HarianNusa.com, Nasional – Festival Media (Fesmed) Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia diramaikan berbagai pameran pada stan di Gedung Graha Solo Raya, Kota Solo Jawa Tengah, Kamis (23/11).
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara juga berkesempatan mengisi Bank Suara untuk kampanye anti hoax di Bank Suara AJI Mataram.
Rudiantara menyatakan, saat ini publik sedang menghadapi tsumani media sosial. Di dalamnya banyak konten negatif yang bersifat bohong, hoax, gibah, nanimah.
Menyikapi fenomena tersebut, Rudiantara mengajak semua orang memerangi hoax dengan berbagai cara, termasuk melalui Bank Suara.
“Ayo jadikan diri kita masyarakat yang pintar memanfatan media sosial, mampu memilah dan memilah konten yang positif,” imbuhnya.
Penyebaran konten negatif tidak lepas dari kebiasaan netizen begitu mudah membagi informasi yang tak jelas akurasinya. Diperparah dengan pemahaman yang kurang dari masyarakat tetang informasi yang diposting sehingga kebohongan itu terus tersampaikan berulang ulang. Karena itu, beragam informasi di media sosial harus dipikirkan sebelum jempol digerakkan untuk share.
”Pikirkan baik baik sebelum share dengan jempol kita. Ayo kita lawan hoax sama-sama,” ajaknya.
Masih di stan AJI Mataram, menteri juga berkesempatan membaca puisi berjudul Angin karya Nur Atimah dan direkam juga di bank suara.
Pada Fesmed AJI 2017 itu, AJI Mataram mengusung tema “Jurnalis Berintegritas Merawat Keberagamana” sesuai tema utama Fesmed AJI 2017. Selain menampilkan produk Bank Suara, produk jurnalistik juga dipapar seperti buku-buku, koran dan persentasi bagi pengunjung yang singgah.
Para pengunjung stan pun ditawarkan untuk mengisi di Bank Suara, selain Menteri Rudiantara, para jurnalis, warga umum yang berkunjung, bahkan Staf Ahli Presiden, Robert Theodore yang hadir di pembukaan Festival Media turut menyumbang puisi. Robert membaca puisi berjudul Sebutir Rindu sementara Rudiantara membaca puisi berjudul Angin.
Sekretaris AJI Mataram Sirtupilllaili menjelaskan, Bank Suara merupakan cara baru dalam kampanye anti hoax. Semua audio yang terekam akan disebarkan melalui aplikasi Sound Cloud. Secara khusus, file rekaman itu akan diberikan kepada kaum difabel di handphone masing-masing.
”Dengan konsep ini mereka akan lebih memudah meresapi dan memahami kampanye anti hoax,” katanya.
Pada dasarnya, Bank Suara adalah tempat penyimpanan suara yang direkam secara digital. Siapapun bisa “menabung” suranya. Itu akan menjadi tabungan amal karena akan dibagikan kepada mereka yang kurang beruntung.
Para donatur suara bisa menyumbangkan suaranya melalui rekaman langsung di kantor Bank Suara, bisa juga dikirimkan melaui email banksuaralombok@gmail.com. Suara yang disumbangkan bisa berupa dongeng, buku bacaan inspiratif, puisi dan lainnya. Tapi Bank Suara tidak menerima suara yang berbau SARA, melanggar norma kesusilaan, dan sebagainya.
Penggagas Bank Suara Fitri Rachmawati menjelaskan, Bank Suara bertujuan meningkatkan minta baca, sekaligus menghidupkan budaya baca, tulis dan tutur. Selain itu, para penyumbang suara juga turut membantu kaum difabel yang kurang beruntung.
”Terutama para penyandang tuna netra yang belum bisa membaca braile, kesulitan mendapatkan bahan bacaan,” tandas Ketua AJI Mataram ini. (sat)