HarianNusa.com, GAZA – Krisis listrik membuat puluhan rumah sakit di Gaza mulai kelimpungan. Berita sedih itu menjadi kabar pembuka tahun. Tepatnya awal Februari 2018, Aksi Cepat Tanggap (ACT) menerima kabar itu dari salah satu mitra di Gaza.
Ribuan nyawa pasien di sejumlah rumah sakit saat itu terancam. Beroperasinya mesin-mesin medis tidak lagi bisa diharapkan seratus persen. Problem listrik di Gaza memang semakin menjadi setelah pemerintah Israel memutus pasokan listrik beberapa tahun sebelumnya.
Keadaan itu segera direspons masyarakat Indonesia. Sejak awal 2018 hingga awal 2019, Aksi Cepat Tanggap (ACT) menunaikan bantuan ratusan ribu bantuan bahan bakar untuk Palestina. Membuka kembali catatan ACT, Februari 2018, sebanyak 11.000 liter bantuan bahan bakar dipasok ke tiga rumah sakit di Gaza, yaitu RS al Shifa, RS al Rantisi, dan RS al Naseer. Bantuan itu setidaknya mampu menyalakan generator pembangkit listrik ketiga rumah sakit selama beberapa hari.
Sebulan kemudian, 32.000 liter bahan bakar kembali tiba menyambung kehidupan di rumah sakit-rumah sakit Gaza. Kali ini, rumah sakit yang dijangkau lebih banyak, meliputi RS Shohadaa Alaqsa, RS al-Syifa, RS Europian, RS Naseer, dan RS Bait Hanoun.
Menjelang akhir tahun 2018, krisis listrik kembali menguat. Departemen Kesehatan Palestina menyampaikan rumah sakit-rumah sakit di Gaza masih darurat bahan bakar untuk mengalirkan listrik. Berikhtiar meredam krisis kemanusiaan itu, sebanyak 14.000 liter bahan bakar kembali disalurkan ACT pada September-Oktober 2018.
Tahun berganti, namun Gaza belum juga lepas dari belenggu krisis listrik. Pekan terakhir Januari 2019, ACT kembali menyalurkan amanah umat. Akhir Januari lalu, 100.000 liter bantuan bahan bakar dikirimkan untuk delapan rumah sakit di Jalur Gaza.
“Tahun 2018, sebanyak 260.000 jiwa menjadi penerima manfaat bantuan bakar yang dikirimkan ACT. Pada Januari, 100.000 liter bantuan diterima lebih dari 6.000 penerima manfaat. Mereka adalah pasien-pasien di rumah sakit yang tengah mengalami kekurangan pasokan listrik,” lapor Andi Noor Faradiba dari Global Humanity Response (GHR) – ACT.
Ia menjelaskan, bantuan yang dikirimkan adalah bentuk komitmen membantu situasi genting di Gaza. “ACT bantu memasok bahan bakar untuk delapan rumah sakit di Gaza dengan berkoordinasi langsung dengan Mitra Kemanusiaan ACT, termasuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina di Gaza,” lanjut Faradiba.
Selama satu dekade terakhir, ACT bersama masyarakat Indonesia senantiasa mendampingi warga Palestina di tengah krisis kemanusiaan yang masih membelenggu mereka. Bantuan kemanusiaan terus disalurkan dalam bentuk pangan, layanan kesehatan, biaya pendidikan, bahan bakar, dan sejumlah program pemberdayaan untuk warga Palestina.