HUT RI ke-73, DMII-ACT Ajak Lombok Merdeka dari Bencana

0
751

HarianNusa.com, Mataram –
Pasca guncangan gempa berkuatan 6,4 dan 7 SR yang melanda Lombok pada 29 Juli dan 5 Agustus 2018 lalu, berakibat ratusan korban meninggal dunia dan luka- luka serta ribuan rumah dan bangunan hancur. Hingga sekarang, Pulau Seribu Masjid ini diguncang ratusan gempa susulan dengan variasi magnitude.

Kondisi ini tentu mengakibatkan keterpurukan jiwa yang pasca gempa masih terasa di seantero Lombok, pasalnya, nyaris 400 jiwa melayang, dan lebih dari 400 ribu jiwa mengungsi.

Dengan spirit kemerdekaan Republik Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT), melalui direktorat Disaster Management Institute of Indonesia (DMII) mengajak masyarakat Lombok untuk “Merdeka dari Bencana”. Syarat utamanya adalah dengan membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

“Selama mindset kita dalam menghadapi bencana masih “menunggu” bencana tiba, dengan berfokus pada fase emergency response, maka sama artinya kita masih belum merdeka dari bencana. Karena secara mentalitas sudah kalah (oleh bencana, red). Akan tetapi, bila kita ubah mindset kita dengan kesiapsiagaan bencana, maka secara mental kita akan lebih tangguh, dan ketangguhan itu lah yang mendorong kita bisa merdeka dari bencana,” papar Wahyu Novyan Chief of DMII.

Untuk itu, lanjutnya, mesiapsiagaan masyarakat Lombok dalam menghadapi potensi bencana di masa depan, jelas harus digelorakan. Dan itulah alasan DMII-ACT membuat program khusus, yaitu Mobile Disaster Education (MDE).

MDE, kata dia, didesain khusus sebagai program edukasi kesiapsiagaan bencana, yang memiliki daya jelajah tinggi dan jangkauan luas. Dengan model edukasi keliling, berupa satu paket armada dan alat pendukung edukasi bencana, memungkinkan MDE untuk bebas dan leluasa menyasar beragam segmen, mulai dari usia SD hingga dewasa.

“MDE kami desain sebagai jawaban atas kebutuhan edukasi kesiapsiagaan bencana secara luas. Bisa masuk ke komplek perumahan, ke sekolah-sekolah, ke wilayah perkantoran, rumah-rumah ibadah, bahkan termasuk pos pengungsian seperti di Lombok ini,” tuturnya.

Lebih detail, Wahyu menjelaskan program MDE yang saat ini menjadi andalannnya.

“Di dalam satu unit MDE, terdiri dari 3 fungsi alias 3 in 1. Ada fungsi mobile library untuk membangun literasi bencana, ada fungsi mobile story telling untuk bangun sisi afeksi masyarakat, dan juga ada fungsi mobile disaster simulation untuk membangun kebiasaan baru (new habit), dan basic skill yang lebih siaga bencana,” papar pria yang hobi jogging tersebut.

Bertepatan dengan perayaan 73 tahun HUT RI, program ini pertama kali akan dirilis di SMK PP Negeri Mataram, NTB.

Berbagai persoalan yang muncul pasca gempa bumi Lombok ini, menurut kajian tim DMII, ini adalah momen yang tepat untuk mengedukasi masyarakat tentang urgensi membangun kesiapsiagaan bencana.

“Insyaa Allah program ini akan menjadi salah satu wujud nyata kami, DMII-ACT dalam memerdekakan bangsa kita dari bencana, yaitu dengan membangun kesiapsiagaan bencana di nusantara,” pungkasnya. (f3)