HarianNusa.com, Nasional – Puting beliung menerjang Desa Tambakrejo, Desa Tambak Sumur dan Desa Tambak Sawah, Kecamatan Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pada Rabu (22/11).
Data sementara 754 unit rumah mengalami kerusakan. Rincian rumah yang rusak yakni, Desa Tambakrejo sebanyak 576 rumah, Desa Tambak Sawah 50 rumah dan Tambak Sumur 128 rumah. Sedangkan warga yang rumahnya roboh dan rusak mengungsi di sekolah MI Darul Ulum Tambak Rejo.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sebanyak 46 orang mengalami luka ringan akibat putting beliung.
“Sebanyak 36 orang luka ringan dan telah kembali ke rumahnya. Pada Rabu malam terdapat 100 jiwa mengungsi di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum. Namun pada siang sebagian kembali ke rumahnya untuk membersihkan rumahnya,” ujarnya Sabtu, (25/11).
Sebagian besar kerusakan berupa atap rumah yang roboh. Sekitar 350 personil dari BPBD Sidoarjo, BPBD Jawa Timur, TNI, Polri, Satpol PP, Linmas dan relawan membantu masyarakat yang menderita akibat puting beliung.
Atap rumah yang rusak untuk sementara ditutup terpal. BPBD Jawa Timur telah mendistribusikan 500 lembar terpal, 100 lembar selimut, 150 unit sandang dan family kid. Makanan siap saji telah dibagikan kepada korban.
Pemda Sidoarjo berjanji akan memberikan bantuan perbaikan kerusakan rumah masyarakat yang terdampak. Sesuai Perda bantuan untuk rumah rusak ringan maksimum Rp 5 juta, rusak sedang maksimum Rp 10 juta, rusak berat maksimum Rp 20 juta dan rusak total maksimum Rp 30 juta. Saat ini masih dilakukan pendataan.
Kejadian puting beliung terus meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Selama tahun 2017 telah terjadi 624 kejadian puting beliung yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia, 166 orang luka-luka, 13.692 orang menderita dan mengungsi, 12.607 rumah rusak dan ratusan bangunan publik rusak.
“Daerah rawan bencana puting beliung juga makin meluas. Daerah-daerah perkotaan makin sering terjadi puting beliung,” ungkapnya.
Menurut Sutopo, adanya perubahan penggunaan lahan dari hutan atau daerah yang banyak vegetasi berubah menjadi daerah permukiman dan perkotaan menyebabkan temperatur permukaan tanah cepat naik.
“Efek Pulau Bahang (heat island effect) yang terjadi di kawasan perkotaan menyebabkan beda suhu antara permukaan tanah dan atmosfer cukup tinggi sehingga menimbulkan perbedaan tekanan udara sehingga timbul angin kencang atau puting beliung saat cuaca mendung,” tuturnya.
Kemampuan iptek saat ini belum mampu memprediksi puting beliung secara pasti. Skalanya mikro. Hanya terjadi pada daerah sekitar 10 kilometer persegi dengan waktu kejadian berlangsung antara 5-10 menit. Kecepatan angin puting beliung berkisar 60-80 km/jam.
Masyarakat diimbau untuk selalu waspada jika kondisi mendung atau awan-awan tebal kehitaman di angkasa. Jangan melakukan aktivitas di bawah pohon, papan reklame besar atau berada di bangunan yang kurang kuat konstruksinya. Jangan parkir di bawah pohon-pohon besar.
“Tanda-tanda awal puting beliung saat akan hujan, timbul angin terasa dingin yang makin lama makin kencang kemudian diiikuti hujan deras,” tutupnya. (sat)