Jumat, Januari 24, 2025
BerandaGaya HidupSeni dan BudayaMakna Lebaran Topat Bagi Masyarakat Sasak Di Pulau Lombok

Makna Lebaran Topat Bagi Masyarakat Sasak Di Pulau Lombok

- iklan Paket Wisata di Lombok - Explore Lombok
- iklan Web Hosting Murah -Paket Web Hosting Murah

HarianNusa.com, Mataram – Lebaran topat adalah perayaan adat yang dilakukan masyarakat Sasak pada hari ke-tujuh pasca hari raya Idul Fitri. Sesuai namanya, perayaan ini identik dengan pembuatan ketupat dan ziarah makam. Sabtu (1/7).

Kepada HarianNusa.com, salah seorang Budayawan Sasak Muhaimi menyampaikan kalau Lebaran topat merupakan perayaan adat yang diniatkan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat atas karunia Allah.

“Sebagai ungkapan rasa syukur atas Rizki yang diberikan,” ujarnya.

Selain Lebaran topat, perayaan adat masyarakat Sasak tersebut juga memiliki sebutan lain. Berikut beberapa sebutan lain dari Lebaran Topat.

I. Lebaran Topat adalah Lebaran Nine (Perempuan)

Lebih jauh, Muhaimi yang juga seorang dalang wayang Sasak ini menyebut perayaan Lebaran topat tidak hanya identik dengan pembuatan ketupat, tapi juga identik dengan kaum perempuan. Bahkan dalam kebudayaan Sasak, Lebaran topat disebut Lebaran perempuan (Nine). Terkait muasal penyebutan Lebaran Topat sebagai Lebaran Nine tersebut, Muhaimi menjelaskan kalau Lebaran Topat merupakan perayaan kemenangan bagi masyarakat yang menjalankan puasa sunat pada awal Bulan Syawal. Dan dalam tradisi Sasak, puasa sunat tersebut lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Hal itulah yang menyebabkan Lebaran topat disebut Lebaran Nine, yang secara filosofis bermakna kemenangan bagi kaum perempuan yang telah berhasil menjalankan puasa Syawal.

II. Labaran Belo (panjang) dan Lebaran Kontek (Pendek)

Masih menurut Muahimi, Lebaran topat disebut Lebaran Kontek (pendek) atas dasar perhitungan waktu puasa sunat Bulan Syawal yang lebih pendek dibandingkan puasa wajib Bulan Ramadhan. Oleh karenanya, Hari raya Idul fitri yang merupakan perayaan kemenangan bagi yang berpuasa satu bulan penuh pada bulan Ramadhan oleh masyarakat Sasak disebut dengan Lebaran Belo (Panjang) dan Lebaran topat sebagai perayaan kemenangan bagi masyarakat yang berpuasa sunat bulan Syawal selam tujuh hari disebut Lebaran Kontek (Pendek).

Selain sebutan, fakta menarik lainnya dari perayaan Lebaran Topat adalah ziarah makam bersama keluarga dengan membawa serta makanan. Terkait hal itu, Muhaimi menjelaskan kalau ada tiga hubungan yang harus dibina oleh masyarakat Sasak pada perayaan Lebaran topat, yakni Hubungan manusia dengan manusia lainnya melalui silaturahmi pada saat ziarah makam, hubungan manusia dengan Tuhannya melalui do’a-do’a dan hubungan manusia dengan leluhurnya.

“Pesan lebaran topat, selain itu juga, (ada) hubungan terjadi di sana. Hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan itu juga terjadi di sana (makam). Bahkan hubungan manusia dengan leluhurnya juga terjadi di sana,” katanya.

Ditanya terkait maraknya masyarakat khususnya anak muda yang lebih menilai perayaan Lebaran topat sebgai momentum liburan dan hiburan semata? Muhaimi sangat menyayangkan hal tersebut. Dan meminta agar tradisi Lebaran Topat yang kaya makna filosofis dikaji ulang agar tidak di salah artikan.

“Kalau seusia saya ke atas ini masih bisa (memahami). Tetapi umur saya kebawah ini sudah sulit,” keluhnya.

Maka dari itu, untuk menghidupkan kembali makna dari lebaran topat perlu dibantu oleh alat komunikasi yang sering digunakan generasi muda. Coba saja kita sebarkan lewat desain ucapan lebaran ini, mungkin akan lebih banyak generasi muda yang melek akan budaya masyarakat Sasak dan ikut melestarikannya.

Berita Lainnya
spot_img
spot_img
spot_img
Jumat, Januari 24, 2025
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Trending Pekan ini

Jumat, Januari 24, 2025
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -
- Advertisment -

Banyak Dibaca

Berita Terbaru

- Advertisment -
error: Content is protected !!