pengelolaan sampah secara bersama-sama melalui fasilitas TPA regional, serta pihak ketiga yang menjadi mitra bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah skala regional.

2. Berdasarkan kewenangan tersebut aspek pelibatan masyarakat secara komprehensif akan menjadi wewenang kabupaten/kota dan pengelola kawasan khusus.

“Oleh karenanya dalam Raperda ini, pelibatan masyarakat tidak dibahas secara komprehensif namun akan diatur lebih lanjut dalam peraturan gubernur, yang dapat memuat materi muatan pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis rumah tangga secara lebih teknis,” kata Sekda

Terkait Perda pengelolaan hutan, atas pertanyaan fraksi PKS tentang langkah untuk mengatasi permasalahan kondisi hutan, Rosiady mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi dalam jangka pendek akan melakukan langkah strategis untuk mengatasi degradasi hutan dan lahan berupa pembuatan bangunan sipil teknis, sosialisasi dan penyuluhan terhadap masyarakat, rehabilitasi pada lahan kritis.

Advertisement

Mengenai revitalisasi kawasan hutan dan harga bibit yang tinggi, Pemerintah Provinsi akan memperhatikan secara proporsional.

Terkait dengan penyelesaian konflik penguasaan hutan dilakukan dengan memfasilitasi kemitraan kehutanan antara masyarakat dengan pemegang ijin. Setiap pemegang ijin diwajibkan untuk melakukan fasilitas pemberdayaan masyarakat setempat dan upaya penyelesaian melalui program Tora (Tanah Objek Reforma Agraria) program perhutanan Dan kemitraan.

Terhadap pertanyaan tentang langkah Pemerintah Provinsi dalam menangani kerusakan hutan, Rosiady menjelaskan bahwa Pemerintah Pada telah melakukan koordinasi lintas sektor terkait pengamanan hutan, perlindungan hutan, dan pencegahan pengrusakan hutan, memetakan lokasi yang terdampak kegiatan kerusakan sebagai bahan perencanaan program rehabilitasi hutan dan lahan, pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan (penanaman kembali), patroli pengamanan hutan bersama masyarakat serta sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Mengenai langkah penanganan dan langkah antisipasi yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa:
A. Pemerintah Provinsi telah melakukan koordinasi dengan para pihak terkait untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya bencana alam, penanganan pasca bencana terhadap masyarakat dan mengevaluasi kegiatan yang berakibat terjadinya bencana.
B. Untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam dilakukan kegiatan penyusunan dan penataan rencana tata ruang wilayah, sosialisasi dan penyadaran masyarakat, rehabilitasi lahan yang kritis dengan penanaman pohon, pemberdayaan masyarakat, dan patroli pengamanan hutan.
C. Untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dilakukan program dan kegiatan antara lain rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi sumber daya alam hayati, pengamanan hutan, perlindungan hutan, dan pencegahan pengerusakan hutan serta penataan dan pengelolaan lingkungan.

Rapat Paripurna dipimpin oleh Lalu Wirajaya bersama Ketua DPRD NTB Hj. Baiq. Isvie Rupaeda, Wakil ketua TGH. Mahali Fikri, dan Wakil Ketua H. Abdul Hadi dan dihadiri Sekda NTB Rosiady Sayuti mewakili Gubernur NTB, anggota DPRD NTB, Forkopimda NTB, pimpinan OPD lingkup Pemprov NTB dan undangan lainnya. (f3)

Advertisement

NTB

Perlindungan Perempuan di Ponpes Jadi Sorotan: Pemprov NTB dan Komnas Perempuan Ambil Langkah Konkret 

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Kekerasan terhadap perempuan di lingkungan pesantren kembali menjadi perhatian serius. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menggelar pertemuan strategis di ruang kerja Wakil Gubernur NTB, Rabu (28/5), guna memperkuat perlindungan terhadap perempuan korban kekerasan, terutama di institusi pendidikan berbasis agama.

Wakil Gubernur NTB menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam menangani kasus-kasus kekerasan dan pelecehan yang marak terjadi, termasuk di lembaga yang selama ini dikenal sebagai tempat pembinaan moral dan akhlak.

“Di tengah upaya membangun NTB yang berkarakter, kita tidak bisa menutup mata atas adanya pelecehan dan kekerasan di lembaga pendidikan. Ini bukan hanya mencoreng institusi, tapi juga mengancam masa depan generasi muda,” ujarnya tegas.

