Connect with us

NTB

Refleksi 1 Tahun Zul-Rohmi, Akademisi dan Pimpinan Organisasi Keagamaan Beri Penilaian

Published

on

HarianNusa.Com – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) dibawah kepemimpinan pasangan Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimasyah dan Wakil Gubernur NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah mempunyai sejumlah program prioritas dalam mewujudkan visi membangun NTB Gemilang.

Pengiriman para pemuda dan pemudi NTB untuk belajar di luar negeri menjadi salah satu program yang saat ini tengah gencar dilaksanakan. Program ini menuai apresiasi dari kalangan akademisi dan organisasi keagamaan.

Dosen UIN Mataram, Dr. Dedy Wahyudin, LC, MH menegaskan, kebijakan ini akan dirasakan manfaatnya di masa yang akan datang.

‘’Pemaknaan NTB Gemilang itu sangat sinkron dilakukan oleh Gubernur dengan menyiapkan pemimpin masa depan melalui beasiswa ke luar negeri.. Mungkin 20 atau 30 tahun lagi, baru bisa kita rasakan ketika mereka balik ke sini,” katanya di Mataram, Kamis (19/9/19).

Selain itu, catatan lain yang disampaikan Dedy adalah terkait pentingnya terus membangun komunikasi antar elemen masyarakat. Menurutnya, dukungan berbagai unsur di masyarakat akan sangat penting bagi kesuksesan visi NTB Gemilang.

Advertisement

‘’Yang tadi disampaikan sudah tidak ada lagi preferensi kelompok organisasi dan seterusnya. Mudahan bisa diwujudkan sehingga gerakan ini bisa disampaikan dengan bahasa yang sama, terutama oleh para tokoh, tuan guru kita, di pengajian, khotbah, ceramah. Sehingga visi dan misi turunan dari NTB Gemilang bisa dirasakan dan jadi gerakan dan hidup di hati setiap masyarakat NTB ini terutama di Lombok,’’ ujarnya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi NTB, Prof. Saiful Muslim juga mengapresiasi terobosan Zul-Rohmi memberikan beasiswa belajar ke luar negeri.

“Bapak Gubernur sudah siapkan calon pemimpin masa depan NTB. Sehingga kita tidak capek-capek mencari pemimpin yang berkualitas ke depannya,’’ ujarnya.

Selain itu, program Jumpa Bang Zul-Umi Rohmi juga menurutnya adalah terobosan yang patut diapresiasi. Melalui program ini, pemimpin NTB memberikan ruang kepada masyarakat secara langsung untuk menyampaikan aspirasinya. Karena hal itu merupakan tradisi baru yang belum pernah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya.

“Saya sangat apresiasi, yang telah menyiapkan waktu satu hari dalam sepekan kepada masyarakat untuk bertemu langsung dengan Gubernur dan Wagub-nya,” sebutnya.

Advertisement

Menurut Ketua PHDI NTB, I Gede Mandra, setiap pemimpin senantiasa meninggalkan jejek pembangunan yang sifatnya monumental. Ia mencontohkan, mulai pemerintahan Gubernur NTB era Gatot Suherman dengan program Gogo Rancah-nya. Kemudian dilanjutkan dengan pemerintahan Gubernur Serinata yang membangun perusahaan Gerbang NTB Emas, dan Gubernur, Dr.TGH. M. Zainul Majdi yang meninggalkan jejak pembangunan yang monumental yakni Islamic Center.

‘’Tanpa maksud kami mau membandingan gubernur yang satu dengan yang lain, tapi setiap gubernur selalu memunculkan program monumentalnya. Nah saya juga yakin pasangan duet Zul-Rohmi ini akan memiliki program monumental yang bisa dikenang oleh masyarakat NTB. Sehingga NTB Gemilang saya harapkan tidak hanya sekadar slogan, tetapi itu nyata,’’ harapnya.

Sementara itu, Ketua Matakin NTB, S. Widjanarko menyampaikan catatannya bahwa pihaknya lebih banyak ikut serta dalam mendukung program pemerintahan Zul-Rohmi yakni NTB Gemilang, lebih pada hal-hal yang sifatnya praktis dan langsung menyentuh masyarakat.

‘’Jadi kami dari Matakin lebih praktis saja dalam berbuat untuk membantu program pemerintah. Selain bergerak ikut membantu pemerintah dalam penanganan bencana gempa bumi, kami juga melakukan program donor darah, dan berhasil kumpulkan sebanyak 869 kantong darah,” katanya singkat.

Sementara itu, Ketua Walubi, I Wayan Sianto, pada kesempatan itu menyampaikan terkait dengan persoalan kehidupan keberagaman yang ada di NTB, khususnya keberagaman agama.

