Opini
Membandingkan Kepemimpinan Jokowi dan Ardern di Masa Pandemi

Selandia Baru telah menyelenggarakan pemilihan umum pada tanggal 17 Oktober 2020. Jacinda Ardern keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara yang luar biasa. Tidak kurang dari 49 persen suara dapat diamankan oleh Partai Buruh sehingga mendapatkan 64 kursi dari 120 kursi parlemen. Perolehan suara yang memungkinkan bagi Partai Buruh untuk menjalankan pemerintahan sendiri.
Dalam pemilihan ini, isu Covid-19 dinilai menjadi isu penting yang menentukan hasil dari pemilihan. Karenanya, kemenangan dari Ardern dipandang tidak lepas dari kepemimpinannya yang diperlihatkan dalam merespons pandemi. Respons Ardern dengan kebijakannya yang agresif pada saat pandemi memasuki Negeri Kiwi itu mengundang banyak pujian dari berbagai negara.
Menurut Worldometer Selandia Baru memiliki 1.957 kasus, 1.857 sudah sembuh, dan hanya 25 kasus kematian. Penambahan kasus harian masih fluktuatif, tapi penambahannya relatif sedikit, bahkan bisa sampai di bawah 10 kasus per hari.1 Maka tak heran jika data terakhir dari Deep Knowledge Group pada tanggal 23 Agustus menempatkan Selandia Baru pada posisi kedua sebagai negara paling aman dari Covid-19.2
Di satu sisi, data yang dipaparkan di atas membuat kita memahami kemenangan Ardern sekaligus memahami ungkapan bahwa mereka yang menyelamatkan hidup banyak orang akan menjadi pemenang di hati para pemilih. Sementara di sisi lain, kemenangan Ardern karena keberhasilannya merespons Covid-19 membuat topik tentang kepemimpinan di masa krisis seperti pandemi sekarang ini menjadi menarik untuk dibahas kembali sebagai pelajaran bagi pemimpin di negara lain. Karena itu, dalam artikel ini penulis akan membandingkan kepemimpinan Jokowi dan Ardern.
Jokowi Versus Ardern
Saat Jokowi terpilih menjadi presiden pada tahun 2014, beberapa bulan setelahnya Majalah Time meluncurkan edisi dengan sampul terisi penuh wajah Jokowi. Di samping fotonya tertulis “A New Hope” diikuti tulisan “Indonesian President Joko Widodo is a Force for Democracy.” berwarna putih dengan dengan font lumayan besar. Saat itu Jokowi dianggap sebagai harapan baru bagi demokrasi Indonesia.
Tahun 2019, beberapa bulan setelah terpilih kembali menjadi presiden, The Straits Times Singapura juga menganugerahi Jokowi sebagai Asian of the Year. Fadjroel Rachman menyebut ini sebagai penghargaan yang prestisius sembari menyebut penghargaan lain yang telah diraih Jokowi, seperti top 50 sebagai salah satu muslim paling berpengaruh di tahun 2020 dengan menduduki posisi 13.
Berbagai penghargaan dan pujian yang dialamatkan kepada Jokowi seolah memperlihatkan dirinya memang sosok pemimpin yang selama ini diharapkan oleh bangsa Indonesia. Sampai paruh akhir tahun 2019 relatif tidak ada peristiwa berarti yang membuat dirinya diragukan banyak kalangan. Pendukungnya tetap percaya Jokowi adalah “messiah” yang akan memajukan seluruh Indonesia dengan visi Indonesia-sentris, sementara oposisi tetap sibuk mengangkat isu yang sudah pasti langsung dihadang pendukung setianya.
Pada saat yang sama di Tiongkok ditemukan penyakit baru yang disebabkan oleh virus misterius dan kemudian disebut Covid-19. Namun, bukannya mengambil langkah untuk menghadang virus, Jokowi berniat menyelamatkan sektor pariwisata dengan membuat insentif pariwisata yang bagi banyak pihak merupakan kebijakan blunder saat negara lain sedang berjuang melawan penyakit baru tersebut. Beberapa pejabat publik melalui pernyataannya juga tampak percaya diri Indonesia tidak akan dihampiri Covid-19.
Hingga pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia akhirnya mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama. Mulai dari sini keraguan banyak kalangan mengenai kepemimpinannya muncul. Pasalnya berbagai sikap dan kebijakan yang diambil oleh Jokowi dengan terang memperlihatkan Jokowi gagap menangani Covid-19 yang sudah menjadi pandemi di seluruh dunia.