Pihaknya menilai bahwa pengungkapan kasus kekerasan tidak selalu mudah, terutama saat pelaku adalah tokoh berpengaruh dalam komunitas. Oleh karena itu, Pemprov NTB berencana memperkuat koordinasi lintas sektor, termasuk dengan Kantor Kementerian Agama dan pemerintah kabupaten/kota, dalam membentuk sistem rujukan bersama yang lebih terstruktur dan responsif.

Komitmen ini mendapat dukungan penuh dari Komnas Perempuan. Ketua Komisi Paripurna Komnas Perempuan, Maria Ulfah Anshor, menyampaikan sejumlah rekomendasi penting, termasuk perlunya sistem perlindungan yang menyeluruh dan aksi pencegahan yang berkelanjutan.

Advertisement

“Korban kerap berada dalam posisi yang rentan, mengalami tekanan, bahkan intimidasi. Ini yang harus kita hentikan bersama-sama. Pencegahan tidak cukup hanya berupa penyuluhan. Harus ada tindakan nyata,” tegas Maria Ulfah.

Salah satu usulan Komnas Perempuan adalah penerapan sertifikasi kesehatan mental bagi tenaga pendidik di lingkungan pesantren. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pendidik memiliki kesiapan psikologis dan tidak memiliki riwayat gangguan yang dapat berdampak negatif pada santri.

Maria juga menekankan bahwa perlindungan terhadap korban harus mencakup upaya pemulihan dan jaminan keamanan pascakejadian. Ia berharap NTB dapat menjadi contoh daerah yang berani membongkar praktik kekerasan dan mengambil tindakan tegas terhadap pelaku, tanpa pandang bulu.

Pertemuan ini menjadi sinyal penting bahwa negara hadir dalam melindungi warganya yang paling rentan, khususnya perempuan dan anak-anak di lingkungan pesantren. Upaya ini juga mendorong masyarakat untuk tidak lagi bungkam terhadap kekerasan, dan menjadikan perlindungan korban sebagai bagian dari budaya kolektif.

Dengan adanya sistem rujukan bersama, evaluasi perlindungan yang berkelanjutan, serta kolaborasi erat antar instansi, diharapkan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan tidak lagi tertutup, dan korban dapat memperoleh keadilan serta pemulihan secara layak.

Advertisement

“Melindungi perempuan dari kekerasan bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tanggung jawab moral seluruh masyarakat,” tutup Maria Ulfah. (F3)

Ket. Foto:

Pertemuan Wakil Gubernur NTB Hj. Indah Damayanti Putri dan jajarannya bersama Komnas Perempuan di Ruang kerjanya. (Ist)

Continue Reading

Nasional

Komisi IX DPR RI Soroti Tingginya Pengangguran Lulusan SMK dan Lambannya Pembangunan Dapur Gizi di NTB

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) guna meninjau kesiapan daerah dalam melaksanakan program prioritas nasional, yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), serta membahas permasalahan pengangguran yang masih menjadi tantangan serius di wilayah tersebut.

Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Ketua Tim Kunker Komisi IX DPR RI, drg. Putih Sari, yang menyoroti tingginya angka pengangguran terbuka di NTB, khususnya di kalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan data BPS NTB per Agustus 2024, terdapat 87.010 pengangguran terbuka, di mana 4,73 persen di antaranya berasal dari lulusan SMK.

“Kondisi ini sangat memprihatinkan karena menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri di NTB. Banyaknya SMK yang dibuka tidak mempertimbangkan karakteristik wilayah dan pasar kerja lokal,” ujar Putih Sari dalam pertemuan tersebut.

Menanggapi hal ini, Komisi IX mendorong pemerintah daerah bersama lembaga pelatihan kerja, termasuk Balai Latihan Kerja (BLK), untuk merancang program pelatihan yang selaras dengan kebutuhan riil dunia usaha dan industri yang berkembang di NTB. Langkah ini dinilai krusial untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal.

Selain isu ketenagakerjaan, Komisi IX juga meninjau perkembangan program SPPG yang merupakan bagian dari agenda besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam menangani permasalahan gizi anak. Pemerintah menargetkan pembangunan 400 dapur umum di NTB hingga akhir 2025, namun hingga saat ini baru terealisasi sekitar 25 persen atau 54 unit.

