Connect with us

NTB

Rumah Sakit Universitas Mataram Gandeng Fizz Hotel dan Nutana Hotel Sebagai Lokasi Isolasi Mandiri Covid 19

Published

on

HarianNusa.com, Mataram – Satuan Tugas (Satgas) Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Universitas Mataram atau Unram, mengandeng dua usaha perhotelan dalam penanganan Pandemi Covid-19. Kedua usaha perhotelan tersebut yakni Fizz Hotel dan Nutana Hotel, yang akan dijadikan sebagai lokasi isolasi mandiri bagi pasien Covid-19, dalam kategori ringan hingga sedang.

Direktur Rumah Sakit Universitas Mataram (RS Unram), dr. Taufik, Sp.OT, Senin (20/4) pagi, saat peresmian Gedung Isolasi Covid-19 RS Unram mengungkapkan, kerjasama tersebut dilakukan sebagai upaya memfasilitasi pasien yang terindikasi terpapar Covid-19, juga sebagai langkah antisipasi dini terhadap keterbatasan tempat di Ruang Isolasi yang dimiliki RS Unram, serta sebagai solusi usaha perhotelan yang terdampak Pandemi Covid-19.

“Langkah ini sebagai upaya untuk memberikan alternatif bagi masyarakat menengah ke atas, yang memerlukan tempat untuk isolasi mandiri. Mulai hari ini kita RS Unram membuka kerjasama isolasi mandiri dengan Hotel Nutana dan Fizz Hotel,” ungkapnya.

“Selain membantu pasien juga kita membantu pihak perhotelan. Kita lihat kan kalau di hotel sekarang kan banyak terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja, red) dan lain sebagainya, kemudian kamarnya juga tidak kepakai. Jadi kita melihat peluang itu, alangkah baiknya pasien yang memang mampu kita taruh aja di hotel untuk isolasi mandiri,” lanjutnya.

Dikatakannya, opsi isolasi mandiri di hotel itu juga mengingat keterbatasan fasilitas tempat tidur di RS Unram, dimana opsi itu akan ditawarkan khususnya bagi pasien yang kondisinya tidak parah, seperti yang telah dilakukan pemerintah dengan memanfaatkan Wisma Nusantara, sebagai lokasi isolasi mandiri bagi yang ringan dan sedang.

Advertisement

“Kalau yang ditangani pemerintah memang sudah punya Wisma Nusantara untuk isolasi mandiri, tapi bagi pasien mandiri misalnya yang mampu kita akan fasilitasi di dua hotel tersebut. Sedangkan yang di Ruang Isolasi RS Unram, dikhususkan bagi PDP (Pasien Dalam Pengawasan, red) dan ODP (Orang Dalam Pemantauan, red),” katanya.

Dijelaskan juga, bagi pasien yang isolasi mandiri di kedua hotel tersebut dipastikan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Satgas Covid-19, seperti untuk masalah medis akan tetap dipantau Tim RS Unram.

“Artinya bahwa pasien isolasi mandiri di kedua hotel tersebut, akan mendapat pemeriksaan kesehatan dan rapid test, setelah 14 hari menjalani isolasi kembali dilakukan pemeriksaan hingga pemberian surat keterangan sudah melakukan isolasi mandiri,” jelasnya.

“Namun jika kondisi pasien selama dalam isolasi mandiri ada gangguan atau menunjukkan gejala lebih parah, maka Tim dari RS Unram akan menjemput untuk dilakukan pemeriksaan swab PCR. Sedangkan para petugas di dua hotel yang dijadikan lokasi isolasi mandiri, juga diberikan pembekalan sesuai SOP Satgas Covid-19,” tambahnya.

Sementara itu, Owner Fizz Hotel H. Firadz Pariska yang dikonfirmasi media mengungkapkan, bahwa kerjasama yang terbangun sebagai bagian dari upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, serta menyikapi permasalahan yang dihadapi dunia perhotelan sebagai dampak pandemi Covid-19.