Ben Bland dalam bukunya Man of Contradiction menyatakan celah kepemimpinan Jokowi terlihat pada masa Covid-19. Jokowi tidak berusaha menjawab tantangan pandemi yang ada di hadapannya, tapi merahasiakan informasinya dengan dalih tidak ingin membuat panik dan saat jumlah korban meninggal terus meningkat dia bingung sendiri apa yang harus dilakukan antara mengambil langkah mitigasi atau tetap menghimbau tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Lebih lanjut, Ben Bland menyatakan pemerintahan Jokowi memperlihatkan sifat terburuknya dengan mengabaikan saran-saran dari ahli, tidak mempercayai masyarakat sipil, dan dia juga gagal membuat strategi yang koheren.3 Jokowi juga menempatkan banyak orang militer dan purnawiran dalam penanganan Covid-19, menyiratkan pendekatan keamanan dalam menghadapi pandemi.
Sikap Jokowi tersebut terus berlanjut hingga dia menjelaskan apa yang sebetulnya dia lakukan. Menurutnya pemerintah mencari titik keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara ekonomi dan kesehatan. Jika selama ini ada anggapan bahwa untuk menghadapi pandemi harus mengorbankan salah satu di antara ekonomi atau kesehatan, Jokowi menginginkan keduanya dapat diselamatkan.
Namun, strategi ini diragukan akan berhasil oleh banyak pihak dan tampaknya keraguan ini benar. Menurut statistik World Health Organization (WHO), Indonesia bahkan menempati posisi kedua di Asia Tenggara dengan total kasus 406.945 kasus dan penambahan perhari mencapai 2.897. Kematian akibat Covid-19 sendiri sudah sampai 13.782. Ini pun dengan testing rate yang jauh dari standar WHO. Sampai saat ini angka kasus Covid-19 di Indonesia terus menanjak dan masyarakat semakin tidak peduli dengan Covid-19.
Dari segi ekonomi, Indonesia juga telah masuk jurang resesi. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menegaskan Indonesia masuk jurang resesi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun 2020 sudah minus 5,32 dan akan diprediksi minus kembali pada kuartal ketiga sekalipun mengalami perbaikan di angka 0,6 hingga 1,7 persen. Artinya, strategi yang ditetapkan Jokowi alih-alih menyelamatkan kesehatan dan ekonomi, malah sebaliknya tidak menyelamatkan keduanya.
Berbeda dengan Jokowi yang menganggap Covid-19 bukan masalah besar dan cenderung mengabaikan saran para ahli, Ardern tampak memperlihatkan keseriusan sejak pandemi Covid-19 masuk ke negaranya. Pada 28 Februari 2020 Selandia Baru pertama kali mendapatkan kasus Covid-19. Tak lama setelah itu, tepatnya tanggal 14 Maret Perdana Menteri Ardern mengumumkan pembatasan perbatasan, isolasi wajib bagi mereka yang masuk ke Selandia Baru, memikirkan dukungan ekonomi dan kebijakan untuk mengatur pertemuan massal.
Lebih lengkap mengenai kepemimpinan Ardern dalam menghadapi pandemi, Suze Wilson dalam Pandemic Leadership: Lessons from New Zealand’s Approach to Covid menjelaskan kerangka (framework) yang menjadi perhatian Ardern, yaitu: 1) membiarkan ahli yang memimpin; 2) memobilisasi usaha secara kolektif; 3) wawancara dengan banyak ahli.4
Karena pandemi ini merupakan masalah kolektif yang membutuhkan pelibatan masyarakat, maka melawannya bergantung pada kepemimpinan seorang pemimpin. Apakah dia dapat meyakinkan masyarakat untuk bersatu dan menjadikan pandemi sebagai masalah bersama atau tidak. Dalam hal ini, Ardern melakukan branding untuk melawan Covid-19 dengan slogan ‘Unite Against Covid-19’ setelah mendengarkan nasihat para ahli. Slogan ini dipandang berhasil menyatukan seluruh masyarakat. Hal ini didukung dengan kepercayaan rakyat pada Ardern sehingga aksi kolektif melawan Covid-19 menjadi mungkin dilakukan.
Dalam penangan Covid-19, Selandia Baru sangat mengedepankan saran-saran, fakta, dan bukti serta keinginan untuk mendengarkan para ahli dalam pengambilan keputusan. Artinya setiap kebijakan yang akan dibuat selalu meminta saran dari ahli yang relevan agar kebijakan tersebut efektif. Namun, ini mensyaratkan pemimpin bersedia dipimpin oleh ahli. Menurut Wilson, pemimpin yang bersedia dipimpin oleh ahli akan menyediakan platform bagi terbangunnya rasa saling percaya.
Selain bersedia untuk dipimpin oleh para ahli, Ardern juga melakukan usaha mobilisasi secara kolektif. Ini dilakukan melalui berbagai media dengan melakukan edukasi terhadap publik tentang Covid-19. Misalnya, Ardern melakukan siaran langsung di Facebook dengan Menteri Kesehatan David Clark hanya untuk membahas pentingnya membasuh tangan, apa yang dimaksud pembatasan sosial, bagaimana mencari pertolongan, bagaimana menghindari panic buying dan sebagainya. Pesan-pesan semacam ini terus disampaikan dan dilakukan dengan komunikasi yang lemah lembut dan penuh empati ketika menyampaikan arahan.
