HarianNusa.com, Mataram – Musim Kemarau terlihat mulai menyapa Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan analisis dari pola tekanan sebagai indikasi aliran massa udara, di bulan Juni ini sudah mulai giat terlihat terbentuknya pusat tekanan rendah di Belahan Bumi Utara atau wilayah Utara Ekuator, dan daerah tekanan tinggi terbentuk di wilayah Belahan Bumi Selatan atau wilayah selatan Ekuator.
Seperti kita ketahui, aliran massa udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Pola angin khususnya di wilayah selatan Ekuator secara umum perlahan bergerak dari arah timuran.
Levi Ratnasari, S.Tr, prakirawan Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Majid mengungkapkan, untuk wilayah NTB, terlihat mulai dominan dari dari arah timur hingga tenggara. Kondisi ini mengindikasikan mulai aktifnya angin timuran di sebagian wilayah Indonesia khususnya di wilayah NTB. Angin timuran identik dengan masuknya musim kemarau, masuknya massa udara yang bersifat dingin dan kering dari daerah bertekanan tinggi mulai terasa yakni terlihat kondisi cuaca secara umum di wilayah NTB mulai terasa panas dan terik, namun potensi pertumbuhan awan rendah masih berpeluang.
“Suhu muka laut di sekitar perairan NTB terpantau pada tanggal 04 Juni 2020 masih cukup hangat dengan anomali masih bernilai positif. Kondisi ini mengindikasikan masih adanya kandungan uap air disekitar wilayah NTB dengan kelembaban udara pada lapisan rendah yang masih cukup basah, hal ini memberi kesempatan pembentukan awan awan rendah dengan potensi hujan ringan masih berpeluang terjadi di beberapa wilayah khususnya di NTB”, terang Levi melalui tulisan yang dikirimkan kepada redaksi HarianNusa.com.
Kondisi Cuaca di musim kemarau akan cenderung panas atau terik pada siang hari, dengan kandungan kelembaban udara yang rendah atau kering kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang mulai berkurang secara perlahan akan semakin terasa.
Selain itu suhu udara di malam hari hingga pagi hari juga akan terasa lebih dingin, kondisi ini juga di sebabkan karena pada musim kemarau jumlah tutupan awan berkurang sehingga energi panas bumi atau gelombang panjang dipancarkan seluruhnya dan tidak maksimal dipantulkan kembali ke Bumi. Dinginnya udara akan terjadi pada malam hari hingga pagi hari menjelang siang hari, hingga bumi kembali menyerap energi gelombang pendek dari matahari yang kemudian dipancarkan lagi ke atmosfer. Sehingga kita akan merasakan suhu udara yang lebih hangat atau terasa panas.
“Fenomena cuaca lainnya adalah muncul kabut di pagi hari, kabut terbentuk pada udara diatas tanah yang memiliki suhu dingin, sehingga menyebabkan udara di atasnya mencapai titik jenuh”, tambah Levi.
Dalam menghadapi cuaca dimusim kemarau ini, masyarakat dihimbau tetap selalu menjaga kesehatan, memperbanyak minum air putih serta berolahraga dan tidak beraktifitas terlalu sering di luar rumah, mengingat pentingnya meningkatkan imunitas dan menjaga diri dari kerumunan dimasa pandemi COVID-19 ini.
Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid tetap selalu bekerja dan memberikan informasi cuaca di wilayah NTB terkini dan prakiraan cuaca wilayah Bandara yang dapat di akses melalui website http://cuaca.ntb.bmkg.go.id.