HarianNusa, Lombok Tengah – Dalam 17 program strategis yang diusung oleh pasangan calon Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalillah dan wakilnya Musyafirin (Rohmi-Firin), salah satu program yang menjadi sorotan para pakar pariwisata adalah konsep Pariwisata Halal. Program ini menuai kritik tajam, salah satunya dari Direktur Poltekpar Lombok, Cak Alie Moehtasom, yang mempertanyakan relevansi dan efektivitas konsep tersebut.
Cak Alie menyebutkan bahwa pemahaman mengenai Pariwisata Halal bersifat bias dan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar pariwisata yang semakin kompleks dan beragam. Menurutnya, konsep ini justru membatasi jangkauan destinasi wisata dan hanya relevan bagi segmen pasar Muslim.
“Yang pertama, kita belum sepakat dengan konsep tersebut. Seharusnya pendekatannya bukan lagi Halal Tourism, tapi Ramah Muslim. Halal Tourism berbicara soal pasar, dan kita tidak bisa membatasi pasar hanya untuk segmen tertentu,” ujar Cak Alie tegas.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penguatan konsep Pariwisata Halal hanya akan menghambat perkembangan sektor pariwisata NTB secara keseluruhan, kecuali jika fokus utamanya hanya pada komunitas Muslim. Oleh karena itu, ia menyarankan agar pendekatan yang diambil lebih inklusif dan bisa diterima oleh pasar global.
“Jika Halal Tourism dikokohkan, tidak ada destinasi pariwisata yang bisa diunggulkan kecuali hanya untuk market Muslim,” tambahnya.
Cak Alie menekankan bahwa konsep Ramah Muslim jauh lebih relevan dalam konteks pariwisata global yang semakin terbuka dan inklusif bagi berbagai segmen pasar. Ia berharap pasangan Rohmi-Firin dapat mempertimbangkan pendekatan ini agar NTB tetap kompetitif sebagai destinasi wisata internasional.