Connect with us

Internasional

Covid-19 Sebabkan 6,9 juta Kematian di Seluruh Dunia

Published

on

HarianNusa.com, Seattle – Di seluruh dunia, Covid-19 telah menyebabkan sekitar 6,9 juta kematian, dua kali lipat lebih besar dari angka-angka resmi yang diterbitkan pemerintah. Hal ini dimuat dalam sebuah analisis terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), lembaga yang berada dalam naungan Fakultas Kedokteran University of Washington.

Menurut IHME, jumlah kematian Covid-19 sangat jauh di bawah angka-angka resmi di hampir setiap negara. Analisis terbaru ini menunjukkan, hingga kini, Amerika Serikat (AS) memiliki kasus kematian Covid-19 yang lebih banyak ketimbang negara mana pun, yakni mencapai lebih dari 905.000 jiwa. Berdasarkan wilayah, Amerika Latin dan Karibia, Eropa Tengah, Eropa Timur, serta Asia Tengah memiliki jumlah kematian terbanyak. Angka-angka kematian ini hanya mencakup kasus kematian yang secara langsung disebabkan virus SARS-CoV-2, bukan kasus kematian akibat kendala yang ditimbulkan pandemi terhadap sistem layanan kesehatan dan masyarakat.

“Di tengah dampak pandemi Covid-19 yang begitu mengerikan, analisis ini mengungkap bahwa jumlah korban jiwa sebenarnya ternyata jauh lebih besar,” jelas Dr. Chris Murray, Direktur IHME.

“Dengan memahami angka kematian akibat Covid-19 yang sebenarnya, kita tak hanya menyadari besarnya krisis global tersebut, namun juga memperoleh informasi berharga sehingga para pengambil keputusan dapat menyusun respons dan rencana pemulihan.”

Advertisement

20 negara dengan angka kematian Covid-19 terbanyak, Maret 2020-Mei 2021

Banyak kasus kematian akibat Covid-19 yang tidak tercatat, sebab berbagai negara hanya melaporkan kasus kematian yang terjadi di rumah sakit atau kematian pasien rawat inap dengan infeksi yang telah terkonfirmasi. Di banyak negara, sistem pelaporan kesehatan yang buruk, dan akses terbatas terhadap layanan kesehatan memperburuk permasalahan tersebut.

Menurut analisis IHME, jumlah kasus kematian yang tak tercatat, paling banyak dialami negara-negara yang mendapat imbas pandemi terparah hingga saat ini. Namun, beberapa negara dengan kasus epidemi yang lebih kecil turut mengalami lonjakan angka kematian, jika kita menghitung angka kematian yang tidak tercatat secara resmi. Analisis ini menunjukkan, negara-negara tersebut menghadapi risiko yang lebih besar dari epidemi yang ternyata lebih luas dari perkiraan sebelumnya. 

“Banyak negara telah bekerja keras untuk mencatat angka kematian resmi akibat pandemi. Meski demikian, menurut analisis kami, negara-negara ini kesulitan untuk melacak kasus penyebaran baru yang berkembang pesat,” ujar Murray.

“Kami berharap, analisis terbaru ini akan mendorong kalangan pemerintah untuk mengidentifikasi dan mengatasi sejumlah kesenjangan yang terjadi dalam pelaporan angka kematian Covid-19. Dengan demikian, mereka bisa mengalokasikan sumber daya penanganan pandemi secara lebih akurat”, tambahnya.

Ke depan, pemodelan Covid-19 yang dibuat IHME, memperkirakan arah pandemi dalam beberapa bulan mendatang, akan menggunakan estimasi tentang angka kematian Covid-19 tersebut. Pemodelan IHME diperbarui setiap minggu dan bisa diakses di covid19.healthdata.org.

Advertisement

Metodologi Estimasi ini dibuat berdasarkan metodologi yang telah lama digunakan IHME untuk mengukur berbagai beban yang ditimbulkan penyakit pada skala global.

Sejak 1990, kajian “Global Burden of Disease” telah mengukur kerugian total yang dialami manusia akibat penyakit. IHME memprediksi angka kematian Covid-19 dengan merujuk pada kasus-kasus kematian yang diperkirakan terjadi akibat semua penyebab kematian menurut tren prapandemi. Angka hasil perkiraan ini kemudian dibandingkan dengan angka aktual untuk seluruh penyebab kematian pada masa pandemi.

Angka “surplus mortalitas” (excess mortality) lalu disesuaikan IHME untuk menghapus kasus kematian yang secara tidak langsung berkaitan dengan pandemi (misalnya, akibat sikap orang yang bukan penderita Covid-19 dalam menghindari layanan kesehatan), serta kasus kematian yang menurun akibat pandemi (misalnya, berkurangnya kasus kematian akibat kecelakaan lalu lintas sebab mobilitas yang menurun).

Estimasi yang telah disesuaikan ini hanya mencakup angka kematian yang secara langsung disebabkan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Rincian tentang metodologi ini tersedia pada situs IHME.