Advertisement

Komisi IX menekankan pentingnya percepatan pembangunan dapur umum SPPG untuk mendukung peningkatan status gizi anak-anak NTB, mencegah stunting, dan memperbaiki kualitas hidup generasi masa depan.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi IX Muazzim Akbar menyoroti aspek keamanan pangan dalam pelaksanaan SPPG. Ia meminta Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk aktif melakukan pengawasan terhadap makanan yang disajikan kepada siswa.

“Badan POM harus turun langsung ke lapangan, jangan sampai terjadi kasus keracunan makanan atau penyajian makanan yang tidak layak konsumsi. Pengawasan ini penting untuk menjaga kualitas dan keamanan gizi anak-anak kita,” tegas Muazzim.

Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, menyambut baik kunjungan ini dan berharap hasil diskusi serta masukan dari Komisi IX DPR RI dapat menjadi landasan kebijakan yang lebih tepat sasaran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTB.

“Selamat datang di NTB. Kami tersanjung dan berterima kasih atas perhatian Komisi IX terhadap permasalahan kami. Semoga kunjungan ini membawa manfaat nyata bagi masyarakat NTB,” ujar Lalu Gita dalam sambutannya.

Advertisement

Kunjungan kerja ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara pusat dan daerah dalam menghadapi tantangan di bidang kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan sosial, sekaligus mempercepat terwujudnya target-target pembangunan nasional di NTB. (F3)

Ket. Foto:

Kunjungan kerja Komisi IX DPR RI di Kantor Gubernur NTB. (Ist) 

Continue Reading

Kota Mataram

GPM NTB Hadirkan Pangan Murah Jelang Idul Adha

Published

on

By

HarianNusa, Mataram –  Dalam upaya memastikan stabilitas harga pangan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pokok menjelang Hari Raya Idul Adha, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan kembali menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM). Kegiatan kali ini berlangsung di halaman depan Kantor Lurah Kebun Sari, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Rabu, (28/5).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB, Dr. H. Aidy Furqan, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan bahwa GPM merupakan bagian dari strategi Pemprov NTB dalam mendekatkan layanan pangan kepada masyarakat, khususnya menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) seperti Idul Adha.

“GPM ini kami gelar dengan pola roadshow di berbagai titik. Ini adalah bentuk kehadiran nyata pemerintah untuk menghadirkan komoditas pangan pokok di bawah harga pasar, utamanya menjelang Hari Raya Idul Adha yang akan jatuh pada 6 Juni mendatang,” ujarnya.

Dr. Aidy menekankan bahwa tujuan utama GPM adalah memberikan akses ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat. Tidak hanya menyediakan bahan pokok seperti beras, minyak goreng, dan gula, kegiatan ini juga menjadi ruang interaksi antara masyarakat dengan penyedia pangan lokal, termasuk produk-produk hortikultura segar dan olahan modern.

“Kita lihat sendiri, masyarakat tidak hanya mencari kebutuhan pokok, tapi juga mulai beralih ke sayuran segar, buah-buahan, hingga makanan olahan sehat. Ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran akan konsumsi pangan yang bergizi,” tambahnya.

Advertisement

Lebih dari sekadar pasar murah, GPM juga membawa misi edukatif. Melalui pemantauan mutu dan promosi makanan sehat bergizi, Dinas Ketahanan Pangan NTB memastikan masyarakat tidak hanya mendapat pangan yang terjangkau, tetapi juga berkualitas dan aman dikonsumsi.

“Ini bagian dari upaya pengendalian mutu dan edukasi gizi yang menjadi tugas penting kami,” pungkas Kadis Aidy.

Kegiatan GPM turut melibatkan berbagai stakeholder strategis, termasuk Bulog, Bank Indonesia, PUPM, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, serta ID Food dan ritel modern seperti Niaga Supermarket, Ruby Supermarket, MGM, dan Alfamart.

Ibu Mira, warga Kebun Bawak Ampenan, merasa terbantu dengan adanya GPM. “Harganya jauh lebih murah, kualitas juga bagus. Bisa selisih sampai dua ribu dibanding harga pasar. Lumayan sekali untuk menghemat pengeluaran menjelang lebaran,” ungkapnya. (F3)

Ket. Foto:

Advertisement

Seorang pembeli tampak berbelanja di GPM yang digelar Dinas Ketahanan Pangan NTB. (Ist)

Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!