NTB
Media Sosial Jadi Solusi Promosikan Pariwisata di Masa Pandemi
Published
5 tahun agoon

HarianNusa.com, Lombok Tengah – Membangkitkan sektor pariwisata di era kenormalan baru (new normal) menjadi tugas semua pihak. Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan agar sektor pariwisata kembali menggeliat. Dari segi penyebarluasan informasi atau promosi, peran media sosial dinilai sangat strategis di masa sekarang ini.
Hal tersebut dikemukakan Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi NTB, Najamuddin Amy, S.Sos, MM dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Program Studi Usaha Perjalanan Wisata Poltekpar Lombok yang berlangsung Senin 27 Juli 2020. Acara tersebut mengusung tema “Penanganan Tur Wisatawan dalam Era Adaptasi Kebiasaan Baru di NTB,”.
Najamuddin mengatakan, pentingnya promosi di media sosial karena dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini tidak memungkinkan pemerintah maupun pelaku pariwisata lainnya untuk melakukan kontak secara aktif dengan masyarakat. Hal ini untuk menghindari penyebaran pandemi yang sedang melanda dunia ini.
"Promosi kita ini yang sedikit harus kita ubah, penguatan media-media sosial sangat penting sekali," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa penguatan media sosial bukan hanya untuk mempromosikan pariwisata, namun juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka secara aktif terlibat dalam penyebaran berita baik.
"Oleh karena itu, kita berikan edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan media sosial. Banyak dari masyarakat kita yang belum mengenal kepariwisataan, menyebar ketakutan di media sosial yang memberikan dampak negatif bagi pariwisata," tuturnya.
Selain penguatan media sosial, pelibatan masyarakat lokal juga menjadi salah satu tindakan penting dalam promosi ini, karena masyarakat lokal sangat paham dengan daerahnya masing-masing.
"Masyarakat lokal ingin dilibatkan, ingin dianggap, sehingga saat diikutsertakan dalam kegiatan pariwisata di daerahnya masing-masing, mereka sangat bersemangat," terangnya.
Di akhir penyampaiannya, ia mengapresiasi kegiatan FGD yang diadakan oleh Poltekpar Lombok ini. Ia berharap ada banyak solusi yang dihadirkan oleh Poltekpar untuk pariwisata NTB kedepannya.
Sementara itu Direktur Poltekpar Lombok, Dr. Hamsu Hanafi dalam sambutannya menyampaikan bahwa FGD ini bertujuan untuk mencari solusi bagaiman menjalankan pariwisata di masa pandemi Covid-19 ini.
Hal ini sebagai kontribusi Program Studi Usaha Perjalanan Wisata Poltekpar Lombok dalam menyusun protokol kebersihan, kesehatan dan keselamatan Penanganan Tur Wisatawan dalam Era Adaptasi Kebiasaan Baru di Provinsi NTB sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat. Protokol yang disusun ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran mahasiswa dan kegiatan kepariwisataan di Provinsi NTB khususnya.
Hasil dari FGD ini kata Hamsu juga akan menjadi masukan bagi pemerintah dalam menyempurnakan buku panduan dan menjadi bagian dari peraturan gubernur terkait protokol kesehatan Covid-19. FGD ini berlangsung dua hari yakni diskusi satu hari membahas tentang solusi untuk tur perjalanan wisatawan dan satu hari untuk melakukan sosialisasi di tengah masyarakat.
Perlu diketahui, Poltekpar Lombok ini telah berdiri selama empat tahun dan saat ini memiliki empat program studi yakni Usaha Perjalanan Wisata, Divisi Kamar, Tata Hidang dan Seni Kuliner. Dalam waktu dekat, Hamsu Hanafi menyampaikan Poltekpar akan mengadakan wisuda angkatan pertama.(*)
Bagikan ini:
Info Lainnya
You may like

