HarianNusa, Mataram – Kegiatan Lombok Sharia Festival merupakan bagian dari pengembangan ekonomi yang berdimensi Syariah. Hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Heru Saptaji. Menurutnya, dalam perspektif Bank Indonesia, ekonomi syariah (eksyar) akan menjadi arus baru dalam mesin pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Mengingat jumlah populasi muslim yang sedemikian besarnya, baik sebagai subjek pelaku ekonomi maupun menjadi objek pasar dari produk-produk ekonomi syariah,” kata Heru saat menghadiri Lombok Sharia Festival, di Lombok Epicentrum Mall Mataram, Jumat, (9/10/2021).
Heru mengatakan, di sektor riil, aplikasi ekonomi syariah tumbuh dalam bentuk industri halal yang meliputi beragam sektor seperti makanan dan minuman halal, fesyen muslim, pariwisata ramah muslim dan industri halal lainnya.
Berdasarkan State of the Global Islamic Economy Report (SGIE) oleh Dinar Standard, sektor industri fesyen muslim Indonesia menempati peringkat ke 3 global player di Internasional setelah Uni Emirate Arab dan Turki. Pada tahun 2019, konsumsi busana muslim di Indonesia berada di angka 20 miliar USD dengan laju pertumbuhan 18,2 persen per tahun. Tingginya jumlah minat dan bonus demografi jumlah masyarakat muslim di Indonesia ini harus dibaca sebagai potensi besar. Bank Indonesia sendiri dalam mengembangkan industri halal menggunakan pendekatan komprehensif yakni melalui pengembangan ekosistem Halal Value Chain (HVC).
”Pengembangan industri halal tidak dapat hanya bertumpu pada produk serta pelaku usaha, tapi seluruh komponen secara end-to-end mulai dari proses pengemasan, distribusi sampai dengan pemasaran,” kata Heru.
Untuk kawasan NTB, Bank Indonesia sangat mendukung pengembangan industri halal dan industri fesyen muslim yang sudah dicanangkan bersama dengan pemerintah daerah dan Dekranasda. Beberapa bentuk program yang dilakukan misalnya aktif melakukan promosi kain tenun NTB di berbagai event seperti KKI, promosi ekspor dan lainnya.
“Melalui Lombok Sharia Festival ini juga merupakan salah satu bentuk dukungan kami agar dapat mendorong Provinsi NTB menjadi pusat fesyen muslim serta meningkatkan daya tarik Provinsi NTB sebagai tujuan wisata ramah muslim,” tandasnya.
Bank Indonesia NTB memberikan dukungan terkait pelatihan yang terdiri dari modest modeling coaching dan upcycling fashion class. Selain itu, BI NTB juga mengikutsertakan peserta dari lima Pondok Pesantren mitra Bank Indonesia yang memiliki usaha bidang fesyen.
"Sehingga diharapkan dapat mendukung pemberdayaan ekonomi umat,” tutupnya Heru. (f3).
Ket. Foto:
Kepala Perwakilan BI NTB, Heru Saptaji. (Istimewa)