HarianNusa, Mataram – Hujan lebat yang sering terjadi akhir-akhir ini mengakibatkan rusaknya tanaman cabai petani. Hal ini berimbas pada menipisnya pasokan ke pasaran sehingga berdampak pada meroketnya harga komoditas cabai di masyarakat.
Sekretaris Komisi II DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat Khaerul Warisin, Jumat, pada Jumat, (10/06) mengatakan, petani di NTB ini cukup banyak yang menaman cabai, tapi karena iklim yang esktrem dan hujan yang terus menerus menyebabkan tanaman cabe menjadi rusak.
“Tanaman cabai juga terserang penyakit virus. Bagaimana harga cabai menjadi mahal karena cabai-cabai kita yang ada ini kena hujan semua sehingga rusak dan tidak bisa berproduksi dengan baik. Banyak yang rusak,” ujarnya.
Ia menegaskan, virus yang menyerang tanaman cabai petani berkembang dengan cepat karena hujan yang mengguyur tanaman petani. Sehingga para petani tidak bisa berbuat banyak.
“Sebenarnya kalau cuacanya bagus virus itu tidak akan bisa berkembang dan bakteri itu tidak bisa jalan. Itu yang membuat harga cabai mahal, produksi hancur, tanaman rusak dan pasokan dari jawa juga tidak ada atau kurang maka harga pun naik,” papar Politisi Gerindra ini.
Khairul Warisin menambahkan, para petani sudah terbiasa menaman cabai pada musim ini dan mengetahui jika harga cabai itu terjadi kenaikan pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret.
“Tetapi kondisi sekarang, hujan menghantam tanaman cabai petani, datang penyakit virus dan bakteri serta suplay dari jawa tidak ada karena cabai dari jawa juga mengalami kerusakan,” tandasnya.
Menurutnya, pemanfaatan pekarangan untuk menanam tanaman cabai merupakan alternatif yang sangat tepat dalam mendukung pemenuhan kebutuhan cabai. Untuk itulah pihaknya mengharapkan agar masyarakat melakukan penanaman cabai dipekarangan dengan menggunakan pot ataupun memanfaatkan limbah-limbah plastik sebagai obyek tanam.
“Dengan pola pemanfaatan pekarangan ini maka kebutuhan cabai akan terpenuhi. Itulah ketahanan pangan. Sehingga pemerintah kita minta untuk membagi-bagikan bibit cabai kepada masyarakat,” pungkasnya.

Sementara, salah seorang IRT Ibu Ilham mengaku dengan memanfaatkan pekarangan untuk menanam cabai ataupun sayur mayur lainnya dirinya sangat terbantu ditengah naiknya harga cabai dan kebutuhan lainnya.
“Alhamdulillah, menanam cabai dan sayuran di rumah bisa mengurangi beban kebutuhan dapur,” ungkapnya.
Untuk diketahui pada minggu-minggu ini harga komoditas cabai rawit di pasaran sudah mencapai Rp100. 000,- per kilogram. (f3)

