Hariannusa, Lombok Utara – Kekeringan yang melanda wilayah Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2023 ini kian meluas. Beberapa kawasan yang sejatinya tidak pernah kekurangan air bersih, tetapi tahun ini malah meminta pasokan air.
Beberapa diantaranya Dusun Koloh Tanjung dan Dusun Tanak Ampar Desa Pemenang Timur. Kemudian Dusun Teluk Nara Desa Malaka. Selanjutnya Dusun Bentek, Dusun Lebah Sari, Dusun Menggala Barat, Desa Menggala.
Kondisi tersebut menjadi perhatian dari KOSLATA, terutama dua desa yang ada di Kecamatan Bayan, yakni Desa Akar-akar dan Desa Mumbul Sari yang menjadi desa dampingan program Aksi Antisipasi Kekeringan di Lombok Utara.
Direktur KOSLATA, Sulistyono mengatakan, kekeringan tahun ini memang cukup panjang. Dimulai dari Juli hingga Desember 2023 ini. Jumlah Dusun yang mengalami kekeringan tahun ini meningkat dari yang sebelumnya 38 dusun menjadi 48 dusun. Itu tersebar di semua kecamatan yang ada di Lombok Utara.
"Saat ini meskipun sudah hujan tetapi sebagian wilayah di KLU terutama Kayangan dan Bayan masih mengalami kekeringan," ujarnya pada Rabu, 13 Desember 2023 saat ditemui di kegiatan Workshop Mengidentifikasi Kesenjangan dan Peluang Perbaikan Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana di Kabupaten Lombok Utara yang digelar oleh KOSLATA atas dukungan dari Save the Children Indonesia.
Kondisi ini jelas Sulistyono, terus dialami di setiap tahunnya. Mestinya, kata dia, ada upaya khusus dari pemerintah daerah Lombok Utara untuk menyelesaikan persoalan ini agar kekeringan tidak dijumpai lagi di tahun depan.
"Sebelum terjadi bencana upaya pengurangan risiko dan ancaman itu harus dilakukan. Selama ini yang difokuskan adalah pada saat tanggap darurat saja. Padahal upaya sebelum terjadi bencana itu lebih penting untuk mengurangi risiko," bebernya.
Misalnya kata dia, jika kekeringan tahun ini karena sumber air yang bermasalah maka itu harus dibenahi. Kemudian jika soal pipa yang kurang kurang maka itu harus diperbaiki atau diganti.
" Selain itu mungkin manajemen airnya yang boros, maka bagaimana tata kelolanya itu dibenahi. Setiap daerah itu punya permasalahan yang berbeda di masalah air. Makanya perlu dikaji dulu baru kemudian diatasi agar tidak dialami lagi pada tahun berikutnya," ungkapnya.
Ketua Divisi Advokasi KOSLATA, Ahmad Junaidi mengatakan, penanganan kekeringan memang tetap dilakukan, baik itu oleh BPBD, PMI, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan OPD atau lembaga yang lainnya dengan mendistribusikan air bersih ke titik-titik terjadinya bencana kekeringan.
Hanya saja, kata Ahmad Junaidi, upaya-upaya yang harus dilakukan sebelum terjadinya bencana ini yang belum terlihat di level kebijakan daerah maupun di tingkat desa.
"Sampai saat ini belum ada rencana kontijensinya, sehingga ketika terjadi kekeringan ini apa aksi antisipasi yang harus dilakukan. Dengan begitu, maka kekeringan tidak terjadi sampai berbulan-bulan," ucapnya.***
Keterangan foto:
1. KOSLATA memberikan bantuan tandon air dan alat kebersihan ke sekolah yang terdampak bencana kekeringan di KLU.
2. Workshop Mengidentifikasi Kesenjangan dan Peluang Perbaikan Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana di KLU.