Advertisement

“Kerukunan keberagaman itu perlu diciptakan. Karena kalau kerukunan beragama itu tidak ada, pasti akan terjadi ketidakamanan. Karena masalah agama itu sangat sensitif. Nah ini perlu diperhatikan di kemudian hari. Kalau kami di tokoh agama sering ketemu, tapi di masyarakat itu masih kurang, nah ini perlu diperhatikan,’’ pungkasnya. (f3)

Ket. Foto:
Dosen UIN Mataram, Dr. Dedy Wahyudin, LC, MH. (istimewa)

Continue Reading
Advertisement

NTB

Perlindungan Perempuan di Ponpes Jadi Sorotan: Pemprov NTB dan Komnas Perempuan Ambil Langkah Konkret 

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Kekerasan terhadap perempuan di lingkungan pesantren kembali menjadi perhatian serius. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menggelar pertemuan strategis di ruang kerja Wakil Gubernur NTB, Rabu (28/5), guna memperkuat perlindungan terhadap perempuan korban kekerasan, terutama di institusi pendidikan berbasis agama.

Wakil Gubernur NTB menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam menangani kasus-kasus kekerasan dan pelecehan yang marak terjadi, termasuk di lembaga yang selama ini dikenal sebagai tempat pembinaan moral dan akhlak.

“Di tengah upaya membangun NTB yang berkarakter, kita tidak bisa menutup mata atas adanya pelecehan dan kekerasan di lembaga pendidikan. Ini bukan hanya mencoreng institusi, tapi juga mengancam masa depan generasi muda,” ujarnya tegas.

Pihaknya menilai bahwa pengungkapan kasus kekerasan tidak selalu mudah, terutama saat pelaku adalah tokoh berpengaruh dalam komunitas. Oleh karena itu, Pemprov NTB berencana memperkuat koordinasi lintas sektor, termasuk dengan Kantor Kementerian Agama dan pemerintah kabupaten/kota, dalam membentuk sistem rujukan bersama yang lebih terstruktur dan responsif.

Komitmen ini mendapat dukungan penuh dari Komnas Perempuan. Ketua Komisi Paripurna Komnas Perempuan, Maria Ulfah Anshor, menyampaikan sejumlah rekomendasi penting, termasuk perlunya sistem perlindungan yang menyeluruh dan aksi pencegahan yang berkelanjutan.

Advertisement

“Korban kerap berada dalam posisi yang rentan, mengalami tekanan, bahkan intimidasi. Ini yang harus kita hentikan bersama-sama. Pencegahan tidak cukup hanya berupa penyuluhan. Harus ada tindakan nyata,” tegas Maria Ulfah.

Salah satu usulan Komnas Perempuan adalah penerapan sertifikasi kesehatan mental bagi tenaga pendidik di lingkungan pesantren. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pendidik memiliki kesiapan psikologis dan tidak memiliki riwayat gangguan yang dapat berdampak negatif pada santri.

Maria juga menekankan bahwa perlindungan terhadap korban harus mencakup upaya pemulihan dan jaminan keamanan pascakejadian. Ia berharap NTB dapat menjadi contoh daerah yang berani membongkar praktik kekerasan dan mengambil tindakan tegas terhadap pelaku, tanpa pandang bulu.

Pertemuan ini menjadi sinyal penting bahwa negara hadir dalam melindungi warganya yang paling rentan, khususnya perempuan dan anak-anak di lingkungan pesantren. Upaya ini juga mendorong masyarakat untuk tidak lagi bungkam terhadap kekerasan, dan menjadikan perlindungan korban sebagai bagian dari budaya kolektif.

Dengan adanya sistem rujukan bersama, evaluasi perlindungan yang berkelanjutan, serta kolaborasi erat antar instansi, diharapkan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan tidak lagi tertutup, dan korban dapat memperoleh keadilan serta pemulihan secara layak.

Advertisement

“Melindungi perempuan dari kekerasan bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tanggung jawab moral seluruh masyarakat,” tutup Maria Ulfah. (F3)

Ket. Foto:

Pertemuan Wakil Gubernur NTB Hj. Indah Damayanti Putri dan jajarannya bersama Komnas Perempuan di Ruang kerjanya. (Ist)

Continue Reading

Nasional

Komisi IX DPR RI Soroti Tingginya Pengangguran Lulusan SMK dan Lambannya Pembangunan Dapur Gizi di NTB

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) guna meninjau kesiapan daerah dalam melaksanakan program prioritas nasional, yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), serta membahas permasalahan pengangguran yang masih menjadi tantangan serius di wilayah tersebut.

Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Ketua Tim Kunker Komisi IX DPR RI, drg. Putih Sari, yang menyoroti tingginya angka pengangguran terbuka di NTB, khususnya di kalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan data BPS NTB per Agustus 2024, terdapat 87.010 pengangguran terbuka, di mana 4,73 persen di antaranya berasal dari lulusan SMK.

“Kondisi ini sangat memprihatinkan karena menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri di NTB. Banyaknya SMK yang dibuka tidak mempertimbangkan karakteristik wilayah dan pasar kerja lokal,” ujar Putih Sari dalam pertemuan tersebut.