Sejak Covid-19 merebak di Selandia Baru, Ardern banyak melakukan wawancara dengan banyak ahli dari berbagai disiplin dan praktisi berbagai bidang. Ini karena Ardern sadar betul bahwa Covid-19 akan membawa dampak luas di segala lini kehidupan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Hal inilah yang membuat Ardern secara aktif mewancarai para ahli, termasuk mewancarai para psikolog. Ini dilakukan untuk memperluas pengetahuan dan keahlian serta untuk mengatasi stress yang mungkin saja dialami oleh rakyatnya selama pandemi.
Belajar dari New Zealand
Tidak diragukan lagi, memimpin pada masa pandemi bukanlah hal mudah. Kualitas kepemimpinan seorang pemimpin betul-betul diuji saat pandemi. Banyak pemimpin yang kemudian terlihat keburukan kualitas kepemimpinannya saat menghadapi krisis seperti pandemi. Indonesia barangkali dapat dimasukkan ke dalam salah satu daftar negara dengan kepemimpinan yang buruk dalam menghadapi pandemi.
Jokowi sebagai presiden Indonesia tampak gamang sejak awal pandemi. Dimulai dengan sikap denial dan selalu mengabarkan optimisme seolah semuanya baik-baik saja ternyata berbuah kerugian di akhir. Dengan sikap ini Jokowi gagal membangun persatuan untuk menghadapi Covid-19 karena sejak awal dia tidak menuntun rakyat untuk melihat Covid-19 sebagai musuh bersama.
Dengan gagal mengidentifikasi musuh dan membuat rakyat bersatu melawannya, maka Jokowi juga kehilangan kesempatan untuk melakukan usaha mobilisasi kolektif. Karenanya tak heran jika edukasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai media juga tidak mampu menahan rakyat untuk melakukan kegiatan yang berpotensi menularkan Covid-19.
Keadaan ini kemudian diperparah pula oleh sikap pemerintah yang cenderung anti sains dengan mengesampingkan pendapat para ahli. Bahkan beberapa kali pejabat publik mengeluarkan pernyataan yang justru mendegradasi kepercayaan terhadap para ahli, terutama tenaga kesehatan. Sementara mereka yang memiliki keahlian relevan, tapi kritis dengan langkah pemerintah menghadapi pandemi justru mengalami upaya pembungkaman.
Jokowi tampaknya butuh belajar dari kepemimpinan pandemi Ardern agar pandemi yang belum juga kelihatan puncaknya di Indonesia bisa segera mereda. Tapi kalau boleh berandai-andai, jika pemilihan presiden dilakukan di masa pandemi ini, apakah Jokowi akan kembali terpilih seperti Ardern yang dipilih karena keberhasilannya melawan pandemi? Sepertinya tidak, kemenangannya tahun 2019 saja banyak yang meragukan.
Pahrirreza
*Mahasiswa Rantau Lombok
*Pascasarjana Ilmu Politik, Comparative Politics Study, Universitas Indonesia
Referensi
1. Worldometer. Total Coronavirus Cases in New Zealand. Diakses Oktober 25, 2020. https://www.worldometers.info/
2. Deep Knowledge Group. COVID-19 Regional Safety Assessment 250 Countries, Regions & Territories. Diakses Oktober 25, 2020. https://www.dkv.global/
3. Bland B. Man of Contradiction. Penguin Books; 2020. doi:10.4324/9780429495052-14
4. Wilson S. Pandemic leadership: Lessons from New Zealand’s approach to COVID-19. Leadership. 2020;16(3):279–293. doi:10.1177/1742715020929151
Opini
Penyakit Antraknosa Pada Tanaman Cabai dan Tindakan Pengendaliannya

Cabai merupakan salah satu tanaman sayuran yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat indonesia sehingga kebutuhannya terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, oleh karena itu tanaman cabai termasuk komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan di Indonesia begitu juga di Nusa Tenggara Barat. Salah satu kendala usaha budidaya tanaman cabai yang perlu diwaspadai oleh petani adalah serangan berbagai penyakit yang dapat menurunkan kwalitas dan kuantitas hasil panen. Salah satunya adalah penyakit antraknosa pada cabai.
Penyakit antarknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. atau Colletotrichum capsici. Dilansir dari Plant Wise, Senin (18/03/2023), antraknosa merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur paling serius dan merugikan pada cabai. Penyakit ini menyebabkan pembusukan buah sebelum dan sesudah panen. Dampak serangan penyakit antraknosa bisa sangat masif dan menyebabkan kerugian hasil panen hingga 65%. Tingkat serangan penyakit antraknosa pada suatu hamparan tanaman cabai tergantung dari pola pengendaliannya, mulai sejak upaya preventif atau pencegahan hingga kuratif. Apabila serangan antraknosa diantisipasi sejak dini maka upaya pengendalian secara kuratif selanjutnya akan lebih mudah dengan tingkat serangan yang rendah.