Advertisement

“Jadi, hotel kami bukan sebagai lokasi penampungan atau dengan kata lain sebagai tempat bagi yang positif Covid-19. Fizz Hotel dan Nutana adalah lokasi isolasi mandiri bagi pasien yang memiliki gejala atau indikasi, bukan yang positif. Kalau yang positif Covid-19 itu dikarantina khusus di Rumah Sakit Unram. Jadi, jangan salah dalam menafsirkan hal ini,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, pihak hotel yang dijadikan sebagai tempat isolasi mandiri bagi pasien dalam kategori ringan dan sedang tersebut, akan memberikan layanan sesuai prosedur yang ditetapkan Satgas Covid-19 RS Unram.

“Artinya, petugas kami di hotel diberikan pembekalan khusus oleh Rumah Sakit Unram, dalam melayani tamu atau pasien isolasi mandiri seperti penggunaan alat pengaman diri (APD, red), termasuk menyediakan masker, handsoap dan handsanitizer serta makanan yang sesuai standar kesehatan,” jelasnya.

Senada dengan Direktur RS Unram, Firadz juga menyampaikan bahwa pasien yang dalam isolasi mandiri di hotel, apabila mengalami gangguan kesehatan akan segera mendapat penanganan langsung dari pihak RS Unram.

“Jadi, kalau nantinya ada tamu atau pasien isolasi mandiri yang mengalami gangguan kesehatan, maka tim dari Rumah Sakit Universitas Mataram akan langsung melakukan penanganan. Bahkan jika dinilai parah akan langsung dijemput, dibawa ke Rumah Sakit Unram untuk tindakan lebih lanjut,” ujarnya.

Advertisement

Karena itu, demi membantu upaya pemerintah dalam menangkal penyebaran wabah Covid-19, pihaknya mengajak semua pihak agar mengikuti anjuran pemerintah dengan melakukan isolasi mandiri, bagi masyarakat yang menyadari dirinya atau keluarganya terpapar Covid-19.

“Kami menawarkan bagi tamu atau masyarakat terutama yang ada di Kota Mataram, yang ingin memanfaatkan fasilitas dari hotel kami ini bisa datang langsung, atau menghubungi sales referesentatif kami. jadi masyarakat akan dapat nyaman dan tenang berisolasi dengan fasilitas hotel kami,” tutupnya. (f3)

Ket. Foto:
1: Direktur Rumah Sakit Universitas Mataram (RS Unram), dr. Taufik, Sp.OT, saat diwawancara sejumlah media pada acara peresmian Gedung isolasi RS Unram. (HarianNusa.com/f3)

2: Salah satu ruang isolasi RS Unram. (HarianNusa.com/f3)

Advertisement
Continue Reading
Advertisement

NTB

Perlindungan Perempuan di Ponpes Jadi Sorotan: Pemprov NTB dan Komnas Perempuan Ambil Langkah Konkret 

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Kekerasan terhadap perempuan di lingkungan pesantren kembali menjadi perhatian serius. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menggelar pertemuan strategis di ruang kerja Wakil Gubernur NTB, Rabu (28/5), guna memperkuat perlindungan terhadap perempuan korban kekerasan, terutama di institusi pendidikan berbasis agama.

Wakil Gubernur NTB menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam menangani kasus-kasus kekerasan dan pelecehan yang marak terjadi, termasuk di lembaga yang selama ini dikenal sebagai tempat pembinaan moral dan akhlak.

“Di tengah upaya membangun NTB yang berkarakter, kita tidak bisa menutup mata atas adanya pelecehan dan kekerasan di lembaga pendidikan. Ini bukan hanya mencoreng institusi, tapi juga mengancam masa depan generasi muda,” ujarnya tegas.

Pihaknya menilai bahwa pengungkapan kasus kekerasan tidak selalu mudah, terutama saat pelaku adalah tokoh berpengaruh dalam komunitas. Oleh karena itu, Pemprov NTB berencana memperkuat koordinasi lintas sektor, termasuk dengan Kantor Kementerian Agama dan pemerintah kabupaten/kota, dalam membentuk sistem rujukan bersama yang lebih terstruktur dan responsif.

