Connect with us

Headline

Lapak di Pantai Ampenan Bikin Pedagang Kecewa

Published

on

HarianNusa.com, Mataram – Puluhan pedagang di Pantai Ampenan Kota Mataram kecewa akibat pembangunan lapak yang tidak sesuai keinginan pedagang, Senin (15/01). Pasalnya, lapak yang tinggal finishing tersebut terkesan seperti pasar ikan.

Kondisi lapak yang membuat masyarakat kecewa khususnya pada desain atap lapak tersebut. Pada desain atap lapak justru tidak sepenuhnya menutupi lapak, sehingga saat hujan turun, lapak tersebut menjadi seperti kolam dengan genangan air.

Selain itu, pada banguanan tersebut hanya menyediakan 42 lapak, sementara jumlah pedagang di Pantai Ampenan mencapai 68 orang, sehingga 26 pedagang lainnya terpaksa dirumahkan, alias tidak lagi dapat berdagang di Pantai Ampenan. Karena dengan tegas pemerintah melarang setiap pedangan yang berjualan di luar lapak.

Problem lainnya adalah sempitnya lapak. Pedagang hanya diberi lapak dengan ukuran sekitar 2,2 meter. Sehingga suasana lapak akan terasa sangat sempit. Belum lagi keluhan masyarakat yang berada pada lapak bagian belakang, akan kesulitan mendapat pembeli karena berada saling membelakangi dengan lapak lainnya.

Seorang pedagang di Pantai Ampenan, Lilis secara tegas mengkritisi pembangunan lapak yang terkesan asal jadi tersebut. Dia menyesalkan genangan air yang ada di dalam lapak karena desain atap lapak tidak menutupi seluruh lapak pedagang.

Advertisement

“Alasannya lapak tidak sesuai keinginan masyarakat, kalau hujan besar ini bocor semuanya, orang berlindung juga bocor, terus ini air pembuangan jatuhnya ke lapak, hujan angin masuk ke sini,” sesalnya.

Desain atap lapak di Pantai Ampenan yang justru membuat air hujan masuk ke lapak. (sat/hariannusa.com)

Senada dengan Lilis, pedagang lainnya Ani mengkritisi pembangunan atap lapak tersebut. Karena genangan air, maka kemungkinan pedagang akan bergesar, sementara lapak tersebut dinilai sempit.

“Kita dibagi menempati lapak tetap saja kita basah, bagaimana kita mau jualan. Kita digeser sana geser sini. Kita pedagang jadi saling sikut rebutan pembeli karena sempit,” keluhnya.

“Dulu gambarnya tiga tingkat ternyata kayak pasar sapi. Boleh kita diatur tapi yang sesuai, lihat penderitaan kita di sini. Kita utang sana-sini, kalau jadi PNS enak, gadai SK dapat uang,” pungkas pedagang lainnya, Atun.

Genangan air masuk di area lapak akibat desain atap lapak yang tidak menutup seluruh lapak. (sat/hariannusa.com)

Sementara Camat Ampenan, Zarkasyi yang ditemui di Pantai Ampenan, mengatakan pedagang yang tidak mendapat lapak di Pantai Ampenan terpaksa dilarang untuk berdagang.

“Ada 42 lapak, itu pun terbatas ukurannya 2,2 setengah meter, sementara jumlah pedagang hasil pendataan terkahir 68, kita prioritaskan pedagang yang sudah lama,” ujarnya.

“Bagaimana dengan teman-teman yang tidak dapat, ini menjadi beban kita, kami tegas menyatakan tidak boleh ada pedagang di luar area ini, semua pedagang harus tetap,” lanjutnya.

Advertisement

Menanggapi soal keluhan pedagang, ia mengatakan peren pemerintah sebagai pengatur dan pedagang sebagai orang yang diatur, sehingga ia tetap pada komitmen awal tanpa menanggapi keluhan masyarakat dengan melakukan pembenahan.

“Kami tidak dalam posisi meminta kesepakatan pedagang, kalau minta kesepakatan pedagang pengalaman saya dari dulu saya dua tahun jadi kepala pasar Kebon Roek tidak akan pernah ada kesepekatan. Jadi posisi pemerintah sebagai pengatur dan pedagang posisinya diatur,” jelasnya.

