HarianNusa.Com – Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Kasus stunting juga terjadi di beberapa daerah di NTB.
Menanggapi persoalan tersebut, Kepala Perum Bulog Cabang Bima Sawaludin Susanto menyampaikan bahwa masalah stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi.
“Jadi solusi yang harus kita cari adalah memberikan asupan gizi yang cukup pada anak atau keluarga,” ungkapnya, Sabtu, (19/10/19).
Susanto menjelaskan di awal Oktober ini, Perum Bulog sudah melaunching namanya beras Fortivikasi. Apa itu fortivikasi? Fortivikasi yaitu menambah zat gizi mikro pada salah satu atau beberapa bahan pangan dengan tujuan meningkatkan nilai gizi bahan pangan tersebut.
“Selanjutnya kita lihat bahan pangan yang cocok. Sebenarnya bahan pangan apapun bisa. Cuman dikali ini kami menawarkan bahan pangan beras yang kita fortivikasi. Kenapa beras ? Karena beras merupakan bahan pangan pokok yang menjadi konsumsi masyarakat Kita. Rata-rata penduduk kita setiap hari konsumsi beras,” jelasnya.
Jadi dengan beras fortivikasi ini makan nasi langsung terintegrasi dengan vitaminnya, tidak perlu beli vitamin tambahan atau terpisah karena langsung berada di beras fortivikasi yang dimasak.
Sementara, untuk harga memang ada perbedaan antara beras fortovikasi dengan beras yang tidak berfortivikasi. Bedanya sekitar Rp. 1.500- 2000/ kg.
“Beras fortovikasi ini mengandung vitamin A, B1, B3,B12, Zat Besi, asam folat dan zinc,” pungkasnya. (f3)
Ket. Foto:
Kepala Perum Bulog Cabang Bima Sawaludin Susanto menunjukkan sample beras fortivikasi. (istimewa)