Komitmen ini mendapat dukungan penuh dari Komnas Perempuan. Ketua Komisi Paripurna Komnas Perempuan, Maria Ulfah Anshor, menyampaikan sejumlah rekomendasi penting, termasuk perlunya sistem perlindungan yang menyeluruh dan aksi pencegahan yang berkelanjutan.

Advertisement

“Korban kerap berada dalam posisi yang rentan, mengalami tekanan, bahkan intimidasi. Ini yang harus kita hentikan bersama-sama. Pencegahan tidak cukup hanya berupa penyuluhan. Harus ada tindakan nyata,” tegas Maria Ulfah.

Salah satu usulan Komnas Perempuan adalah penerapan sertifikasi kesehatan mental bagi tenaga pendidik di lingkungan pesantren. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pendidik memiliki kesiapan psikologis dan tidak memiliki riwayat gangguan yang dapat berdampak negatif pada santri.

Maria juga menekankan bahwa perlindungan terhadap korban harus mencakup upaya pemulihan dan jaminan keamanan pascakejadian. Ia berharap NTB dapat menjadi contoh daerah yang berani membongkar praktik kekerasan dan mengambil tindakan tegas terhadap pelaku, tanpa pandang bulu.

Pertemuan ini menjadi sinyal penting bahwa negara hadir dalam melindungi warganya yang paling rentan, khususnya perempuan dan anak-anak di lingkungan pesantren. Upaya ini juga mendorong masyarakat untuk tidak lagi bungkam terhadap kekerasan, dan menjadikan perlindungan korban sebagai bagian dari budaya kolektif.

Dengan adanya sistem rujukan bersama, evaluasi perlindungan yang berkelanjutan, serta kolaborasi erat antar instansi, diharapkan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan tidak lagi tertutup, dan korban dapat memperoleh keadilan serta pemulihan secara layak.

Advertisement

“Melindungi perempuan dari kekerasan bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tanggung jawab moral seluruh masyarakat,” tutup Maria Ulfah. (F3)

Ket. Foto:

Pertemuan Wakil Gubernur NTB Hj. Indah Damayanti Putri dan jajarannya bersama Komnas Perempuan di Ruang kerjanya. (Ist)

Continue Reading

Nasional

Komisi IX DPR RI Soroti Tingginya Pengangguran Lulusan SMK dan Lambannya Pembangunan Dapur Gizi di NTB

Published

on

By

HarianNusa, Mataram – Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) guna meninjau kesiapan daerah dalam melaksanakan program prioritas nasional, yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), serta membahas permasalahan pengangguran yang masih menjadi tantangan serius di wilayah tersebut.

Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Ketua Tim Kunker Komisi IX DPR RI, drg. Putih Sari, yang menyoroti tingginya angka pengangguran terbuka di NTB, khususnya di kalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan data BPS NTB per Agustus 2024, terdapat 87.010 pengangguran terbuka, di mana 4,73 persen di antaranya berasal dari lulusan SMK.

“Kondisi ini sangat memprihatinkan karena menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri di NTB. Banyaknya SMK yang dibuka tidak mempertimbangkan karakteristik wilayah dan pasar kerja lokal,” ujar Putih Sari dalam pertemuan tersebut.

Menanggapi hal ini, Komisi IX mendorong pemerintah daerah bersama lembaga pelatihan kerja, termasuk Balai Latihan Kerja (BLK), untuk merancang program pelatihan yang selaras dengan kebutuhan riil dunia usaha dan industri yang berkembang di NTB. Langkah ini dinilai krusial untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal.

Selain isu ketenagakerjaan, Komisi IX juga meninjau perkembangan program SPPG yang merupakan bagian dari agenda besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam menangani permasalahan gizi anak. Pemerintah menargetkan pembangunan 400 dapur umum di NTB hingga akhir 2025, namun hingga saat ini baru terealisasi sekitar 25 persen atau 54 unit.

Advertisement

Komisi IX menekankan pentingnya percepatan pembangunan dapur umum SPPG untuk mendukung peningkatan status gizi anak-anak NTB, mencegah stunting, dan memperbaiki kualitas hidup generasi masa depan.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi IX Muazzim Akbar menyoroti aspek keamanan pangan dalam pelaksanaan SPPG. Ia meminta Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk aktif melakukan pengawasan terhadap makanan yang disajikan kepada siswa.