Tentang Institute for Health Metrics and Evaluation

Advertisement

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) ialah lembaga kesehatan global yang bersifat independen dan berada dalam naungan Fakultas Kedokteran University of Washington. IHME menyediakan pengukuran yang cermat dan dapat diperbandingkan tentang berbagai masalah kesehatan yang paling mendesak di dunia. IHME lalu mengevaluasi strategi penanganannya. Lebih lagi, IHME berkomitmen terhadap transparansi dan menyediakan informasi tersebut secara luas. Dengan demikian, pembuat kebijakan mampu mengambil keputusan berdasarkan data ketika mengalokasikan sumber daya guna meningkatkan kesehatan penduduk.

Headline

Semangka untuk Palestina: Simbol Solidaritas di Media Sosial

Published

on

By

sliced watermelon on plate

HarianNusa – Semangka menjadi buah yang populer di media sosial belakangan ini. Bukan karena rasanya yang manis dan menyegarkan, tapi karena makna simbolisnya bagi perjuangan rakyat Palestina. Bagaimana bisa?

Semangka adalah buah yang banyak ditemukan di Palestina. Warna merahnya melambangkan darah para syuhada yang gugur dalam mempertahankan tanah airnya dari penjajahan Israel. Warna hijaunya melambangkan harapan dan kehidupan yang terus bersemi di tengah keterpurukan.

Banyak netizen Indonesia yang mengunggah gambar semangka di media sosial mereka sebagai bentuk solidaritas dan dukungan kepada Palestina. Gambar semangka juga disertai dengan tagar #SavePalestine, #FreePalestine, atau #BoikotIsrael dan #IndonesiaBelaPalestina.

Aksi ini mendapat respons positif dari banyak pihak, termasuk dari Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun. Ia mengapresiasi kreativitas dan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap Palestina.

Advertisement

“Kami sangat berterima kasih kepada saudara-saudara kami di Indonesia yang selalu berdiri bersama kami dalam menghadapi penjajahan Israel. Gambar semangka adalah salah satu cara untuk mengekspresikan solidaritas dan simpati kepada Palestina,” kata Al-Shun dalam keterangan tertulisnya.

Namun, ada juga yang mengkritik aksi ini sebagai bentuk slacktivism atau aktivisme tanpa tindakan nyata. Mereka menilai bahwa mengunggah gambar semangka tidak akan membantu Palestina secara langsung. Mereka menyarankan agar netizen lebih aktif dalam melakukan aksi nyata, seperti menyumbang dana, mengirim bantuan kemanusiaan, atau melakukan boikot produk Israel.

Continue Reading

Internasional

Indonesia Tawarkan Konsep Resiliensi Berkelanjutan pada GPDRR 2022

Published

on

By

HarianNusa, Jakarta – Indonesia merupakan negara rawan bencana dimana tantangan kebencanaan dapat terjadi setiap saat. Untuk itu, masyarakat dan pemerintah Indonesia harus siaga dan sigap menghadapi bencana, membangun sistem peringatan dini multi-bencana, serta mewujudkan masyarakat yang sadar dan tangguh terhadap bencana.

Presiden Joko Widodo menghadiri upacara pembukaan The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022, yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, pada Rabu, 25 Mei 2022. Pada kesempatan ini, Presiden Joko Widodo menawarkan kepada dunia, Konsep Resiliensi Berkelanjutan.

“Konsep Resiliensi Berkelanjutan sebagai solusi untuk menjawab tantangan risiko sistemik menghadapi semua bentuk bencana, termasuk menghadapi pandemi dan sekaligus mendukung implementasi pembangunan berkelanjutan,” ujar Presiden.

Dalam konsep tersebut, menurut Presiden, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif dan adaptif terhadap bencana. Selain itu, pendidikan aman bencana, serta kelembagaan pemerintahan dan sosial yang sinergis dan tanggap terhadap bencana juga harus menjadi prioritas bersama.

Advertisement

Kedua, Presiden melanjutkan, bahwa setiap negara juga harus berinvestasi dalam sains, teknologi dan inovasi, termasuk dalam menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi. Menurut Presiden, akses pendanaan merupakan isu penting yang harus ditangani secara serius.

“Indonesia menyusun strategi pendanaan dan asuransi bencana, dengan membentuk dana bersama atau pooling fund, serta penggunaan dana pembangunan di tingkat desa, melalui Dana Desa, untuk mendukung upaya mitigasi dan kesiap-siagaan,” ungkapnya.

Ketiga, Presiden menekankan pentingnya membangun infrastruktur yang tangguh terhadap bencana dan tangguh terhadap perubahan iklim. Selain mitigasi infrastruktur fisik, infrastruktur hijau dan perlindungan terhadap masyarakat kelompok rentan yang bertempat tinggal di wilayah berisiko tinggi juga harus mendapatkan perhatian serius serta menjadi bagian dari prioritas pembangunan infrastruktur.

Terakhir, Presiden mengajak seluruh negara untuk berkomitmen mengimplementasikan kesepakatan global di tingkat nasional sampai tingkat lokal. Mulai dari Kerangka Kerja Sendai, Kesepakatan Paris, dan SDGs yang merupakan persetujuan internasional yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim.