Menanggapi hal ini, Komisi IX mendorong pemerintah daerah bersama lembaga pelatihan kerja, termasuk Balai Latihan Kerja (BLK), untuk merancang program pelatihan yang selaras dengan kebutuhan riil dunia usaha dan industri yang berkembang di NTB. Langkah ini dinilai krusial untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal.

Selain isu ketenagakerjaan, Komisi IX juga meninjau perkembangan program SPPG yang merupakan bagian dari agenda besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam menangani permasalahan gizi anak. Pemerintah menargetkan pembangunan 400 dapur umum di NTB hingga akhir 2025, namun hingga saat ini baru terealisasi sekitar 25 persen atau 54 unit.

Advertisement

Komisi IX menekankan pentingnya percepatan pembangunan dapur umum SPPG untuk mendukung peningkatan status gizi anak-anak NTB, mencegah stunting, dan memperbaiki kualitas hidup generasi masa depan.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi IX Muazzim Akbar menyoroti aspek keamanan pangan dalam pelaksanaan SPPG. Ia meminta Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk aktif melakukan pengawasan terhadap makanan yang disajikan kepada siswa.

“Badan POM harus turun langsung ke lapangan, jangan sampai terjadi kasus keracunan makanan atau penyajian makanan yang tidak layak konsumsi. Pengawasan ini penting untuk menjaga kualitas dan keamanan gizi anak-anak kita,” tegas Muazzim.

Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, menyambut baik kunjungan ini dan berharap hasil diskusi serta masukan dari Komisi IX DPR RI dapat menjadi landasan kebijakan yang lebih tepat sasaran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTB.

“Selamat datang di NTB. Kami tersanjung dan berterima kasih atas perhatian Komisi IX terhadap permasalahan kami. Semoga kunjungan ini membawa manfaat nyata bagi masyarakat NTB,” ujar Lalu Gita dalam sambutannya.

Advertisement

Kunjungan kerja ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara pusat dan daerah dalam menghadapi tantangan di bidang kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan sosial, sekaligus mempercepat terwujudnya target-target pembangunan nasional di NTB. (F3)

Ket. Foto:

Kunjungan kerja Komisi IX DPR RI di Kantor Gubernur NTB. (Ist) 

Continue Reading

Kota Mataram

GPM NTB Hadirkan Pangan Murah Jelang Idul Adha

Published

on

By

HarianNusa, Mataram –  Dalam upaya memastikan stabilitas harga pangan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pokok menjelang Hari Raya Idul Adha, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan kembali menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM). Kegiatan kali ini berlangsung di halaman depan Kantor Lurah Kebun Sari, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Rabu, (28/5).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB, Dr. H. Aidy Furqan, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan bahwa GPM merupakan bagian dari strategi Pemprov NTB dalam mendekatkan layanan pangan kepada masyarakat, khususnya menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) seperti Idul Adha.

“GPM ini kami gelar dengan pola roadshow di berbagai titik. Ini adalah bentuk kehadiran nyata pemerintah untuk menghadirkan komoditas pangan pokok di bawah harga pasar, utamanya menjelang Hari Raya Idul Adha yang akan jatuh pada 6 Juni mendatang,” ujarnya.

Dr. Aidy menekankan bahwa tujuan utama GPM adalah memberikan akses ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat. Tidak hanya menyediakan bahan pokok seperti beras, minyak goreng, dan gula, kegiatan ini juga menjadi ruang interaksi antara masyarakat dengan penyedia pangan lokal, termasuk produk-produk hortikultura segar dan olahan modern.

“Kita lihat sendiri, masyarakat tidak hanya mencari kebutuhan pokok, tapi juga mulai beralih ke sayuran segar, buah-buahan, hingga makanan olahan sehat. Ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran akan konsumsi pangan yang bergizi,” tambahnya.

Advertisement

Lebih dari sekadar pasar murah, GPM juga membawa misi edukatif. Melalui pemantauan mutu dan promosi makanan sehat bergizi, Dinas Ketahanan Pangan NTB memastikan masyarakat tidak hanya mendapat pangan yang terjangkau, tetapi juga berkualitas dan aman dikonsumsi.

“Ini bagian dari upaya pengendalian mutu dan edukasi gizi yang menjadi tugas penting kami,” pungkas Kadis Aidy.

Kegiatan GPM turut melibatkan berbagai stakeholder strategis, termasuk Bulog, Bank Indonesia, PUPM, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, serta ID Food dan ritel modern seperti Niaga Supermarket, Ruby Supermarket, MGM, dan Alfamart.

Ibu Mira, warga Kebun Bawak Ampenan, merasa terbantu dengan adanya GPM. “Harganya jauh lebih murah, kualitas juga bagus. Bisa selisih sampai dua ribu dibanding harga pasar. Lumayan sekali untuk menghemat pengeluaran menjelang lebaran,” ungkapnya. (F3)

Ket. Foto:

Advertisement

Seorang pembeli tampak berbelanja di GPM yang digelar Dinas Ketahanan Pangan NTB. (Ist)

Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!