Connect with us

Religi

Kesenian Rudat Ramaikan Pawai Takbiran

Published

on

Beberapa peserta Rudat sedang menabuh

HarianNusa.com, Mataram – Dalam rangka menyambut Lebaran 1438 Hijriah. Warga desa Batu Mekar Kecamatan Lingsar mengadakan pawai takbiran keliling desa. Menariknya, selain menyuguhkan miniatur masjid, salah satu kontingen juga menampilkan kesenian tradisional Rudat. Minggu, (24/6).

Dari pantauan HarianNusa.com pada saat kegiatan, kemeriahan pawai takbiran yang diadakan oleh masyarakat Desa Batu Mekar tersebut tak kalah dengan kegiatan-kegiatan serupa di tempat lain. Terlihat antusiasme yang sangat luar biasa dari semua peserta. Antusiasme yang sama juga terlihat pada masyarakat sekitar yang menonton jalannya pawai.

Setiap kontingen yang terdiri dari masing-masing dusun yang ada di Desa Batu Mekar begitu semarak dengan menampilkan miniatur masjid yang dihias sedemikian rupa. Selain miniatur, peserta juga melengkapi aksesoris peserta pawainya dengan beragam penamilan. Seperti pakaian ala Jazirah Arab. Selain aksesoris, beberapa kontingen juga menyuguhkan Kesenian tradisi pada barisan peserta pawainya. Seperti kontingen dari Dusun Karang Temu yang menyuguhkan kesenian Rudat. Sebagai catatan, semua penari Rudat yang ditampilkan tersebut adalah anak-anak usia sekolah dasar.

Kepada HarianNusa.com, Badri, salah seorang peserta pawai yang menampilkan kesenian Rudat, menyampaikan kalau ide tesebut berawal dari keinginan kelompoknya untuk tampil beda pada perayaan pawai takbiran tersebut.
“Biar ada unsur tradisi. Biar berbeda dari yang lain,” katanya.

Ia berharap melalui penampilan yang disuguhkan kelompoknya, masyarakat bisa melihat bahwa kesenian tradisi juga bisa masuk dalam setiap lini kehidupan. Sebagaimana Rudat yang tidak harus tampil di atas panggung.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Desa Batu Mekar Sarnah, S. Sos selaku penyelenggara kegiatan menyampaikan kalau kegiatan tersebut dilakukan untuk memeriahkan malam perayaan Idul Fitri. Selain sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antar masyarakat yang ada di Desa Batu Mekar. (sta).

Headline

Khidmatnya Prosesi Wukuf Jemaah Haji Indonesia di Arafah

Published

on

By

Jakarta, Jemaah haji dari seluruh dunia, termasuk jemaah haji Indonesia, tengah melaksanakan prosesi wukuf di Arafah. Prosesi ini dimulai setelah tergelincirnya matahari (waktu Zuhur) pada hari Arafah.

Anggota Media Center Kementerian Agama, Widi Dwinanda, menyampaikan bahwa selama wukuf, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyelenggarakan khutbah wukuf dan salat berjamaah di tenda utama dan di setiap tenda jemaah, dipimpin oleh para pembimbing ibadah.

“Khutbah wukuf di tenda utama akan disampaikan oleh Habib Ali Hasan Al Bahar, Lc, MA, diikuti salat berjamaah jama’ qashar Zuhur dan Asar dengan imam KH. Agus Ma’arf, Lc, MA, dilanjutkan zikir dan doa wukuf yang dipimpin oleh Habib Ibrahim Lutfi bin Ahmad Al-Attas,” jelas Widi dalam keterangan resmi Kemenag di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Sabtu (15/06/2024).

Ia mengimbau jemaah untuk memanfaatkan momen berharga ini dengan memperbanyak zikir, membaca talbiyah, menggaungkan kalimat tauhid, dan membaca Al-Qur’an. “Selipkan zikir dengan berdoa, karena Arafah adalah tempat mustajab atau terkabulnya doa. Yakinlah bahwa doa selama di Arafah akan dikabulkan Allah dan dosa diampuni. Bertafakkur merenungi kebesaran Allah, berserah diri, dan mengharap pertolongan Allah,” lanjutnya.

Advertisement

Sebanyak 553 kloter jemaah haji Indonesia tiba di Arafah sesuai jadwal. Bagi jemaah yang sakit, ia berpesan agar bersabar dan tetap berzikir serta berdoa untuk kesembuhan, menjaga salat lima waktu. “Jika tidak mampu salat dengan berdiri, maka boleh salat sambil duduk atau berbaring di tempat tidur, atau jika terpaksa dengan isyarat,” pesannya.

“Jaga kesehatan dengan memperbanyak minum air putih, makan tepat waktu, tetap berada di dalam tenda, minum obat yang dianjurkan dokter, dan cukup istirahat,” tambahnya.