“Saya mengajak seluruh negara untuk berkomitmen dan bersungguh-sungguh untuk mengimplementasikannya,” tandas Presiden.

Advertisement

Continue Reading

Internasional

Pfizer Lakukan Penelitian Vaksin Untuk Menangkal Virus Corona, Ini Hasilnya

Published

on

By

HarianNusa.com, – Uji klinis terhadap vaksin Corona terus dilakukan oleh beberapa perusahaan farmasi terkemuka di dunia. Bahkan vaksin Pfizer yang dibuat oleh perusahaan Pfizer dan bekerja sama dengan BioNtech Jerman sudah melakukan uji klinis fase ketiga. Bahkan informasi yang beredar jika vaksin tersebut akan diluncurkan pada akhir bulan Oktober 2020. Namun, sebelum diluncurkan masyarakat banyak yang mendesak untuk mengungkap hasil laporannya di hadapan publik. 

Hasil Penelitian Vaksin Pfizer untuk Menangkal Virus Corona 

Setelah didesak masyarakat untuk mengungkapkan hasil penelitian di hadapan publik, pihak Pfizer kemudian memberikan respons. Pfizer mengungkapkan detail atau rincian mengenai bagaimana peserta uji klinis vaksin bisa dipilih dan juga dipantau. Dimana syarat uji klinis vaksin corona bisa dihentikan lebih awal apabila ditemukan ada masalah. Serta bukti yang digunakan oleh peneliti dalam menentukan apakah orang yang mendapatkan vaksin terlindungi dari virus Covid-19. 

Detail atau rincian tersebut biasanya diungkapkan oleh perusahaan apabila penelitian yang dilakukan sudah selesai. Namun, pemberian informasi lebih awal kepada publik bertujuan untuk mengatasi kecurigaan masyarakat Amerika Serikat. Terlebih Presiden Trump mendesak untuk menghasilkan vaksin Corona sebelum pemilihan yang dilakukan pada tanggal 3 November. Kondisi ini ditakutkan bisa menghasilkan produk yang tidak aman. 

Pada uji klinis fase ketiga atau tahap terakhir, pihak Pfizer melibatkan 44.000 peserta. Jumlah tersebut jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan Moderna yang hanya melibatkan 30.000 peserta. Diharapkan uji klinis fase ketiga ini menghasilkan kabar yang menggembirakan. Terlebih pihak Pfizer tidak mengatakan estimasi waktu kapan vaksin Pfizer tersedia.

Advertisement

Albert Boula mengatakan jika pihaknya berharap akan memperoleh jawaban paling cepat di bulan Oktober. Apabila setelah uji klinis fase ketiga yang dilakukan terbukti berhasil maka Pfizer akan segera meminta persetujuan regulasi. 

Protokol uji klinis Pfizer juga memberikan detail kepada perusahaan, ilmuwan dan regulator mengenai bagaimana pembuat obat bisa menunjukkan bahwa vaksin yang dibuat memenuhi standar keefektifan dan keamanan sesuai dengan yang ditetapkan oleh U.S. Food and Drug Administration (DFDA). 

Protokol tersebut kemudian diserahkan kepada FDA supaya ditinjau dan diawasi oleh panel ahli independen yang dikenal sebagai Dewan Pemantau Data dan Keamanan. Dengan protokol ini, menghasilkan penilaian pertama terhadap kinerja dari vaksin Pfizer oleh dewan pemantau. 

Sudah ada lebih dari 29.000 peserta yang mendaftar dalam uji klinis vaksin ini yang telah dimulai sejak bulan Juli yang lalu. Beberapa peserta uji klinis menerima vaksin dan sebagian lainnya menerima vaksin palsu atau plasebo. 

Sebelum vaksin ini bisa digunakan untuk mencegah virus corona, FDA mengatakan jika vaksin virus Corona harus terbukti paling tidak 50% lebih efektif daripada plaebo. Hal ini dilakukan supaya uji klinis fase ketiga yang dilakukan dalam skala besar bisa menjadi pertimbangan untuk segera disetujui. Namun, menurut para peneliti jika sampel infeksi jumlahnya lebih sedikit saat melakukan uji klinis maka bisa mengubah perhitungan bagaimana standar tersebut bisa dipenuhi.

Menurut protokol, setidaknya 76,9% efektif untuk membuktikan kinerjanya berdasarkan 32 yang telah diujicoba untuk terinfeksi. Hal ini mengartikan bahwa tidak boleh ada lebih dari enam kasus infeksi virus corona yang terjadi diantara orang-orang yang menerima vaksin tersebut. Jika vaksin tidak memenuhi target keefektifan 76,9% pada analisis pertama, berarti vaksin akan menghadapi ambang batas signifikasi statistik yang lebih ketak selama penilaian sementara selanjutnya. Sekarang informasi mengenai kesehatan dan konsultasi dengan dokter bisa dilakukan dengan mudah serta bisa dilakukan kapan saja. Jika Anda tertarik maka direkomendasikan untuk download dan instal aplikasi Halodoc. Aplikasi ini bisa memberikan banyak pengetahuan mengenai dunia kesehatan. 

Advertisement

Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!