“Badan POM harus turun langsung ke lapangan, jangan sampai terjadi kasus keracunan makanan atau penyajian makanan yang tidak layak konsumsi. Pengawasan ini penting untuk menjaga kualitas dan keamanan gizi anak-anak kita,” tegas Muazzim.

Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, menyambut baik kunjungan ini dan berharap hasil diskusi serta masukan dari Komisi IX DPR RI dapat menjadi landasan kebijakan yang lebih tepat sasaran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTB.

“Selamat datang di NTB. Kami tersanjung dan berterima kasih atas perhatian Komisi IX terhadap permasalahan kami. Semoga kunjungan ini membawa manfaat nyata bagi masyarakat NTB,” ujar Lalu Gita dalam sambutannya.

Advertisement

Kunjungan kerja ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara pusat dan daerah dalam menghadapi tantangan di bidang kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan sosial, sekaligus mempercepat terwujudnya target-target pembangunan nasional di NTB. (F3)

Ket. Foto:

Kunjungan kerja Komisi IX DPR RI di Kantor Gubernur NTB. (Ist) 

Continue Reading

Kota Mataram

GPM NTB Hadirkan Pangan Murah Jelang Idul Adha

Published

on

By

HarianNusa, Mataram –  Dalam upaya memastikan stabilitas harga pangan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pokok menjelang Hari Raya Idul Adha, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan kembali menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM). Kegiatan kali ini berlangsung di halaman depan Kantor Lurah Kebun Sari, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Rabu, (28/5).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB, Dr. H. Aidy Furqan, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan bahwa GPM merupakan bagian dari strategi Pemprov NTB dalam mendekatkan layanan pangan kepada masyarakat, khususnya menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) seperti Idul Adha.

“GPM ini kami gelar dengan pola roadshow di berbagai titik. Ini adalah bentuk kehadiran nyata pemerintah untuk menghadirkan komoditas pangan pokok di bawah harga pasar, utamanya menjelang Hari Raya Idul Adha yang akan jatuh pada 6 Juni mendatang,” ujarnya.

Dr. Aidy menekankan bahwa tujuan utama GPM adalah memberikan akses ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat. Tidak hanya menyediakan bahan pokok seperti beras, minyak goreng, dan gula, kegiatan ini juga menjadi ruang interaksi antara masyarakat dengan penyedia pangan lokal, termasuk produk-produk hortikultura segar dan olahan modern.

“Kita lihat sendiri, masyarakat tidak hanya mencari kebutuhan pokok, tapi juga mulai beralih ke sayuran segar, buah-buahan, hingga makanan olahan sehat. Ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran akan konsumsi pangan yang bergizi,” tambahnya.

Advertisement

Lebih dari sekadar pasar murah, GPM juga membawa misi edukatif. Melalui pemantauan mutu dan promosi makanan sehat bergizi, Dinas Ketahanan Pangan NTB memastikan masyarakat tidak hanya mendapat pangan yang terjangkau, tetapi juga berkualitas dan aman dikonsumsi.

“Ini bagian dari upaya pengendalian mutu dan edukasi gizi yang menjadi tugas penting kami,” pungkas Kadis Aidy.

Kegiatan GPM turut melibatkan berbagai stakeholder strategis, termasuk Bulog, Bank Indonesia, PUPM, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, serta ID Food dan ritel modern seperti Niaga Supermarket, Ruby Supermarket, MGM, dan Alfamart.

Ibu Mira, warga Kebun Bawak Ampenan, merasa terbantu dengan adanya GPM. “Harganya jauh lebih murah, kualitas juga bagus. Bisa selisih sampai dua ribu dibanding harga pasar. Lumayan sekali untuk menghemat pengeluaran menjelang lebaran,” ungkapnya. (F3)

Ket. Foto:

Advertisement

Seorang pembeli tampak berbelanja di GPM yang digelar Dinas Ketahanan Pangan NTB. (Ist)

Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!