Rabu, Februari 12, 2025
BerandaHeadlineObituary, Menembus Batas Lokalitas

Obituary, Menembus Batas Lokalitas

- iklan Paket Wisata di Lombok - Explore Lombok
- iklan Web Hosting Murah -Paket Web Hosting Murah

Oleh: Nur Janah (Aktivis Perempuan)

Obituary, kata ini terasa asing bagi saya. Mengetahuinya pun saat salah seorang pemeran utama, kang Ari Garmono memposting poster film pendek tersebut via media social, sayapun kebagian tag. Melalui bantuan mbah Google, saya menemukan artinya. Sesaat saya terperanjat, Obituary maknanya “berita kematian atau berita duka”. Saya berpikir mungkin film ini semacam film horor atau sejenisnya. Ah, sayapun penasaran.

Tidak ada bocoron sama sekali terkait film ini. Sekilas saya mendengar proses pengambilan gambar dilakukan di Kota Tua Ampenan. Kota yang dihuni beragam etnis, Tinghoa, Arab, Bugis dan tentu saja Sasak tulen.  Informasi lain yang berkembang, Obituary merupakan film Indie kesekian  karya anak muda Lombok, Trish Pradana. Bully Billa, Kecepret  karya lainnya yang fenomenal.

Bisa ditebak karya orang-orang “gila” keren ini. Semua proses produksi dilakukan sukarela. Seluruh pemain dan kru tanpa dibayar serupiahpun. Tapi insyaallah mendapat HondA (Honor dari Allah)!

Jum’at, 29 Desember 2017 pukul 20.00 di Gedung Hakka Dasan Tereng Narmada, Obituary tayang perdana. Sambutan masyarakat NTB cukup luar biasa. Dari target penjualan 2000 tiket, 70 % laris terjual dengan harga Rp 15.000/tiket. Begitupun marchindise berupa kaos yang dijual Rp 100.000. Dengan cara apa lagi para manusia “gila” itu mendapatkan dukungan? Masyarakat harus diedukasi, belajar memberikan apresiasi atas karya orang lain. Syukur-syukur ada yang memberikan catatan. Bahagia tentu saja!!!!

Lantas pemerintah kemana?????, au ah gelap.

Edukasi tidak berhenti disitu. Detik-detik menuju pemutaran film, host acara memberitahukan tata tertib bagi penonton. Hp silent, tidak diperkenankan mengambil gambar, dan titik pointnya “tidak boleh merekam”. Kita melawan pembajakan.

Anak-anakpun ingin ikut menonton. Sebelum saya mengajaknya, perlu menanyakan ke tim produksi. Apakah film tersebut bisa dinikmati  semua umur. “Boleh ditonton anak-anak, ada edukasi di film ini,” jawaban yang menggembirakan. Kamipun tidak menyia-nyiakan waktu. Berangkat naik motor menuju lokasi ditemani gerimis. Gasss pollllll…..!!!

Semua lampu dipadamkan tanda film mulai diputar. Penonton menyimak tanpa suara. Sesekali terdengar tawa riuh menemukan adegan yang menggelikan.

Pundak saya tiba-tiba digerakkan Bre, Bu, bu, bu….  kenapa Pak Kasim sholat di tempat orang Cina itu? Saya tidak langsung menjawabnya dan meminta untuk fokus nonton dulu sampai selesai. Setelah film rampung, sayapun menjelaskan.

Ibu : Bre sayang, di manapun kita sholat yang penting niat kita semata-mata untuk tuhan kita, Allah swt. Bla, bla, bla…..

Bre : Ooooo, Bre tahu, kita kan tinggal di rumah orang Hindu. Kita selalu ngaji dan sholat juga, iya kan bu?

Ibu : Bintang buat Bre.

Potret Kebaragaman Kita

Komnas HAM  menyampaikan laporan tahunan 2016 tentang kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan. Terjadi peningkatan kasus intoleransi atas kebebasan beragama dan berkeyakinan. Sepanjang 2016, berdasarkan pengaduan yang diterima Komnas HAM, tercatat 97 kasus. Data ini meningkat, karena pada 2014 tercatat  76 kasus dan  87 kasus pada 2015. Jawa Barat adalah daerah dengan jumlah aduan tertinggi, sebanyak 21 pengaduan. Di urutan kedua  DKI Jakarta dengan 19 pengaduan. Komnas HAM melihat adanya negative solidarity terkait dengan penutupan rumah-rumah ibadah di berbagai daerah. Penutupan gereja di Indonesia bagian Barat kemudian menjalar menjadi aksi penolakan terhadap pembangunan masjid di Manado, Sulawesi Utara dan Bitung. Bahkan, ada penolakan jamaah tabligh di bandara NTT.  Selain itu, Komnas HAM juga mencatat bahwa pelaku intoleran masih didominasi oleh pemerintah daerah karena membatasi kebebasan beragama dan berkeyakinan melalui kewenangan dan kebijakannya yang tidak selaras dengan HAM.

Bagaimana dengan NTB? Potret toleransi kita salah satunya  bisa dilacak dari IDI (Indeks Demokrasi Indonesia). IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-Lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

Metodologi penghitungan IDI menggunakan 4 sumber data yaitu : (1) review surat kabar lokal, (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion (FGD), dan (4) wawancara mendalam. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2016 mencapai angka 65,41 dalam skala 0 sampai 100. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan angka IDI 2015 yang sebesar 65,08. Capaian kinerja demokrasi Indonesia tersebut masih berada pada kategori  “sedang”. Klasifikasi tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60). Perubahan angka Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) dari 2015-2016 dipengaruhi oleh tiga aspek demokrasi yakni (1) Kebebasan Sipil yang naik 13,47 poin (dari 51,59 menjadi 65,06), (2) Hak-Hak Politik yang naik 0,97 poin (dari 61,11 menjadi 62,08), dan (3) Lembaga-lembaga Demokrasi yang turun 17,23 poin (dari 88,36 menjadi 71,13), (sumber, BPS NTB). Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan NTB dengan potret toleransi cukup baik dengan naiknya point  indicator kebebasan sipil.

Film ini merupakan titik balik dari kondisi bangsa saat ini. Sebuah refleksi kebangsaan dengan cermin besar NTB (Nusa Tenggara Barat). Merapatkan kembali kehidupan yang mulai terserak karena perbedaan. Dan menegaskan bawah sesungguhnya tidak ada yang benar-benar mati, karena dari kematianpun memberi kehidupan. Serupa Pak Kasim yang hidup dari kerja menjaga tempat bersemayamnya kematian.

Baca Juga:

Berita Lainnya
spot_img
spot_img
spot_img
Rabu, Februari 12, 2025
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Trending Pekan ini

Rabu, Februari 12, 2025
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -
- Advertisment -

Banyak Dibaca

Berita Terbaru

- Advertisment -
error: Content is protected !!