Gejala serangan penyakit antraknosa diawali oleh infeksi jamur patogen Colletotrichum spp pada tanaman cabai yang ditandai dengan gejala awal berupa bintik-bintik kecil yang berwarna kehitaman pada kulit buah. Selanjutnya mengakibatkan buah mengkerut, kering dan membusuk. Pada tahap awal infeksi konidia colletotrichum yang berada di permukaan kulit buah cabai akan berkecambah dan membentuk tabung perkecambahan. Setelah tabung perkecambahan penetrasi ke lapisan epidermis kulit buah cabai maka akan terbentuk jaringan hifa. Kemudian hifa intra dan interseluler menyebar ke seluruh jaringan dari buah cabai.
Inang antraknosa sebenarnya tidak hanya pada buah cabai tetapi juga terhadap tangkai, batang muda, dan percabangan baik pada fase vegetatif hingga generatif. Memang cukup jarang ditemukan serangan antraknosa pada saat fase vegetatif karena tanaman muda yang masih aktif tumbuh masih mampu mensintesis metabolit sekunder berupa zat-zat pertahanan alamiah. Zat pertahanan alami terbentuk sebagai respon tanaman ketika patogen berusaha menginfeksi sehingga dampak serangan tidak terlalu signifikan dan mudah diatasi. Meski demikian sangat mungkin sejak tanaman muda keberadaan spora-spora patogen ini sudah ada namun belum mendapatkan kondisi yang sesuai untuk berkembang pada tingkat serangan yang menimbulkan dampak. Pada lahan-lahan yang sebelumnya pernah terjangkit serangan antraknosa spora bisa terinvestasi dalam keadaan dorman di dalam tanah, sisa-sisa tanaman maupun pada tanaman-tanaman semak. Penyebaran spora antara lain melalui angin, tangan manusia, kaki-kaki serangga, gesekan antar tanaman, percikan air hujan hingga aliran air di permukaan tanaman.
Cara Mencegah dan Mengendalikan Penyakit Antraknosa Pada Tanaman Cabai
Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mecegah dan menangani tanaman cabai terserang penyakit antraknosa, antara lain sebagai berikut:
- Pencegahan Selama Persiapan Tanam
- Mempersiapkan sistem drainase sebaik mungkin yang tidak memungkinkan air menggenang dalam waktu lama di lahan.
- Panggunaan mulsa juga dapat mengurangi penguapan air tanah penyebab kelembaban tinggi.
- Sebelum mengolah tanah bersihkan lingkungan dari sisa-sisa tanaman dan semak-semak belukar, jika perlu sisa-sisa tanaman dibakar atau dibuat kompos di logasi yang terpidah dari lahan.
- Buat jarak tanam lebih lebar dengan pola zig-zag untuk menghindari kelembaban udara serta memberikan akses sinar matahari secara merata.
- Pilih varitas cabai yang tahan dan toleran terhadap antraknosa.
- Jika lahan bersebelahan dengan tanaman cabai tetangga yang sudah terserang antraknosa buatlah pagar pelindung dari plastik mulsa.
- Saat pembuatan bedengan tambahkan dolomit pada kedalaman yang sekiranya terjangkau oleh akar.
- Jika lahan yang akan ditanami punya sejarah serangan antraknosa, akan lebih baik jika ditambahkan agens hayati seperti trichoderma atau gliocladium.
- Antisipasi Di Pertanaman (Pengendalian Preventif)
- Antraknosa biasanya menyerang secara masif saat tanaman berbuah, maka disarankan untuk meningkatkan pemberian hara berupa kalsium dan fosfat di saat tanaman menjelang berbunga.
- Apabila turun hujan pada malam hari lakukan penyemprotan Partikel mineral teraktivasi sebagai pelapis permukaan tanaman untuk menghambat inkubasi fungsi patogen, menstabilkan pH pada permukaan tanaman, meningkatkan efikasi fungisida berbentuk WP serta melindungi tanaman dari cuaca terik. Salah satu nama dagang yang pelapis pelindung tanaman tersedia yaitu Koper WP.
- Hindari penggunaan pupuk daun yang bersifat asam selama tanaman berbuah. Untuk penggunaan pupuk daun fase generatif direkomendasikan menggunakan pupuk daun yang tidak bersifat asam.
- Aplikasi kalsium karbonat berbentuk partikel tepung tidak larut air, karena bentuk ini tidak meninggalkan lapisan asam pada permukaan buah.
- Gunakan fungisida protektif berbahan aktif tembaga hidroksida.
- Lakukan pengendalian serangga hama dengan baik karena seringkali spora jamur terbawa oleh kaki-kaki serangga dan berpindah dari tanaman sakit ke tanaman yang masih sehat.