HarianNusa, Mataram -~ Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Mataram menyelenggarakan Pelatihan Kader Keamanan Pangan sebagai bagian dari implementasi Program Prioritas Nasional "Desa Pangan Aman". Kegiatan ini berlangsung di Aula BBPOM Mataram dan diikuti oleh 40 peserta dari Kelurahan Ampenan Selatan dan Kelurahan Babakan, termasuk lurah, tim keamanan pangan, kader, penyuluh, dan District Food Inspector dari Dinas Kesehatan Kota Mataram.
Dalam sambutannya, Kepala BBPOM Mataram, Yosef Dwi Irwan, menegaskan pentingnya pangan yang aman, bermutu, dan bergizi sebagai fondasi masyarakat yang sehat, produktif, dan berdaya saing. Ia menekankan bahwa isu keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa, bukan hanya pemerintah.
Yosef mengungkapkan, bahwa pengawasan BBPOM masih menemukan berbagai permasalahan di lapangan, seperti kurangnya higienitas, adanya cemaran fisik, hingga penggunaan bahan berbahaya seperti boraks dan zat tambahan melebihi batas aman. Oleh karena itu, edukasi keamanan pangan hingga tingkat keluarga sangat penting untuk menekan risiko kesehatan dan stunting, serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Pelatihan ini menjadi bagian dari Program Gerakan Keamanan Pangan Desa (GKPD) yang sejalan dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Program ini bertujuan membentuk kader yang mampu mendampingi komunitas dalam menerapkan prinsip keamanan pangan secara mandiri dan berkelanjutan.
Materi pelatihan meliputi pengenalan program desa pangan aman, keterkaitan keamanan pangan dengan stunting, prinsip 5 kunci keamanan pangan, serta edukasi terkait alergi, intoleransi, dan keracunan makanan. Narasumber berasal dari tim informasi dan komunikasi BBPOM Mataram.
Menariknya, pelatihan ini juga diselingi dengan sesi minum jamu bersama sebagai bagian dari kampanye Gerakan JAWARA (Jamu Warisan Budaya Nusantara). Peserta diajak mengenali pentingnya konsumsi jamu yang aman, terstandar, dan bermanfaat bagi kesehatan.
Kepala BBPOM Mataram berharap program GKPD dapat diteruskan secara mandiri oleh kelurahan yang diintervensi, bahkan menular ke kelurahan lain. Melalui langkah ini, akses pangan aman dapat meningkat, ekonomi lokal berkembang berbasis kearifan lokal, dan Mataram semakin mendekati visinya menjadi kota HARUM: Harmoni, Aman, Ramah, Unggul, dan Mandiri. (F3)
Ket. Foto:
Kegiatan pelatihan kader keamanan pangan. (Ist)
Bagikan ini:
Info Lainnya