Proyek lapak tersebut merupakan sumbangan dana dari Dinas Perdagangan Provinsi NTB. Sementara taman di Pantai Ampenan atas bantuan Dinas Pariwisata Provinsi NTB. Sedangkan balkon di pinggir pantai merupakan bantuan PU Provinsi NTB.

Sementara soal desain atap yang tidak menutup seluruh lapak, Camat Ampenan mengatakan akan mencoba memperbaikinya dengan mamasang keramik yang modelnya akan disesuaikan agar air dapat tumpah ke luar lapak. Artinya, semen pada lapak tersebut akan dibongkar kembali.

“Nanti kita atur bagaimana caranya, ini kan pekerjaan keroyokan,” ucapnya.

Advertisement

Sementara saat itu tengah berlangsung pengecatan pada lapak, Rabu besok pedagang akan diundi untuk penempatan lapak tersebut. (sat)

Continue Reading
Advertisement

Headline

Pemerintah Genjot Pembangunan 400 SPPG di NTB, Baru 25 Persen Terealisasi

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Pemerintah pusat menargetkan pembangunan 400 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) guna mendukung program pemenuhan gizi masyarakat, terutama bagi pelajar. Hingga saat ini, realisasi pembangunan baru mencapai 25 persen atau sekitar 54 unit.

“Untuk program makan bergizi, kita targetkan pembangunan SPPG di NTB sebanyak 400 unit. Saat ini baru terbangun sekitar 25 persen. Harapannya, target ini dapat tercapai sepenuhnya pada tahun 2025,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI, H. Muazzim Akbar, usai melakukan pertemuan dengan Sekretaris Daerah (Sekda) NTB dalam rangka kunjungan kerja Komisi IX DPR RI ke Pemprov NTB, Rabu, (28/5).

SPPG merupakan dapur umum yang memproduksi makanan bergizi dan tersebar di 26 provinsi. Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah SPPG terbanyak, yakni 57 titik. Konsep ini melibatkan koperasi, yayasan, hingga perusahaan swasta sebagai mitra penyedia makanan sehat.

Muazzim menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan berbagai instansi, termasuk Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dalam mempercepat pembangunan dan menjamin keamanan makanan yang disajikan.

“BPOM harus turun langsung ke lapangan. Jangan hanya menunggu laporan. Kita tidak ingin terjadi kasus keracunan makanan atau konsumsi bahan yang tidak layak, seperti buah berulat,” tegasnya.

Advertisement

Ia menambahkan, kehadiran SPPG yang merata di seluruh NTB akan menjadi kunci keberhasilan program makan bergizi nasional dan sekaligus mendukung penurunan angka stunting serta peningkatan kualitas kesehatan generasi muda.

Dengan target 400 SPPG tersebut, Muazzim meminta seluruh pihak bahu-membahu agar misi besar pemenuhan gizi ini tidak hanya sekadar wacana, melainkan terealisasi nyata dan memberi dampak langsung bagi masyarakat NTB. (F3)

Ket. Foto:

Anggota Komisi IX DPR RI Dapil NTB dari Partai Amanat Nasional, H. Muazzim Akbar. (HarianNusa)

Advertisement
Continue Reading

Headline

Viral Video Pernikahan Anak, Anggota Komisi V DPRD NTB Jamhur Desak Sanksi Tegas untuk Pencegahan

Published

on

By

HarianNusa, Mataram  –  Viralnya video pernikahan di bawah umur di media sosial baru-baru ini mengundang perhatian publik, termasuk dari kalangan legislatif. Anggota Komisi V DPRD Provinsi NTB, H. Muhammad Jamhur, angkat bicara mengenai fenomena tersebut dan menegaskan pentingnya edukasi serta peran semua pihak dalam mencegah pernikahan dini.

Menurut HM Jamhur, fenomena Merarik Kodek atau pernikahan dini sebenarnya terjadi di banyak tempat, hanya saja tidak semuanya terekspos ke publik. “Permasalahan pernikahan di bawah umur ini terjadi di mana-mana. Ada yang terpublikasi, ada juga yang tidak. Di era digitalisasi seperti sekarang, semua peristiwa sangat mudah terekspos dan menjadi viral, bahkan tanpa disadari oleh pelaku atau keluarga,” ungkapnya, Senin, (26/5) kepada hariannusa.com.