- Pengendalian Kuratif
- Dilakukan apabila tanaman sudah terserang antraknosa, mungkin karena kurang dilakukannya pengendalian preventif sebelumnya.
- Aplikasi fungisida kontak dikombinasi dengan sistemik. Fungisida kontak yang direkomendasikan berbahan aktif tembaga hidroksida dengan dicampur pelapis pelindung tanaman seperti Koper WP. Sedangkan fungisida sistemik bisa yang berbahan aktif benomil, metil tiofanat, metalaksil, dimetomorf, difenokonazol, tebukonazol.
- Selama tindakan kuratif langkah-langkah seperti dalam pengendalian preventif tetap harus dilakukan untuk menangkal serangan yang berkelanjutan. Perlu diingat bahwa selama kita melakukan tindakan kuratif untuk membunuh jamur patogen, invasi spora jamur pendatang tetap berlangsung.
- Secara rutin bersihkan buah cabai yang sudah terinfeksi baik yang masih di pohon maupun yang sudah rontok, masukkan ke dalam kantong plastik dan bawa ke tempat yang jauh atau dibakar di lokasi yang terpisah dari lahan.
- Dalam melakukan penyemprotan fungisida kontak jangan hanya berfokus pada tanaman tetapi perlu juga menyemprot permukaan mulsa karena di permukaan mulsa juga terdapat serpihan-serpihan spora.
- Setiap aplikasi penyemprotan daun, usahakan tidak membuat tanaman basah kuyub tetapi membentuk lapisan tipis yang merata.
- Pemulihan
Setiap tanaman yang mengalami serangan hama dan penyakit tentu tidak mampu berproduksi secara normal. Sebagian organ telah rusak, dan metabolisme tanaman mengalami gangguan. Oleh karenanya selain upaya-upaya pengendalian hama dan penyakit harus disertai upaya pemulihan kondisi tanaman agar kembali tumbuh dan berkembang dengan baik. Pemulihan tanaman dilakukan dengan pemberian pupuk mikro melalui daun untuk menormalisasi kinerja enzim-enzim dan merangsang pembentukan hormon-hormon alamiah bagi pembentukan sel-sel baru secara lebih cepat.
Opini
Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus Linearis dan Waktu yang Tepat Untuk Mengendalikannya

Kedelai (Glycine max (L) Merr). Merupakan salah satu komoditas tanaman pangan strategis setelah padi dan jagung, sebagai sumber protein nabati, bahan baku aneka industri olahan pangan dan bahan baku industri pakan ternak. Selain itu, kandungan protein nabati kedelai sangat penting untuk peningkatan gizi masyarakat, karena selain aman juga relatif lebih murah jika dibandingkan dengan protein hewani. Kedelai juga merupakan bahan baku untuk produk makanan olahan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai dan bahan campuran kue dan roti yang pemanfaatannya berdampak positif dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Dengan segudang manfaatnya, menurut data BPS yang dipublikasikan pada artikel yang berjudul Distribusi Perdagangan Komoditas Kedelai Indonesia Tahun 2023, menyatakan bahwa secara total kebutuhan konsumsi kedelai baik rumah tangga maupun non rumah tangga tahun 2022 mencapai 1.3 Juta ton sementara total produksi hanya sebesa 0,24 juta ton, sehingga pemerintah melakukan impor kedelai pada tahun 2022 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Rendahnya produksi kedelai dalam negeri salah satunya disebabkan oleh adanya serangan hama pengisap polong Riptortus linearis yang menyebabkan biji kedelai menjadi rusak, berlubang dan kempes serta jika tidak dikendalikan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 80% bahkan gagal panen (Marwoto, 2006).
Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis
Hama pengisap polong kedelai R. linearis memiliki siklus hidup yang meliputi stadium telur, nimfa, dan imago. Telur R. linearis berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, rata rata berdiameter 1,20 mm, berwarna biru keabuan kemudian berubah menjadi cokelat. Setelah 6–7 hari, telur menetas dan membentuk nimfa instar I selama 3 hari. Pada stadium nimfa, R. linearis berganti kulit (moulting) lima kali. Setiap berganti kulit terlihat perbedaan bentuk, warna, ukuran, dan umur. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar II 4,20 mm, instar III 6 mm, instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm (Tengkano dan Dunuyaali 1976).
Imago R. linearis berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya. Imago datang di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4 – 47 hari. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11 – 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 13 – 14 mm (Afifah, 2010).

Waktu atau Fase Perkembangan Polong Kedelai yang Tepat Untuk Mengendalikan Hama Pengisap Polong Riptortus linearis
Nimfa maupun imago R. linearis mampu menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji di dalam polong dengan cara menusukkan stiletnya. Dampak serangan yang ditimbulkan akan berbeda sesuai dengan fase perkembangan polong kedelai. Serangan hama R. linearis pada fase pembentukan polong kedelai menyebabkan polong dan biji kedelai menjadi kempes, mengering dan akhirnya gugur, serangan pada fase pengisian biji menyebabkan biji berwarna hitam dan busuk, sedangkan pada fase pematangan polong mengakibatkan biji keriput (Ridwan, 2007).