HarianNusa, Mataram – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi NTB dibawah kepemimpinan I Gde Putu Ariadi dibenahi total. Langkah ini bentuk pembenahan yang dilakukannya usai dilantik Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal beberapa waktu lalu.
Kepala BRIDA NTB, I Gde Putu Ariadi menegaskan pembenahan awal yang dilakukannya dari sisi struktur kelembagaan. Sebelumnya struktur BRIDA terdiri dari bidang-bidang. Namun kini strukturnya hanya tiga, Kepala, Sekretaris dan Kepala Tata Usaha (KTU). Lainnya fungsional yang dikelompokkan pada empat Pokja.
"Tugas pertama saya menata SDM sampai dengan pendukung lainnya termasuk struktur kelembagaan," terang Aryadi di Mataram kemarin.
Keempat Pokja yang dibentuk tersebut. Pertama Pokja Riset dan Penelitian. Salah satu yang akan digagasnya, produk hasil penelitian yang mengarah ke Good Government. Mendorong pemerintah yang bebas dari tindakan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB itu menyebutkan materi riset yang bisa dilakukan seperti Peraturan Gubernur (Pergub). Penelitian itu bisa mengkaji mana Pergub yang memberikan manfaat seluas-luasnya maupun Pergub yang dilihatnya tidak bermanfaat. Riset tersebut dapat melibatkan banyak stakeholder. Misalnya pakar hukum, NGO pegiat-pegiat anti korupsi dan pihak lainnya.
"Terdapat indikator di BRIDA bagaimana menciptakan Indeks good government tadi," katanya.
Pokja kedua, Bidang Sosial dan Kesehatan. Peran BRIDA dibidang sosial dan kesehatan sangat luas. Salah satu yang bisa diintervensi penanganan stunting sekaligus mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). Penanganan stunting tidak melulu dengan pemberian susu. Tetapi air Daun Kelor memiliki protein sangat tinggi. Dicampur dengan Rumput Laut maka bisa menghasilkan protein sama dengan kandungan protein pada susu.
"Ini harus ada riset dan kita inovasi kan untuk diolah," terangnya.
Pokja selanjutnya di bidang ekonomi. Pokja ini cakupannya pun sangat luas. Salah satu yang ada dalam ide gubernur, bagaimana air Aren (Tuak Manis) bisa dikemas, menjadi salah satu oleh-oleh khas Lombok. Aryadi mengatakan Lombok menjadi daerah penghasil Air Aren sangat besar. Selama ini, belum tersentuh dalam sebuah kemasan yang bisa lebih awet.
"Ini kalau diinovasikan bisa menghasilkan ekonomi yang tidak hanya menyentuh ke atas. Melainkan sampai hilir pelaku UMKM," jelasnya.
"Ini menjadi salah satu atensi penting kami," sambungnya.
Selan itu, pihaknya juga akan memanfaatkan randis mangkrak yang ada di semua OPD. Randis tersebut bisa dikonversikan menjadi kendaraan listrik. Aryadi melihat, selama ini randis yang sudah rusak itu dibiarkan mangkrak bahkan sampai melebur. Oleh karenanya, BRIDA melihat konversi randis menjadi motor listrik salah satu peluang inovasi yang bisa dilakukannya. Nantinya randis listrik tersebut bisa mendukung aktivitas wisatawan di setiap obyek wisata.
"Misalnya di Gili Tramena. Hanya kendaraan listrik yang bisa dimanfaatkan disana," jelasnya.
"Kerjasama dengan lembaga peneilitian, perusahaan maupun UMKM bisa diajak berkerjasama," sambungnya.
Terakhir Pokja Inovasi hilirisasi dan kemitraan. Pokja ini tugasnya menindaklanjuti hasil riset maupaun inovasi yang ada. Jika satu produk selesai diriset. Memungkinkan bisa diproduksi massal maka itu menjadi tugas dari Pokja terakhir itu.
"Kalau sudah ada hasil risetnya kita buat legalitasnyai dan memprooduksinya. Kita siapkan kembagaan dengan kemitraannya. Kita lepas ke masyarakat supaya ada hasil riset itu bisa dinikmati masyarakat," teranya.
Aryadi mengatakan pemanfaatan teknologi yang dihasilkan harus bisa menyentuh kebutuhan masyarakat. Langkah tersebut sebagai bentuk kehadiran pemerintah kepada masyarakat.
Aryadi menegaskan, BRIDA terbuka lebar menjalin kemitraan dengan semua pihak.
"Kita welcome dengan semua pihak yang ingin mengembangkan riset dan inovai di daerah," tegasnya.
Awal-awal masuk kerja, Aryadi tengah fokus menyelesaikan Rencana Strategis (renstra), menyesuaikan dengan RPJMD yang ada. Rensta yang dimaksudkannya itu penyusunan Road Map pengembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi di daerah. Fokusnya yang berorientasi pada riset dan inovasi. Riset maupun inovasi tersebut tentunya menyesuaikan dengan potensi daerah. (F3)
Ket. Foto:
Kepala BRIDA NTB I Gde Putu Ariadi (tengah ujung) memimpin rapat pembahasan Rencana Induk dan Peta Jalan Pemajuan Iptek Daerah (RIPJ-PID). (Ist)
Bagikan ini:
Info Lainnya