Ia menilai, walaupun viralitas di media sosial terkadang membawa keberuntungan bagi pemilik akun, namun di balik itu terdapat persoalan serius yang harus segera ditangani. “Pernikahan dini berdampak besar terhadap masa depan pelaku, baik secara psikologis maupun kesehatan. Ini bisa menjadi salah satu penyebab tingginya angka kawin cerai, serta risiko saat kehamilan dan persalinan. Bahkan anak-anak dari pernikahan dini banyak yang rentan mengalami stunting,” jelasnya.

H. Jamhur mengajak semua elemen masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam memberikan edukasi secara masif, mulai dari orang tua, keluarga terdekat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat hingga pemerintah. Ia menegaskan pentingnya peran kolaboratif dalam menekan angka pernikahan dini di NTB.

Ia juga menyoroti keberadaan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pencegahan Perkawinan Dini yang sudah dimiliki oleh NTB. Namun, menurutnya, perda tersebut belum efektif karena tidak mengatur sanksi tegas bagi pelanggarnya. “Kita sudah punya perda, tapi kelemahannya tidak ada sanksi tegas. Ini harus menjadi perhatian agar regulasi benar-benar berdampak,” tandasnya.

Advertisement

Dengan pernyataan ini, H. Jamhur berharap adanya perhatian serius dan langkah konkret dari semua pihak untuk melindungi generasi muda dari dampak negatif pernikahan di usia dini.

Seperti diketahui baru-baru ini jagad media sosial dihebohkan dengan video nyongkolan pernikahan anak dibawah umur dimana pengantin perempuan masih duduk dibangku SMP sedangkan pengantin pria baru kelas 1 SMK. Pasangan tersebut diketahui berasal dari Lombok Tengah. (F3)

Ket. Foto:

Anggota Komisi V DPRD NTB, HM. Jamhur. (Ist)

Advertisement
Continue Reading

Ekonomi

Dorong Produktivitas Pertanian, Gubernur NTB Serahkan Combine Harvester ke Kabupaten Sumbawa

Published

on

By

HarianNusa, Sumbawa – Komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam memperkuat ketahanan pangan kembali dibuktikan. Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal, secara resmi menyerahkan dua unit combine harvester kepada Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, pada Senin (26/5). Bantuan alat panen modern ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor pertanian di wilayah lumbung pangan NTB.

“Yang lain semua dapat, tetapi yang kita utamakan daerah-daerah yang jadi lumbung pangan,” tegas Gubernur Iqbal, menekankan pentingnya optimalisasi alat modern untuk mendukung kabupaten-kabupaten penghasil pangan utama, termasuk Sumbawa dan Lombok Tengah.

Gubernur juga berharap agar bantuan ini dikelola langsung oleh pemerintah kabupaten untuk memastikan pemanfaatan yang maksimal. Ia menekankan bahwa dengan skema pinjam atau sewa, alat ini bisa digunakan bergilir oleh para petani tanpa risiko diperjualbelikan.

“Barang itu juga akan tetap terpelihara sehingga dalam jangka waktu sekian tahun, semua kebutuhan petani untuk combine harvester sudah terpenuhi,” ujar Gubernur.

Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, mengapresiasi langkah cepat dan strategis dari pemerintah provinsi. Menurutnya, bantuan ini sangat sejalan dengan visi daerah dalam mengembangkan sektor agromaritim berbasis potensi lokal.

Advertisement

“Ini adalah bentuk nyata sinergi pusat-daerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional, dan kami siap mengelola serta memanfaatkan alat ini sebaik mungkin,” kata Bupati Jarot.

Penyerahan combine harvester ini menjadi langkah konkret dalam transformasi sektor pertanian NTB menuju pertanian modern yang efisien dan berkelanjutan. (F3)

Ket. Foto:

Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, berpose bersama pada kegiatan serah terima dua unit combine harvester, Senin (26/5). (Ist)

Advertisement
Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!