Selasa, Maret 19, 2024
BerandaNasionalKementerian PUPR Bahas Strategi dan Inovasi Bendungan untuk Wujudkan Ketahanan Pangan

Kementerian PUPR Bahas Strategi dan Inovasi Bendungan untuk Wujudkan Ketahanan Pangan

- Advertisement -

JAKARTA, Indonesia, April 29, 2019  — Komite Nasional Indonesia Bendungan Besar (KNI-BB) dan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggelar Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 dengan tema “Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Mencapai Visium 2030” pada 26-28 April 2019. Diikuti oleh lebih dari 600 profesional dan ahli bendungan, seminar ini mempresentasikan 48 makalah sebagai rekomendasi peningkatan sumber daya manusia (SDM) serta inovasi sistem cerdas bendungan untuk ketahanan air yang berkelanjutan di Indonesia.

Pembukaan Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 oleh Menteri Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Basuki Hadimuljono.
Pembukaan Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 oleh Menteri Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Basuki Hadimuljono.

“Selain regenerasi SDM, saat ini Ditjen SDA juga bekerja sama dengan advisor dari Korea Selatan dan Jepang untuk mengasah serta memelihara pengetahuan dan teknologi tentang bendungan. Secara berkala, mereka ikut berkeliling bendungan di Indonesia dan melaporkan masalah bendungan yang ditemui selama kunjungan. Tujuannya, agar masyarakat dapat mempertajam intuisi saat melihat potensi masalah bendungan untuk tindakan antisipasi secepat-cepatnya,” ujar Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia.

Tantangannya, saat ini jumlah bendungan yang ada di Indonesia hanya mampu mengairi 11% lahan pertanian dari total 7,3 juta hektar di seluruh Indonesia. “Target 65 bendungan baru di Indonesia harus terpenuhi agar persentase lahan pertanian yang mendapat jaminan air dari bendungan dapat meningkat hingga 20%. Ini memaksimalkan aktivitas pertanian, karena dengan adanya bendungan, proses menanam bisa berlangsung lebih dari 2x setahun. Sementara tanpa bendungan, hanya 1x saja mengandalkan curah hujan,” tambah Basuki.

Menurut data dari Kementerian PUPR, dari target 65 bendungan, di tahun 2018, sebanyak 14 bendungan telah diselesaikan. Artinya, sampai akhir tahun 2019 akan selesai 29 bendungan dan rencananya akan dimulai pembangunan 10 bendungan baru di tahun 2019.

“Karenanya dibutuhkan peningkatan SDM, inovasi, serta program terencana dengan arah yang jelas. Apalagi, saat ini angka di Indonesia hanya mencapai 50m3 per kapita per tahun, jauh di bawah Thailand yang sudah mencapai 1,200 m3 per kapita per tahun. Sejalan dengan target visium 2030, Indonesia harus memenuhi kapasitas tampung 1,200 m3 per kapita per tahun di tahun 2030,” ujar Hari Suprayogi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR.

Untuk percepatan target, Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 ini juga menyoroti berbagai rekomendasi tentang kualitas,SDM, rehabilitasi bendungan, pengendalian cuaca ekstrem, serta mitigasi bencana alam untuk peningkatan bendungan, yang terangkum dalam 48 makalah peserta. Tak hanya itu, seminar ini juga memaparkan sistem cerdas bendungan dan penerapan inovasi, serta strategi membangun bendungan yang berkelanjutan.

“Salah satunya, bagaimana membangun konsep dan desain bendungan yang dapat berfungsi sesuai umurnya. Misalnya, untuk desain 50 tahun, bisa berfungsi efektif selama 50 tahun. Jadi bukan hanya pembangunannya saja. Karena reservoir bendungan dan danau, kalau didiamkan saja pasti mati,” tambah Basuki.

Untuk memaksimalkan fungsi, saat ini Kementerian PUPR dan KNI-BB sudah mulai menggalakkan sistem waduk cerdas berbasis teknologi. Tujuannya, efisiensi penggunaan air yang disimpan untuk keberlangsungan hidup masyarakat dan ketahanan pangan. Untuk antisipasi cuaca ekstrem dan bencana, Kementerian PUPR dan KNI-BB juga hadirkan inovasi real-time pada kapasitas pengoperasian sistem waduk untuk pengelolaan banjir yang terpadu, demi meminimalkan kerusakan akibat banjir.

Selain penerapan teknologi, untuk mitigasi bencana alam, saat ini Ditjen SDA juga terintegrasi dengan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Tujuannya, saat terjadi resiko bencana atau cuaca buruk, penindaklanjutan bendungan akan berlangsung saat itu juga. Termasuk saat musim kemarau, data jumlah kebutuhan air akan langsung terintegrasi dengan BMKG, sehingga lahan yang mengalami kekeringan akan cepat mendapatkan irigasi dari waduk.

Original Article

SourceNewswire
RELATED ARTICLES
spot_img
Selasa, Maret 19, 2024
- Advertisment -spot_img

Populer Pekan ini

Selasa, Maret 19, 2024
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Banyak Dibaca

- Advertisment -