HarianNusa, Mataram – Tiga Jamaah Calon Haji (JCH) NTB dinyatakan wafat, sementara lima lainnya gagal berangkat karena kondisi kesehatan yang tak memungkinkan.
Ketua Tim Kesehatan Embarkasi Lombok, dr. Ferry Wardana, menyampaikan bahwa dua jamaah meninggal dunia sebelum sempat menginjakkan kaki di Tanah Suci. Keduanya adalah Siti Maryam dan Safiin Mustofa, yang mengembuskan napas terakhir di RSUD Provinsi NTB, di Mataram.
“Satu Jamaah lainnya atas nama Fadilah Sulaiman, meninggal dunia di Arab Saudi karena mengidap tuberkulosis (TB),” ujar Ferry, Jumat malam (16/5/2025) dalam sesi konferensi pers di MCH Embarkasi Lombok.
Tak hanya yang wafat, Ferry juga menyampaikan bahwa lima jamaah lainnya dinyatakan gagal berangkat tahun ini karena sakit berat.
Mereka adalah:
HJB dan IS asal Kabupaten Bima, menderita TBC.
HF, asal Lombok Barat, diketahui hamil muda.
MN, dari Sumbawa, mengalami infeksi paru-paru.
JUM, warga Kota Mataram, mengalami serangan jantung.
"Semua dipastikan tidak bisa melanjutkan perjalanan karena membahayakan kondisi mereka sendiri," jelas Ferry.
Dari total4.547 Jamaah asal NTB, sebanyak 4.299 Jamaah telah tiba di Arab Saudi dalam 11 kloter sejak 1 hingga 15 Mei 2025. Kloter ke-12 atau terakhir diberangkatkan dini hari ini, Sabtu (17/5).
Sebelum diberangkatkan, ratusan jamaah menjalani pemeriksaan kesehatan. Tercatat, 409 Jamaah diperiksa di poli Embarkasi, 12 dirujuk ke RSUD, dan 4 lainnya ke RSJ.
Sebagian besar keluhan datang dari jamaah yang menempuh perjalanan jauh, terutama dari Pulau Sumbawa. Mereka mengalami mual, gangguan pencernaan, hipertensi, demensia, dan penyakit kronis lainnya.
Meninggalnya dan gagalnya beberapa jamaah menjadi peringatan bagi seluruh calon haji untuk benar-benar mempersiapkan fisik dan mental sebelum berangkat ke Tanah Suci. (F3)
Ket. Foto:
Jamaah Calon Haji KLoter 12 saat dilepas dari Embarkasi Lombok menuju Bandara Zainudin Abdul Majid. (HarianNusa)
Bagikan ini:
Info Lainnya



BBPOM Mataram Gelar Pelatihan Kader Keamanan Pangan

Penataan Parkir untuk Tingkatkan PAD Wabup UNA: Tidak Boleh Ada “Raja-raja Kecil”

Lombok Barat Masuk Daftar Kabupaten Paling Maju, Wabup Hj. Nurul Adha Apresiasi OPD dan Dorong Inovasi
Populer
- Headline7 tahun ago
Potensi Tsunami di Asia, NTB Diperingati Waspada
- NTB6 tahun ago
Ini Cara Mitigasi saat Gempa Bumi
- Headline7 tahun ago
Misteri Telapak Tangan yang Gegerkan Warga Lombok Terpecahkan
- Headline8 tahun ago
Mengenang 40 Tahun Bencana Tsunami di Lombok dan Sumbawa
- Headline8 tahun ago
Ssttt… Ini Lokasi Razia Zebra di Pulau Lombok Selama Dua Pekan
- Hukum & Kriminal7 tahun ago
Tak Terima Diputusin, Pria di Lotim Sebar Foto Bugil Kekasihnya
- NTB6 tahun ago
Ahli Geologi AS Peringatkan Bahaya Gempa di Selatan Lombok
- NTB6 tahun ago
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Dingin di Lombok