Serangan hama R. linearis pada fase pembentukan dan pengisian calon biji polong kedelai, merupakan fase yang paling berdampak terhadap kerusakan polong. Hal ini disebabkan karena pada fase ini kulit polong kedelai masih lunak sehingga memudahkan stilet menusuk kulit polong serta lebih disukai sebagai tempat meletakkan telur untuk berkembang biak. Dan jika tidak dikendalikan maka imago akan berkembangbiak sehingga populasinya akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman.
Dengan kemampuan merusak polong mulai dari pembentukan sampai pematangan biji yang mampu menurunkan kualitas maupun kuantitas biji kedelai yang dihasilkan, oleh karena itu tindakan pengendalian menjadi hal yang wajib dilakukan. Dalam upaya pengendalian umumnya petani kedelai masih banyak yang menggunakan pestisida kimia, penggunaan pestisida yang kurang tepat justru tidak efektif dan dapat merugikan secara ekonomi maupun hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan lima tepat penggunaan pestisida yaitu: Tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara.
Disamping itu, dalam upaya pengendalian hama pengisap polong kedelai R. linearis umur tanaman saat aplikasi juga sangat menentukan keberhasilan tindakan pengendalian. Hasil penelitian Tantawizal et al., (2021) dan Sarjan et al., (2021) menunjukkan bahwa populasi dan intensitas serangan R. linearis tertinggi terjadi pada fase pembentukan dan pengisian polong. Oleh karena itu, waktu yang paling tepat untuk mengendalikan hama pengisap polong kedelai R. linearis berdasarkan fase perkembangan polong kedelai yaitu pada fase pembentukan dan pengisian polong. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amalia dan Mawan (2010), yang menyatakan bahwa nimfa maupun imago R. linearis menyerang polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji dengan menusukkan stiletnya pada polong yang masih muda dan kulit polong yang masih lunak dan jika tidak dikendalikan maka menyebabkan kehilangan hasil tertinggi dibandingkan dengan tindakan pengendalian pada fase berbunga atau pematangan biji.
Opini
BRIDA Provinsi NTB, Membangun Institusi Riset Dan Inovasi Guna Meningkatkan Daya Saing Daerah

Pada Tahun 2021 Pemerintah telah menerbitkan Perpres 78 tahun 2021 yang menjadi dasar regulasi penyatuan seluruh unit-unit kelitbangan yang tersebar pada banyak institusi seperti LIPI, BPPT, LAPAN, BATAN dan juga unit-unit lainnya pada Kementerian / Lembaga menjadi satu unit yang terintegrasi dalam bentuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Langkah ini menjadi tonggak yang penting dalam penggorganisiran riset inovasi dan potensi-potensi lainnya seperti anggaran, SDM dan insfrastruktur pendukungnya untuk mewujudkan institusi yang andal dan lebih produktif untuk kemajuan bangsa dan negara sesuai dengan visi BRIN “Terwujudnya Badan Riset dan Inovasi Nasional yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas dalam pelayanan kepada Presiden dan Wakil Presiden, untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden: “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”.
Sejalan dengan tujuan tersebut sebagaimana juga diamanatkan dalam prepres 78 Tahun 2021 tersebut, Pemerintah daerah baik Provinsi dan Kabupaten/Kota diwajibkan membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) sebagai pusat pengorganisiran Riset dan Inovasi di Daerah. Tentu saja tujuan ini sama mulyanya dengan tujuan dibentuknya BRIN meskipun pada saat pengimplementasiannya tidak semudah yang diharapkan. Mengapa demikian? Jika melihat kondisi daerah masing-masing, banyak kendala yang dihadapi dalam pembentukan BRIDA di masing-masing daerah seperti anggaran, ketersediaan SDM dan infrastruktur pendukungnya yang masih memiliki banyak kekurangan. Dan tentu saja faktor yang utama juga bagaimana komitmen masing-masing Pimpinan Daerah dalam memandang bagaimana urgensi riset dan inovasi bagi kemajuan daerahnya.
