HarianNusa, Mataram – Tim Jum’at Salam Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTB mengunjungi Kantor Lurah Ampenan Tengah, Kota Mataram, Jum’at, (19/01/2024). Kedatangan mereka disambut hangat oleh Lurah Ampenan Tengah, Budiawan, S.Pd.
Priyo Sucahyo, SKM., selaku ketua Tim Jum’at Salam Bappeda NTB mengungkapkan, bahwa kedatangannya ke Kelurahan Ampenan Tengah ini merupakan kunjungan ke 10 dalam program Jum’at Salam (Jumpai Masyarakat Selesaikan Aneka Persoalan Masyarakat). Kegiatan yang diinisiasi oleh Penjabat Gubernur NTB Drs. H. Lalu Gita Aryadi, M.Si., ini bertujuan untuk menggali potensi maupun masalah di tingkat akar rumput dengan berkeliling ke desa/kelurahan di NTB setiap hari Jumat.
“Mungkin ada masalah yang bisa kita cari solusinya langsung dalam diskusi ini, namun jika tidak, akan menjadi catatan yang kami bawa ke pimpinan dan secara berjenjang akan sampai ke PJ Gubernur,” ujar Priyo Sucahyo.
Mendengar maksud kedatangan Tim Jum’at Salam Bappeda NTB, Lurah Ampenan Tengah langsung menyampaikan beberapa persoalan di Kelurahannya, mulai dari masih adanya banjir, kemiskinan ekstrem, stunting, DBD, pernikahan anak. Menurutnya masalah terbesar yang dihadapi Ampenan Tengah sejak lama dan hingga saat ini adalah sampah. Menjadi muara, Kali Jangkok selalu menjadi tempat menumpuknya kiriman sampah yang datang.

“Terakhir di Oktober tahun 2023 kemarin, Bank NTB Syariah, Komunitas Masyarakat Peduli Sungai dan Komunitas Melayu Peduli Lombok, melakukan aksi bersih sungai. Berhasil mengangkat sampah 10 ton,” tuturnya.
Ia juga menuturkan bahwa masyarakat Ampenan Tengah masih memegang kuat nilai gotong royong, satu begawe semua ikut. Budiawan juga menceritakan peran Ampenan Selatan dalam menyelesaikan sampah yang berhasil diangkut dalam aksi bersih sungai kemarin.
“Berhubung kami belum ada bank sampah, sampah yang didapatkan kami distribusi ke bank sampah di Ampenan Selatan, kami disini selalu bersama,” ujarnya.
Budiawan menyayangkan, untuk kegiatan pengelolaan sampah sehari-hari, alat angkut roda tiga yang saat ini dikelola Kelurahan Ampenan Tengah sudah berusia hampir 10 tahun. “Sampai saat ini belum tergantikan,” imbuhnya.

Lebih lanjut disampaikan bahwa di tengah situasi tersebut, Kelurahan Ampenan Tengah di bawah komando Camat Ampenan terus menggali potensi wisata sejarah dan budaya yang dimilikinya. Ingin mengembalikan marwah Ampenan sebagai Kota Tua, aparatur kelurahan bersama kecamatan merangkul karang taruna dan pokdarwis. Dimulai dengan mengaktifkan berbagai kegiatan di Taman Jangkar sebagai titik awal memasuki Kota Tua Ampenan. Menampilkan berbagai macam atraksi budaya dan kesenian di setiap malam Sabtu dan malam Minggu hingga jam 12 malam, aktifitas ini tidak hanya menjadi panggung seni namun juga menambah penghasilan berbagai UMKM lokal.
Tidak hanya itu, paket wisata heritage juga mulai dikembangkan. Bekerjasama dengan Lombok Heritage Society, wisatawan akan diajak napak tilas sejarah dari setiap bangunan, pelabuhan, gereja lama, nostalgia Kampung Melayu, jembatan lama, makam tuan guru, Benteng Malomba, bahkan kuliner legendaris.
“Disini pernah singgah Alfred Russel Wallace selama satu minggu, seorang naturalis sekaligus penjelajah, geografer, antropolog, biolog, dan illustrator. Kisah-kisah ini yang akan membuat wisatawan tertarik dan penasaran untuk mencari tahu. Juga ada Toko Roti Djit Sin yang berdiri sejak era Belanda, bahkan saat ini masih berproduksi dengan resep yang sama secara turun-temurun,” tambah Muzakkir Walad, Camat Ampenan.
Merupakan bandar laut yang menghubungkan kota-kota besar dunia di bumi bagian selatan sejak berabad silam, Ampenan menjadi saksi sejarah banyak peristiwa bahari dan niaga Indonesia bagian Timur. Oleh karena itu ditengah kuatnya komitmen untuk menghidupkan kembali wisata heritage ini, Pemerintah baik dari tingkat kelurahan hingga keatas perlu menseriusi bagaimana mengelola sampah yang hingga saat ini masih menjadi momok. Karena berjalannya sektor pariwisata tidak bisa lepas, salah satunya dari jaminan kebersihan. (HN/*)