Hariannusa.com, Mataram – Jebakan politik “kuda troya” dalam konstestasi pilkada di Nusa Tenggara Barat perlu diantisipasi oleh semua pasangan calon (paslon). Motivasi utama strategi ini untuk memberikan kesan seolah-olah paslon tersebut memiliki dukungan kuat, namun realitanya sebatas massa mengambang.
Untuk memperkuat siasat ini, paslon diterlenakan lewat pencitraan yang dikemas sedemikian rupa agar nampak kredibel dan terpercaya, meskipun tanpa parameter yang jelas. Hal tersebut dikatakan Direktur M16 , Bambang Mei Finarwanto, SH dan Sekretaris M16 , Lalu Athari Fadlulah, SE melalui WhatsApp Minggu, (5/11).
M16 melihat bahwa kecenderungan melakukan taktik melepas kuda troya ini dimaksudkan agar paslon yang bertarung dalam Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di NTB tidak fokus melakukan penetrasi di basis-basis pemenangannya karena sudah ada garansi secara sepihak dari tim sukses ataupun afiliasi politiknya.
“Ini jebakan yang secara sistematis menguntungkan paslon lain untuk makin intensif menguasai kantong- kantong pemilih potensial,” katanya.
Lebih jauh pria yang akrab dipanggil Didu itu menambahkan bahwa secara psikologis paslon akan mudah terlena dan menyakini hal tersebut , apalagi yang menyampaikan itu adalah orang kepercayaannya. Padahal lingkaran terdekatnya itulah yang kerap menjadikan blunder pada paslon itu. Apalagi jika proses rekruitmen tim inti tidak didasari oleh rekam jejak yang detail menyangkut kondite dan background politiknya.
“Rata-rata kemistri tim sukses dan paslon terjalin saat kepentingan momentum pilkada,” ungkapnya.
Menurut Didu Politik kuda troya ini, harus dimaknai sebagai kreasi politik yang memerlukan kerjasama dengan banyak pihak terkait yang tujuan akhirnya melemahkan kekuatan paslon tersebut dari dalam tim itu sendiri.
“Ciri-ciri yang paling nampak adalah senantiasa memberikan pujian pujian dan garansi dukungan di banyak kantong suara yang seolah-olah sudah di penetrasi. Padahal itu hanya klaim sepihak,” Ujar Didu yang juga mantan Eksekutif Daerah WALHI NTB.
Ia menambahkan bahwa paslon-paslon yang dianggap kuat dukungannya oleh publik seperti SukMa ( Sukiman Rumaksi), Ahyar-Mori ataupun Suhaili-Amin sangat rentan diinfiltrasi oleh pemain politik yang sebenarnya membawa misi dan kepentingan politik calon lain.
“Tapi juga tidak boleh phobia terhadap para pendukung yang berperilaku aneh, cukup dikanalkan dan dimengerti maksudnya,” tambahnya.
Sementara Lalu Athari Fadlulah mengatakan , mewaspadai menyusupnya kepentingan lain pada calon-calon gubernur maupun bupati yang akan bertarung di Pilkada 2018 mendatang, maka ada baiknya calon-calon tersebut sedini mungkin menyaring informasi maupun strategi untuk tidak di konsumsi secara publik dan hanya untuk intern tim-tm inti saja.
“Selain itu penting adanya tim yang solid dan memiliki komitmen tinggi terhadap pasangan calon, sehingga tidak mudah terkecoh oleh para pemain politik musiman,” imbuhnya
Lebih jauh Athar menggarisbawahi, oleh sebab itu bagi para kandidat bakal calon kepala daerah yang sudah final baik secara dukungan partai atau pasangan wakil ada baiknya untuk menjaring timses (tim sukses) yang segaris dengab visi-misi bakal calon dan mengevaluasi sistim kerja tim sukses.
“Sehingga tidak mudah terdeteksi oleh calon-calon lain, atau adanya kemungkinan penyusup yang sengaja di pasang oleh pesangan calon lain,” pungkasnya. (f3)