BRIDA Sebagai Lokomotif Inovasi dan Riset mendorong kemajuan dan daya saing Dareah
Dari kacamata fiscal kemampuan keuangan daerah, Provinsi NTB salah satu provinsi dengan kemampuan fiscal yang tidak besar. APBD provinsi NTB dalam 5 tahun terakhir berada pada kisaran ±5,5 trilyun rupiah. Angka tersebut relatif kecil dibandingkan dengan urusan, program kegiatan yang menjadi kewajiban yang harus ditangani seperti Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar, antara lain pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan kawasan permukiman; serta Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar, antara lain tenaga kerja; pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; pangan; pertanahan dan lain-lain. Kondisi ini mengharuskan pemerintah daerah untuk dapat mengalokasikan anggaran secara tepat dan efisien. Disilah Peran pentingnya Brida dibutuhkan di daerah untuk merumuskan kebijakan/program/Kegiatan berdasarkan kajian ilmiah dan mampu melahirkan inovasi di tengah keterbatasan agar setiap kebijakan yang dihasilkan tepat sasaran serta fokus pada program kegiatan yang memiliki daya ungkit yang besar untuk mempercepat pembangunan dan meningkatkan daya saing daerah.
Pengembangan Riset dan Inovasi di tingkat Pemerintah Daerah baik Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki peranan yang sangat vital guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup Masyarakat. Banyak masalah-masalah di masyarakat yang hanya dapat diselesaikan dengan pengkajian mendalam sampai pada akar masalah melalui riset dan menghasilkan rekomendasi yang bermuatan inovasi dalam penyelesaian masalah tersebut. Tentunya penyelesaikan masalah dengan mengoptimalkan dan memanfaatkan sebesar-besarnya potensi muatan lokal yang tersedia di daerah tersebut baik sumber daya alam, budaya lokal, dan kemampuan sumber daya manusia yang ada. Tanpa ada riset yang mendalam dan lahirnya inovasi dalam mencari solusi permasalahan tersebut akan sulit bagi pemerintah daerah untuk pendapatkan kebijakan penyelesaian yang tepat bagi setiap permasalahan yang dihadapi masyakat sehingga program yang timbul bisa jadi hanya program-program jangka pendek serta tidak tepat yang pada akhirnya menyebabkan penggunaan anggaran yang tidak efisien dan tidak tepat sasaran. Oleh karena itu semua BRIDA yang sudah terbentuk perlu diperkuat keberandaannya dengan dukungan dari Pimpinan Daerah serta penyediaan anggaran yang cukup, SDM yang handal dan sarana prasarana yang memadai.
Dukungan Infrastruktur diperlukan untuk mensuport kinerja Brida di daerah. Penyediaan infrastruktur yang memadai mutlak diperlukan seperti gedung kantor yang representative dangan dukungan laboratorium riset, pendirian pusat-pusat inovasi, dukungan akses internet cepat, dan fasilitas transportasi merupakan kebutuhan vital bagi pengembangan riset dan inovasi yang efektif di daerah, dll. Disamping itu diperlukan juga investasi yang cukup baik dari pemerintah, sektor swasta, maupun lembaga internasional menjadi dorongan penting dalam menggerakkan kegiatan riset dan inovasi di daerah. Inisiatif-inisiatif seperti dana riset, hibah untuk startup, dan insentif pajak dapat meningkatkan minat serta kemampuan untuk melakukan riset dan inovasi. Tidak hanya itu, diperlukan juga Kolaborasi yang erat antar berbagai stakeholder, kolaborasi Pentahelix multipihak dimana unsur akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, pemerintah dan media dapat menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan inovasi yang berkelanjutan. Kolaborasi mendorong lahirnya pertukaran ide dan pengetahuan antarstakeholder akan membantu menghadirkan solusi inovatif. Diperlukan juga penguatan SDM aparatur dengan fokus pada pelatihan dalam bidang-bidang inovatif akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan siap untuk berkontribusi dalam pengembangan riset dan inovasi.
Tantangan
Pembentukan institusi riset dan inovasi di daerah bukan tanpa kendala dan hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri untuk diatasi. Sebagai Perangkat Ddaerah yang baru tantangan umum yang dihadapi yaitu masih terbatasnya sarana prasarana, terbatasnya Sumber Daya Manusia yang memiliki kapasitas, terlebih lagi untuk membentuk Perangkat Daerah baru diperlukan anggaran yang tidak sedikit. Hal ini dapat menjadi penghambat dalam mengakselerasi kegiatan riset dan inovasi di daerah. Masalah lainnya seperti masih kurangnya kolaborasi dan jaringan antar stekholder dan antar lembaga: industri, universitas dan media serta pelibatan masyarakat dan pihak-pihak lainnya menghambat penumbuhan inovasi yang berkelanjutan. Tidak kalah pentingnya salah satu tantangan utama yang harus dihadapi yaitu, budaya yang kurang mendorong eksperimen dan gagasan inovatif karena terbiasa dalam melaksanakan business as usual menjadi penghalang utama dalam pengembangan riset dan inovasi di daerah.
