HarianNusa.Com – Sesuai dengan Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia No. 18/20/PBI/2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB), diatur bahwa badan usaha bukan bank yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai penyelenggara KUPVA BB wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Achris Sarwani menjelaskan bahwa pelaku usaha penyelenggara KUPVA BB di Provinsi NTB secara umum telah memiliki kesadaran terkait dengan perizinan dan pelaporan. Hal ini terbukti dengan peningkatan jumlah KUPVA BB yang berizin di tahun 2017 sebanyak 9 (sembilan) KUPVA BB berizin meningkat menjadi 16 (enam belas) KUPVA BB berizin pada tahun 2019.
Namun demikian, lanjutnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB tetap akan melakukan monitoring dan pemeriksaan terhadap KUPVA di lapangan bersama Kepolisian Daerah sesuai dengan kebutuhan.
Pada tahun 2019 terdapat 2 (dua) perusahaan yang mengajukan izin sebagai KUPVA BB berizin yang seluruhnya berada di Lombok Timur. Saat ini proses perizinan keduanya sudah pada tahap akhir dari keseluruhan rangkaian proses perizinan.
“Sehingga apabila proses perizinan 2 (dua) calon KUPVA BB tersebut selesai, maka terdapat 18 (delapan belas) KUPVA BB berizin di Provinsi NTB,” jelasnya dalam siaran persnya, Jumat, (2/8/19). (f3)