Sabtu, Juli 27, 2024
spot_imgspot_img
BerandaOpiniWaspadai Potensi Kondisi Cuaca Ekstrim Memasuki Musim Hujan

Waspadai Potensi Kondisi Cuaca Ekstrim Memasuki Musim Hujan

Oleh: Levi Ratnasari S.Tr (Prakirawan Cuaca BMKG Praya )

- Advertisement - Universitas Warmadewa
Levi Ratnasari S.Tr, Prakirawan Cuaca BMKG Praya (Dok Pribadi)

Beberapa hari belakangan ini masyarakat di sebagian wilayah NTB telah dihadapkan dengan perubahan kondisi cuaca panas dan terik, menjadi lebih sejuk dengan adanya hujan yang telah mengguyur beberapa wilayah di Nusa Tenggara Barat. Meski hujan yang dirasakan masyarakat belum  merata namun harus tetap di syukuri karena ini menandakan musim hujan yang sudah semakin dekat.

Seperti kita ketahui, dapat dikatakan musim hujan jika, dalam satu dasarian (10 hari), curah hujan lebih dari atau sama dengan 50 mm, dan diikuti dengan dasarian (10 hari) berikutnya. Hal tersbut juga di dukung adanya perubahan dari hembusan tiupan angin.

Ketika musim hujan angin akan cenderung dominan dari arah barat laut. Kondisi ini umumnya akan membawa masa udara basah sehingga memberi curah hujan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Bulan  November  ini dapat dikatakan sebagai masa peralihan memasuki musim penghujan di wilayah NTB. Di masa peralihan ini, kita juga perlu menyiapkan diri dalam menghadapi puncak musim hujan yang nantinya diikuti dengan  meningkatnya curah hujan  di wilayah  NTB.

Berdasarkan data klimatologi, puncak musim hujan secara umum terjadi pada bulan Januari dan Februari 2020 mendatang. Data Klimatologi dari BMKG Kediri juga memprediksi Hujan akan dirasakan mulai merata di wilayah NTB pada bulan Desember nanti, meski intensitas atau peluang curah hujan yang dirasakan tidak sama, yakni masih ada beberapa wilayah di NTB yang memiliki intensitas hujan masih rendah. 

Kondisi Dinamika Atmosfer mulai mengindikasikan potensi pertumbuhan awan hujan khususnya di wilayah  NTB. Suhu muka laut di sekitar perairan NTB mulai menghangat yakni berkisar 28⁰C – 30⁰C dengan anomali suhu muka laut mendekati positif yakni (-0.5 s.d 1.0). Kondisi ini mengindikasikan adanya potensi pasokan uap air yang dapat berkontribusi membawa massa udara basah di wilayah NTB. Selain itu mulai terbentuknya daerah pusat tekanan rendah di selatan ekuator yakni di wilayah daratan Australia, namun kini masih diikuti dengan terbentuknya daerah  pusat tekanan rendah di wilayah Utara ekuator yakni di Laut Cina Selatan dan perairan Piliphina.

Daerah konvergensi memanjang sudah  mulai intens terbentuk di wilayah dekat ekuator. Kondisi tersebut menguntungkan untuk wilayah di selatan ekuator, disebabkan dapat mendukung terbentuknya daerah belokan angin yang sering disebut sebagai Shearline. Daerah belokan angin ini dapat berakibat berkumpulnya massa udara sehingga dapat mendukung terbentuknya pumpunan awan.

Kelembapan udara pada lapisan rendah hingga ketinggian 850 hPa di wilayah NTB cukup signifikan pada bulan November ini, yakni lebih dari 60% dan diharapkan akan terus signifikan pada bulan Desember nantinya, sehingga turut mendukung pembentukan awan hujan di beberapa wilayah di NTB.

Berdasarkan hasil analisis data arah dan kecepatan  angin permukaan disetiap wilayah pengamatan BMKG NTB pada bulan November, arah angin variable mulai teramati yang artinya angin dari arah tenggara hingga selatan sudah tidak konsisten lagi sebagai indikasi masuknya masa peralihan.

Suhu udara maksimum pada siang hari di wilayah NTB masih berkisar  30.6⁰C – 35.4⁰C kondisi ini  cukup signifikan untuk mendukung pembentukan awan konvektif akibat pemanasan udara di wilayah NTB sehingga potensi terbentuknya awan yang dapat menghasilkan  hujan  lebat disertai badai guntur/petir serta angin kencang  masih berpotensi terjadi sewaktu waktu. 

Kondisi cuaca  di masa peralihan  ini menjadi tidak menentu, panas terik terkadang dirasakan pada pagi hari dan pertumbuhan awan menjadi signifikan khususnya  pertumbuhan awan rendah dan awan Cumulonimbus pada siang hingga sore hari. Kondisi langit dapat tiba tiba berubah gelap diikuti dengan perubahan angin mendadak yang terasa dingin. Kondisi ini dapat menjadi indikasi awal turunnya hujan yang disebabkan awan Cumulonimbus.

Untuk itu masyarakat diharapkan terus mempersiapkan diri di awal musim hujan ini dengan mengantisipasi dampak yang dapat ditimbulkan dari perubahan cuaca ini. Memperhatikan lingkungan tempat tinggal agar senantiasa bersih dari sampah menumpuk, baik di saluran air atau sungai sekitar. Selalu fahami tanda tanda alam yang berpotensi menyebabkan bahaya, seperti jika terjadi hujan dan angin kencang, sebaiknya tidak banyak beraktifitas di luar ruangan atau memilih berteduh di tempat yang aman, tidak di bawah pohon yang rindang untk mengindari bahaya dari pohon tumbang.

Hujan di masa peralihan ini umumnya berpotensi terjadi pada siang hari hingga malam hari, namun  tidak  merata dan sedang hingga lebat yang akan diikuti oleh badai Guntur/petir dan angin kencang. Seperti wilayah kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara dan Lombok Tengah bagian Barat serta wilayah Sumbawa bagian barat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang juga sudah mulai dirasakan dan sudah cukup berdampak.

Pada beberapa waktu  lalu  terjadinya angin kencang sehingga menyebabkan tumbangnya pohon dan angin juga merusak atap rumah warga. Kondisi cuaca seperti ini masih berpotensi terjadi hingga memasuki puncak musim hujan.

RELATED ARTICLES
spot_img
Sabtu, Juli 27, 2024
- Advertisment -spot_img

Populer Pekan ini

Sabtu, Juli 27, 2024
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -
- Advertisment -

Banyak Dibaca

Berita Terbaru

- Advertisment -