Pengalaman Provinsi NTB
Pemerintah Provinsi NTB telah membentuk BRIDA melalui Perda 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. BRIDA Provinsi NTB adalah yang ke-3 terbentuk setelah Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Bali. Bahkan setelah 2 tahun Prespres 78/2021 di undangkan masih banyak Provinsi dan Kabupaten Kota yang belum membentuk BRIDA. Adapun di Kabupaten/Kota se-Provinsi NTB baru 3 BRIDA yang terbentuk yaitu BRIDA Kota Mataram, BRIDA Kota Bima dan Brida Kabupaten Sumbawa Barat serta Kabupaten Lombok Tengah yang membentuk BAPPERIDA menggabungkan Bappeda dan BRIDA. Adapun 6 Kabupaten lainnya belum atau masih dalam proses pembentukan yaitu Lombok Timur, Lombok Barat, KLU, Sumbawa, Dompu dan Kabupaten Bima.
Dalam RPJMD 2018-2023, BRIDA Provinsi NTB mendukung pencapaian Visi NTB Gemilang Misi Ketiga: NTB SEHAT DAN CERDAS melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pondasi daya saing daerah dan Misi kelima: NTB SEJAHTERA DAN MANDIRI melalui penanggulangan kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan pertumbuhan ekonomi inklusif bertumpu pada pertanian, pariwisata dan industrialisasi. Secara struktur organisasi BRIDA Provinsi NTB dibagi dalam Sekretariat dan 4 Bidang Teknis Yaitu: Bidang Penelitian Pengembangan Inovasi dan Teknologi, Bidang Kemitraan dan Inkubasi Bisnis, Bidang Pengembangan Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi. Masing-masing bidang mengampu program kegiatan yang mendukung kinerja BRIDA dalam mencapai Visi Misi Pimpinan Daerah Provinsi NTB.
Dalam 2 tahun terakahir, banyak prestasi yang telah dicapai BRIDA NTB dan hal ini cukup membanggakan. Diantaranya, Provinsi NTB telah berhasil mendapat anugerah Provinsi Terinovatif dalam ajang Innovatif Government Award (IGA) Kementerian Dalam Negeri selama 2 tahun berturut-turut tahun 2021 dan 2022, Dukungan dan fasilitasi kepada pihak yang berinovasi kepada IKM dengan pembinaan StartUp, Mitra/tenant serta fasilitasi beberapa IKM/Industri untuk berproduksi seperti produksi sepeda listrik, pyrolysis sampah menjadi bahan bakar, pengolahan plastik menjadi bata, produksi magot dari sampah organic, dan produksi kosmetik berbahan local disamping failitasi standarisasi permesinan dan sertifikasi kompentensi profesi. Dilaksanakan juga beberapa kajian/riset kelitbangan menjadi fokus Brida dengan melibatkan Dewan Riset Daerah (DED), Universitas dan stakeholder lainnya. Disamping itu BRIDA Provinsi NTB juga berhasil menggagas kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam negeri dan luar negeri.
Dalam pengembangan kualitas SDM di Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Provinsi NTB melalui BRIDA NTB melaksanakan Program Beasiswa NTB dengan mengirimkan putra putri terbaik NTB untuk melanjutkan Pendidikan baik S1/S2/S3 dan nongelar di Luar Negeri, disampimg juga membiayai biaya Pendidikan dalam bentuk subsidi biaya SPP dan penelitian di dalam negeri (Beasiswa BMB/BSK/BSU). Sejauh ini sampai tahun 2023 tercatat 796 orang penerima manfaat beasiswa luar negeri dan 4.500 orang lebih penerima manfaat beasiswa dalam negeri.
Kesimpulan
Pengembangan riset dan inovasi di tingkat Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota memerlukan komitmen yang kuat dari Pimpinan Daerah, pemerintah, stakeholder, dan masyarakat secara keseluruhan. Pembentukan Brida di Daerah selain memang sebagai suatu kewajiban menjalankan amanat perpres 78/2021 juga sebagai bentuk komitmen dalam menciptakan ekosistem riset dan inovasi dalam rangka menciptakan lingkungan yang mendukung, mengatasi tantangan, dan menerapkan strategi yang tepat agar Provinsi NTB dapat menjadi pusat inovasi yang berdaya saing tinggi, meningkatkan kuailtas SDM dan pada akhirnya dapat kesejahteraan masyarakat.
-
Headline7 tahun ago
Potensi Tsunami di Asia, NTB Diperingati Waspada
-
NTB6 tahun ago
Ini Cara Mitigasi saat Gempa Bumi
-
Headline7 tahun ago
Misteri Telapak Tangan yang Gegerkan Warga Lombok Terpecahkan
-
Headline8 tahun ago
Mengenang 40 Tahun Bencana Tsunami di Lombok dan Sumbawa
-
Headline8 tahun ago
Ssttt… Ini Lokasi Razia Zebra di Pulau Lombok Selama Dua Pekan
-
Hukum & Kriminal7 tahun ago
Tak Terima Diputusin, Pria di Lotim Sebar Foto Bugil Kekasihnya
-
NTB6 tahun ago
Ahli Geologi AS Peringatkan Bahaya Gempa di Selatan Lombok
-
NTB6 tahun ago
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Dingin di Lombok