Sekitar pukul 19.00 waktu Arab Saudi, jemaah haji mulai diberangkatkan dari Arafah ke Muzdalifah. Tahun ini, PPIH memberlakukan skema murur bagi jemaah haji risiko tinggi, lanjut usia, disabilitas, pengguna kursi roda, dan para pendampingnya di Muzdalifah.

“Mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah setelah menjalani wukuf di Arafah,” jelasnya.

Saat melewati kawasan Muzdalifah, jemaah tetap berada di atas bus dan langsung menuju tenda Mina. “Selain jemaah risiko tinggi, lansia, dan disabilitas, pergerakan jemaah ke Muzdalifah dilakukan dengan sistem taraddudi (shuttle) yang mengantar jemaah dari Arafah ke Muzdalifah,” terangnya.

Advertisement

Selama mabit (menginap) di Muzdalifah, jemaah dapat beristirahat dan berzikir, serta menyelingi zikir dengan berdoa kepada Allah, karena Muzdalifah termasuk tempat mustajab. “Tidak ada ibadah khusus selama mabit di Muzdalifah,” katanya.

Jemaah diimbau untuk mempertahankan kondisi kebugaran fisiknya dengan beristirahat atau tidur, menghindari kelelahan, mengonsumsi bekal yang dibawa, minum obat, dan menghubungi dokter jika merasa tidak sehat.

“PPIH akan membagikan kantong kerikil saat jemaah haji di Arafah bersamaan dengan pembagian snack berat untuk dikonsumsi saat di Muzdalifah,” pungkasnya.

Hingga saat ini, jumlah jemaah yang wafat mencapai 121 orang, dengan rincian wafat di Embarkasi 9 orang, di Madinah 18 orang, di Makkah 87 orang, di Bandara 3 orang, dan di Arafah 4 orang. Seluruh jemaah yang wafat akan dibadalhajikan.

Advertisement
Continue Reading

Religi

Bolehkah Pekurban Memakan Daging Kurbannya Sendiri?

Published

on

By

red meat with chili pepper and green spies


فَكُلُواْ مِنْهَا وَأَطْعِمُواْ الْبَآئِسَ الْفَقِيرَ

“Makanlah darinya dan berikan kepada orang yang sangat membutuhkan.” (QS. Al Hajj: 28)

Imam Al Qurtubi mengatakan, “kalimat ‘Makanlah darinya’ merupakan perintah yang maknanya anjuran, menurut mayoritas ulama.

Dianjurkan bagi seseorang untuk makan sebagian dari kurbannya dan memberikan yang lebih banyak sebagai sedekah. Mereka juga membolehkan untuk menyedekahkan semuanya.” 

Advertisement

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini mengatakan, “Sebagian Ulama berdalil dengan hadis ini untuk menyatakan wajibnya makan daging kurban. Namun ini adalah pendapat yang garib.

Adapun mayoritas ulama berpendapat bahwa perintah di atas hanyalah rukhshah (keringanan) dan sifatnya anjuran.

Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang sahih dari Jabir bin Abdillah, Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah menyembelih hewannya, ia meminta sebagian daging dari untanya dan dimasak. Kemudian memakan dagingnya dan mencicipi kuahnya. (Shahih Muslim)

Abdullah bin Wahb menyatakan bahwa Imam Malik pernah berkata kepadanya, “Saya senang jika sahibul qurban makan daging kurbannya. Karena Allah berfirman, yang artinya: ‘Makanlah bagian hewan kurban’.”

Sumber:
Al Jami’ li ahkam Al Quran
Tafsir Ibn Katsir

Advertisement

Continue Reading

Religi

Apakah Puasa Arafah Harus Bertepatan dengan Wukuf?

Published

on

By

ilustrasi puasa - round blue and white ceramic plate two forks two knives and wine glass

Puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah disunahkan bagi orang yang tidak sedang melaksanakan ibadah Haji (tidak sedang wukuf di Arafah).

Dari Abu Qatadah (diriwayatkan) bahwa Rasulullah ditanya tentang puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: “(Puasa hari Arafah itu) menghapus dosa-dosa satu tahun lalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR. Ahmad)

Apakah puasa Arafah ini harus berbarengan dengan waktu wukuf jemaah haji di padang Arafah?

Perlu diketahui bahwa Nabi hanya berhaji sekali pada saat Haji Wada’. Namun sebelumnya Nabi dan para Sahabat sudah terbiasa berpuasa pada hari Arafah meskipun tidak ada dan belum terlaksananya wukuf di padang Arafah oleh umat Islam saat itu.

Advertisement

Hal itu menunjukkan bahwa penamaan puasa Arafah tidak dikarenakan adanya jamaah Haji yang sedang wukuf di padang Arafah, tetapi puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijah, saat di mana semestinya dilaksanakan wukuf.

Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!